"Mulai hari ini putri sulungku Lada Anjani Wibisono sudah mati."
Kata-kata yang pada akhirnya mampu merubah kisah hidup seorang Lada Anjani Wibisono. Hanya karena kesalah pahaman, ia harus rela terbuang dari keluarganya.
Malam yang paling berat dilalui oleh gadis introvert itu, terjebak dengan seorang mantan narapidana, yang terkenal berandalan dilingkungan tempat tinggalnya, menjadi awal dimulainya babak baru perjalanan hidupnya.
Vinder putra Abimana, mantan narapidana pembunuhan, pecinta alkohol, dicap sebagai berandalan dilingkungan tempat ia tinggal. Tapi siapa yang itu, dibalik semua gelar itu tersimpan kisah memilukan.
Hari-harinya yang tanpa warna, seketika berubah saat mengenal dan tersandung skandal bersama Lada Anjani Wibisono.
Bagaimana kisah keduanya bermulai...?
Dan bagaimana akhir dari banyaknya konflik batin yang mereka alami...?
Yuk, jadilah saksi dalam kisah hidup mereka dengan membaca karya ini.
Bijaklah dalam berkomentar juga memilah baik, buruknya cerita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Vinder harus rela mendapat enam jahitan dipunggungnya, karena ternyata luka tusukan itu lumayan dalam dan lebar.
Setelah mendapat perawatan lebih dari satu jam, kini Vinder dan Lada sudah diperbolehkan pulang.
"Masih bisa nyetir tidak..?" tanya Lada saat sudah masuk kedalam kabin mobil.
"Masih..! jangan khawatir, kamu akan selamat sampai kerumah."
"Bukan begitu, wajah kamu pucat sekali Vin. Aku saja yang nyetir ya...?" tawar Lada.
"Aku tidak mau mati beneran La...!" kelakar Vinder.
"Is, aku gini-gini pinter loh nyetir." cicit Lada dengan bibir mengerucut.
Vinder tersenyum dan Lada terpaku melihat itu. Senyuman yang untuk pertama kalinya pria itu goreskan dibibirnya.
Senyuman yang tak pernah Lada lihat selama mengenal pria itu, dan senyuman yang sudah menghilang enam tahun lamanya.
"Kamu istirahat saja, tidur lah...!" titah Vinder lalu mulai melajukan mobilnya.
"Kenapa...?" tanya Vinder yang melihat raut cemas diwajah Lada. Apalagi wanita itu berulang kali menggigit bibir serta memainkan jari jemarinya.
"Tidak apa-apa."
"Kalau takut pulang kerumah, bisa pulang kerumah saudaramu."
"Saudaraku jauh-jauh, kebanyakan diluar kota."
"Terus gimana...?"
"Pulang kerumah saja, ayah sama ibu sedang tidak ada kok." dan Vinder pun mengangguk.
Pukul tiga dini hari, mobil Vinder baru memasuki pekarangan rumahnya. Mereka tidak menyadari jika ada sepasang mata yang mengawasi keduanya.
Vinder dan Lada turun bersama.
"Pulang lah, nanti dilihat orang." titah Vinder sembari melangkah memasuki rumah.
Lada mengekori Vinder "wajah kamu makin pucat Vin, kamu----
"Aku tidak apa-apa La, cuma mungkin karena kecapekan saja. Kamu pulang sana, sebentar lagi tetangga pada bangun."
Vinder langsung merebahkan tubuhnya disofa bad yang ada diruang tengah, setelah lebih dulu membuka baju yang lembab oleh darah bercampur keringat.
Karena tak nyaman tidur tengkurap, pria itu mengubah posisi menjadi terlentang. Yang pada akhirnya membuat jahitan sedikit terbuka dan darah merembes keluar hingga mengotori sofa berwarna abu-abu itu.
Lada yang sudah diteras kembali masuk karena obat Vinder ternyata ada ditangannya.
"Vin, ini obatmu. Jangan lupa diminum nanti sesuai dosis yang sudah ditulis dibungkusnya ya...?"
Kata Lada masuk menghampiri tempat dimana Vinder berbaring.
"Vin, jangan tidur terlentang. Dokter bilang kamu harus tidur tengkurap agar luk-----
Lada menghentikan ucapannya kala melihat darah dibawah kepala Vinder.
"Vin....!" serunya duduk disisi sofa sembari sembari berusaha mengubah posisi tidur Vinder.
Kepanikan gadis itu menjadi, saat merasakan suhu tubuh Vinder. Pria itu mengalami demam dengan mata terpejam rapat.
"Vin, bangun dulu. Ayo tengkurap, lukamu kebuka lagi." ucap lirih Lada menepuk perlahan pipi penyelamatnya.
Mata sayu Vinder terbuka "La....!" panggilnya lemah dengan tangan yang terulur menyetuh sisi wajah cantik Lada.
Jika dilihat dari arah belakang setelah pintu masuk, posisi mereka seperti sedang berciuman.
"Vin, rubah posisi tidurnya." ucap pelan Lada.
Belum juga direspon oleh Vinder, suara menggelegar mengagetkan mereka berdua.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN...?"
