NovelToon NovelToon
SATU MALAM YANG MENINGGALKAN TRAUMA

SATU MALAM YANG MENINGGALKAN TRAUMA

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:286
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

Helen Hari merupakan seorang wanita yang masih berusia 19 tahun pada saat itu. Ia membantu keluarganya dengan bekerja hingga akhirnya dirinya dijual oleh pamannya sendiri. Helen sudah tidak memiliki orang tua karena keduanya telah meninggal dunia. Ia tinggal bersama paman dan bibinya, namun bibinya pun kemudian meninggal.

Ketika hendak dijual kepada seorang pria tua, Helen berhasil melawan dan melarikan diri. Namun tanpa sengaja, ia masuk ke sebuah ruangan yang salah — ruangan milik pria bernama Xavier Erlan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10

Xavier merasa lucu dengan sikap Helen. Setelah itu, ia mencoba membalas pesan Helen tersebut.

Xavier sengaja ingin menjahili Helen dan ingin melihat seperti apa reaksi Helen nanti.

“Kenapa kamu kasih tahu saya kalau kamu nggak pergi sama pacar kamu? Kan bukan urusan saya.”

“Saya hanya mau Bapak menambah gaji saya karena saya sudah tidak mengambil cuti, malah tetap bekerja.”

Xavier tidak pernah memaksa Helen, tapi melihat sifat antusias Helen malah membuat dirinya tersenyum.

“Kenapa saya harus menaikkan gaji kamu? Kan saya nggak nyuruh kamu kerja.”

“Memang Bapak tidak menyuruh saya kerja, tapi saya memang mau kerja karena saya nggak mau jalan-jalan sama pacar saya.”

“Oh, gitu.”

Mendengar jawaban Xavier membuat Helen menjadi marah. Ia merasa seperti dijadikan lelucon oleh bosnya.

“Kok Bapak cuma jawab kayak gitu doang sih? Kayak nggak ada semangat-semangatnya.”

“Ya, karena menurut saya kalau kamu mau kerja ya harus tulus dan ikhlas. Kalau kamu minta saya nambah gaji hanya karena kamu kerja saat libur, kan itu bukan tanggungan saya.”

Helen merasa kesal. Biasanya bosnya selalu bisa membantunya, tapi kali ini malah terkesan dingin.

“Kenapa sih Bapak jadi dingin banget sama saya? Gara-gara saya punya pacar, Bapak jadi nggak suka gitu sama saya? Padahal saya nggak pernah gimana-gimana sama Bapak.”

“Saya biasa aja kok kamu punya pacar. Emangnya saya harus gimana? Bagus dong kalau kamu punya pacar, berarti kamu laku.”

Helen yang mendengar itu merasa kesal dan tidak menyangka kalau bosnya bisa berkata seperti itu.

Akhirnya Helen mengakhiri pesan tersebut dan tidak melanjutkan lagi karena sudah terlalu sebal dengan bosnya.

Bosnya, Xavier, hanya tertawa kecil dan tidak berkata apa-apa. Sopirnya yang melihat hanya bingung, ada apa sebenarnya dengan bosnya itu.

“Pak, langsung jalan aja ke rumah. Saya capek dan butuh istirahat.”

Setelah sampai di rumah, Xavier mencoba melihat kembali percakapannya dengan Helen.

Ia tidak menyangka kalau Helen akan mengirim pesan duluan kepadanya.

Xavier lalu mencoba menelpon Helen, tetapi Helen tidak menjawab.

Ia mulai berpikir — apakah Helen sedang marah padanya, makanya tidak mau menjawab telepon?

Karena merasa ada yang tidak beres, akhirnya Xavier pergi ke tempat kerja lainnya.

Setibanya di klub tempat Helen bekerja, Xavier melihat Helen sedang membuat minuman untuk pelanggan.

“Setelah ini kamu ke ruangan saya, ya. Ada yang mau saya bicarakan.”

“Tapi, kan, sekarang lagi kerja, Pak. Mana bisa saya ke ruangan Bapak?”

“Eh, kamu!”

Xavier menunjuk pria yang satu shift dengan Helen.

“Nanti kamu bantuin dia sebentar, ya. Saya mau bicara sesuatu yang penting.”

“Baik, Pak.”

Xavier sudah berbicara dengan rekan kerja Helen, jadi Helen tidak punya alasan lagi untuk menolak.

Helen pun bingung, ada apa sebenarnya dengan bosnya sampai nekat datang malam-malam dan mengganggu jam kerja.

Sesampainya di ruangan Xavier, Helen mengetuk pintu dan masuk.

“Bapak panggil saya?”

