Aku menatap bayangan yang terpantul dalam cermin dan tersenyum sinis pada bayangan itu.
Aku lah si itik buruk rupa itu.
Lidya Wijaya. Gadis remaja bertubuh gendut yang sering di buli teman teman nya.
Suatu hari aku bertekad untuk langsing dan cantik, tapi dengan cara yang salah.
Sekedar saran selama membaca coba sambil denger musik lagu korea Davichi "sunset" atau "forgetting you". Biar lebih seru. Soal nya Author ngetik sambil dengerin lagu itu. :)
Harap bersabar, typo bertebaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni pebriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34.
"Jadi kamu siapa?" tanya ku.
"Mai, adalah Maimunah, saudara kembar ku, kami kembar tapi beda, kami terlahir berbeda, aku berkulit putih dan cantik, sementara ia berkulit hitam dan buruk rupa. Ia selalu iri pada ku, dia juga selalu di bulli teman teman di sekolah ini, aku tidak bisa berbuat apa pun untuk nya. Mai depresi dan memutuskan untuk operasi plastik agar wajah nya cantik seperti ku, orang tua kami menyetujui nya" jelas Maisaroh.
"Hm, jadi di mana Maimunah sekarang?" tanya ku penasaran.
Maisaroh tertunduk lesu.
"Dia sudah meninggal 1 tahun yang lalu" jawab Maisaroh.
"Apa?!" pekik ku, Aku terkejut bukan main.
Ini bukan cerita horor, tolong lah jangan mengada Ngada Mai. Batin ku.
"Apa yang terjadi pada nya?" tanya ku.
"Selesai operasi, Maimunah mengira ia akan menempuh hidup baru yang lebih baik, tapi justru mendapat perlakuan yang lebih buruk dari biasa nya. Ia di katakan monster plastik oleh teman teman dan senior, aku berusaha menyelamatkan nya dari bullian mereka semua, tapi ada saja waktu saat aku lengah dan tidak bersama nya. Maimunah sebenar nya ingin pindah sekolah tapi orang tua ku tidak mengijinkan nya. Mai depresi, impian nya menjadi cantik memang terwujud tapi justru itu bumerang baru buat diri nya ketika semua murid mengolok nya karena operasi plastik" jelas Maisaroh.
"Lalu kenapa dia bisa meninggal? apa bunuh diri?" penasaran ku semakin tinggi.
"Iya, ia melompat dari atap gedung sekolah ini, tahun lalu adalah tahun terberat" jawab Maisaroh.
"Lalu siapa yang ku temui selama ini? apa penyebab yang membuat nya nekat bunuh diri, apa hanya karena bullian?" tanya ku.
"Belum pasti, hasil visum jenazah beliau, ia mendapat perlakuan kasar dari seseorang sebelum ia bunuh diri. Tapi tidak jelas berasal dari mana, dan kasus ini juga sudah lama di tutup, karena dia anggap bunuh diri", jelas Maisaroh.
Kok terasa ganjil yah
"Apa kau yakin dia bunuh diri? bukan di bunuh seseorang?" tanya ku.
"Entah lah, terlalu banyak sidik jadi di tubuh nya, tim kepolisian tidak bisa memastikan sidik jari yang mana telah menganiaya dia. Aku pun berharap orang itu di tangkap, tapi tidak ada saksi sama sekali terkait sebelum kematian nya, teman sekelas sudah di introgasi semua. Semua punya alibi. Murni ini bunuh diri" jelas Maisaroh.
"Hmm, terima kasih penjelasan nya, kita harap bisa menemukan Mai lagi dan bertanya pada nya" ujar ku.
"Bagaimana bisa ia menemui mu?" tanya Maisaroh pada ku sambil mencengkeram kedua bahu ku, Maisaroh lebih tinggi dari ku. Badan nya cantik ideal.
"Aku bertemu dia di atap sekolah ku, ia menyelamatkan aku ketika aku putus asa karena sering di bully, ia mengira aku akan bunuh diri saat itu. Ia menceritakan semua tentang diri nya yang operasi plastik, kami pun berteman meski tidak terlalu akrab. Kadang dia hanya melihat ku dari jauh tanpa menyapa ku, ia hanya tersenyum, pantas saja terasa ganjil ketika aku bertanya tentang Mai ke sahabat ku, ia tidak mengetahui ada yang bernama Mai di sekolah itu." jelas ku.
"Apa kau indigo?" tanya nya.
"Tidak, entah mengapa aku bisa melihat nya", jawab ku.
"Aku menyesal tidak bersama nya saat itu" ujar Maisaroh.
Seketika aku merinding tapi semoga semua baik baik saja. Mai teman gaib? aku tidak pernah berpikiran sampai ke situ. Inti nya aku sangat syock mengetahui bahwa Mai sudah tidak ada.
Bel tanda masuk kelas berbunyi, kami pun turun ke arah kelas.
Semua mata tertuju pada kami. Terutama pria. Tapi Maisaroh terkenal angkuh jadi menyurutkan keinginan mereka untuk mendekat. Tidak ada yang berani menyentuh Maisaroh apa lagi membully seperti yang mereka lakukan pada saudara kembar nya.
Maisaroh adalah primadona di sekolah ini wajar mereka berbondong-bondong ingin mencari perhatian nya.
Mereka juga memuji kecantikan ku.
"Sempurna sekali sekolah kita di tambah anak baru yang manis itu" seru salah satu penggemar Maisaroh.
"Maisaroh tidak salah memilih teman, cantik banget" seru yang lain nya.
Kami sama sama tidak memperdulikan mereka.
"Wah primadona kita sudah sembuh ternyata, Maisaroh kita telah tiba" ujar salah satu teman sekelas ku. Aku belum hapal benar nama nama mereka semua.
Ku lirik Maharani yang duduk di sudut di bangku belakang kelas. Ia diam tanpa ekspresi. Ia menatap ku sesaat, aku langsung mengalihkan pandangan ku ke Adit.
Guru kesenian pun akhir nya masuk kelas.
Hari ini kami belajar melukis. Tema nya bebas. Aku menggambar sebuah pemandangan, pohon sakura yang daun nya warna pink. Dengan ayunan.
Adit menggambar gedung gedung tinggi.
Maisaroh menggambar akuarium berisi ikan.
Maharani justru menggambar iblis dengan dua tanduk merah. Aku melirik sesaat lukisan nya, karena bangku ku tidak jauh dari tempat nya.
Aku tidak mengerti kenapa Maharani yang lugu pendiam itu menggambar setan?
Ah, bukan urusan ku.
Karena sudah selesai aku pun mengumpulkan gambar ku. Sebagian juga sudah mengumpulkan tugas mereka.
Aku menatap pintu kelas yang terbuka karena angin, mungkin tadi di tutup tidak rapat.
Aku melihat sosok Maimunah berdiri di sana. Aku tersentak kaget.
"Astaga!!!" pekik ku. Membuat teman teman sekelas ku pun ikut terkejut mendengar ku.
"Ada apa Li?".tanya Adit.