“Iya, langsung aja masuk. Saya mau bicara langsung ke intinya biar nggak berbelit-belit.”

Xavier menatap Helen dalam diam. Helen sendiri bingung harus bicara apa.

“Kenapa kamu nggak jawab telepon saya?”

“Karena saya lagi kerja, Pak. Kan di aturan tempat kerja Bapak nggak boleh main handphone.”

Xavier terdiam. Memang benar ada aturan seperti itu di tempat kerjanya.

Rasanya ia ingin mengubah aturan itu, tapi takut karyawan lain malah menyalahgunakan kesempatan tersebut.

“Ya sudah, kalau memang begitu. Tapi lain kali jangan begitu, ya. Kalau kamu dapat telepon dari saya, kamu harus langsung angkat.”

“Baik, Pak. Tapi… Pak, gimana soal gaji saya?”

“Kenapa lagi? Gaji kamu kurang?”

Helen merasa bosnya sedang tidak dalam suasana hati yang baik, tapi justru dirinya menanyakan hal yang sensitif.

“Maaf, Pak. Saya cuma bercanda tadi, bukan maksud menyinggung. Saya nggak tahu kalau Bapak lagi nggak enak hati.”

“Kamu tahu dari mana kalau saya lagi nggak enak hati? Orang saya memang begini kok.”

Helen melihat wajah bosnya yang terlihat lelah karena terlalu banyak bekerja. Ia jadi merasa bersalah sudah membicarakan soal uang.

“Ya udah, Pak, kalau nggak ada urusan lagi saya kerja lagi ya. Soal gaji tadi, saya cuma bercanda kok. Nggak usah lembur juga nggak apa-apa.”

“Terus kalau cuma bercanda, kenapa kamu nanya? Kalau nggak ada apa-apa, ya nggak usah nanya kan?”

Helen jadi bingung harus menjawab apa.

“Aduh, Pak, maaf. Bisa nggak jangan terlalu banyak nanya kayak gitu ke saya? Saya cuma bercanda, beneran nggak serius.”

“Iya, saya cuma penasaran aja. Emangnya pacaran sama cowok kamu itu nggak penting ya?”

“Nggak penting, karena saya nggak punya hubungan apa-apa sama dia. Saya juga cuma bercanda sama dia, nggak pernah serius.”

Mendengar itu, Xavier merasa senang dan tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

Helen menyadari kalau dirinya mungkin sudah bicara terlalu banyak di depan bosnya yang diam-diam menyukainya.

“Berarti sebenarnya kamu itu single dong, bukan punya pacar? Kan kamu bilang nggak suka sama pasangan kamu.”

“Yah, terserah Bapak mau mengartikan gimana. Tapi yang jelas, saya nggak pernah berpikir buat pacaran sama siapa pun.”

Xavier heran. Kenapa Helen sepertinya takut sekali untuk menjalin hubungan? Sebenarnya ada trauma apa yang membuatnya begitu?

“Emangnya kamu nggak suka pacaran?”

“Enggak. Kalau saya nggak suka sama cowok, ngapain saya pacaran.”

Xavier kaget mendengar jawaban itu.

“Kamu kalau bicara yang benar, deh. Nanti kalau didengar orang lain, dikira kamu nggak normal.”

“Iya, terserah orang aja mau mikir apa. Tapi saya memang nggak suka pacaran. Mau Bapak paksa pun, saya nggak bakal suka.”

“Alasannya kenapa? Semua orang pasti punya alasan. Nggak mungkin tiba-tiba nggak suka.”

Helen memilih diam. Ia tidak ingin menjelaskan karena merasa Xavier hanyalah bos, bukan orang dekat.

“Pokoknya ceritanya panjang, Pak. Bapak nggak bakal ngerti juga.”

Xavier mencoba memahami walaupun ucapan Helen terdengar rumit untuk orang seusianya.

“Kamu sadar nggak sih kalau kamu tuh dari tadi muter-muter aja ngomongnya?”

“Makanya, kalau Bapak ngerasa gitu, jangan ajak saya ngomong. Saya jadi nggak enak sendiri.”

Xavier hanya tersenyum mendengar ucapan itu.

“Kamu hari ini nggak usah kerja deh. Temenin saya aja, mau?”

“Bapak jangan macam-macam ya. Walaupun saya nggak suka sama pria, tapi Bapak jangan aneh-aneh juga sama saya.”

Xavier tertawa mendengar itu. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan kepolosan Helen yang tanpa sadar selalu membuat suasana jadi hangat dan lucu.

Xavier mencoba berbicara kepada Helen dengan tatapan dekat dan lekat.

Helen merasa takut kepada Xavier; setelah itu, Xavier juga menatap ke arah Helen.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!