Lada langsung bangkit, matanya seketika membola kala melihat siapa yang berdiri didepan sana.
"Ayah....!" suara Lada gemetar bersamaan dengan badannya.
Vinder dengan tubuh lemah serta sakit dikepala juga punggungnya, susah payah bangkit berdiri. Berulang kali pria tampan itu menekan matanya lalu menggelengkan kepala, agar pengelihatannya kembali normal dan sakit kepalanya mereda.
"Ayah ini tidak seperti yang terlihat, aku-----
Suara Lada terputus, berulang kali gadis itu menelan ludahnya dengan susah payah. Apa lagi ketika sang ayah berjalan mendekatinya.
PLAK
Satu tamparan keras mendarat dipipi Lada, membuat gadis itu nyaris tersungkur. Untung saja Vinder yang berada dibelakang sigap menahan.
"OM....!" teriak Vinder menatap Hendarto.
Vinder menarik nafas berat "om sudah salah paham, Lada cuma mau mem-----
"Jangan bicara omong kosong, bukti didepan mata sudah jelas. Lagi pula omongan bekas narapidana seperti kamu mana bisa dipercaya...?" potong pak RT.
"Kalau kalian tidak percaya kepadaku, setidaknya percaya sama Lada. Apa mungkin gadis seperti dia melakukan sesuatu yang tidak pantas...?" balas Vinder.
"Tapi baru sama kamu, putri yang tidak pernah pulang terlambat kerumah malah pulang pagi sekarang. Pemuda berandalan seperti kamu cuma bisa membawa pengaruh buruk saja" sahut pak RW.
"Ayah, aku bisa menjelaskan semua, ini salah paham." ucap Lada.
Pandangan Lada teralihkan kepada ibu dan Umbra yang sedang berpelukan sembari menangis.
"Ibu, Umbra, kalian percaya kan sama aku...?"
Bukan jawaban yang Lada dapatkan, justru tangisan kedua wanita berbeda generasi itu malah semakin menjadi.
"Kamu sudah membuat ayah kecewa." ucap marah Hendarto.
"Om, Lada cuma mau membantu saya. Tadi kami bertemu karena Lada yang mau di-----
"DIAM....!" sela Hendarto menatap nyalang kearah Vinder.
"Ayah, aku bisa jelaskan semua. Ini salah paham, ayo kita pulang, kita bicara ya...? Aku mohon ayah." ucap Lada tergugu.
"Diam kamu...!!" ucap Hendarto dan berniat pergi dari sana.
Tapi pak RW dan yang lainnya menghentikan niat pria paruhbaya itu.
"Pak Hendar, ada kesalahan yang tidak bisa termaafkan. Tapi mau bagaimana pun Lada ini putri bapak, wajar jika anak muda berbuat salah. Jadi lebih baik bapak bicara dengan Lada." saran pak RW.
"Atau kita bicara bersama pak, sekalian bawa pemuda ini juga. Masih banyak solusi, salah satunya dengan menikahkan mereka." Pak RT menimpali.
"Saya tidak akan mau punya menantu seorang berandalan yang tidak jelas asal usulnya begini, apalagi mantan narapidana." jawab Hendarto.
"Sudah pak, ayo ajak Lada pulang dulu kerumah." ucap pak RW lagi.
Hendarto menatap tegas wajah Lada yang sudah berurai airmata dan nampak pucat. Tersirat jelas tatapan penuh kekecewaan disana.
"Mulai hari ini putri sulungku Lada Anjani Wibisono sudah mati."
JEDER
"Ayah....!" seru ibu dan Umbra.
"Pak Hendar....!" seru pak Rw/RT, satpam dan bapak komplek lainnya.
"OM...!" mata Vinder mendelik.
Sementara Lada semakin mengeluarkan tangisan memilukan. Tubuh gadis itu limbung dengan netra yang menatap kosong kelantai.
"Umbra, beritahu Abian kalau pernikahan kalian bisa segera dilakukan."
"Ayah, ibu mohon, tarik kata-kata ayah itu." sahut ibu tergugu.
"Mulai hari ini putri kita cuma satu, Umbra Aprilia Wibisono tidak ada yang lain lagi. Beritahu semua keluarga kalau putri sulung kita sudah mati."
Hendarto berbalik "Pak RW benar, ada kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Seperti kesalahan dua manusia pendosa ini. Bapak-bapak semua sudah dengar kan...? Putri sulung saya sudah mati."
Pungkas Hendarto lalu pergi keluar "Ibu, Umbra...!" panggilnya didepan pintu sebelum kembali mengerakan kakinya guna meninggalkan rumah itu.
Ibu dan Umbra pun pergi dengan langkah yang amat berat. Sementara para bapak-bapak komplek hanya bisa menghembuskan nafas berat seraya menatap Lada dengan penuh prihatin.
Akhirnya tubuh itu luruh juga, setelah semua orang pergi dari ruangan itu.
"La....!" seru Vinder sembari membawa Lada kedalam dekapannya.
Tangis Lada semakin menjadi dan tanpa disadari Vinder juga ikut meneteskan airmata. Hatinya teramat sakit melihat Lada ditampar dan dibuang oleh keluarganya.
kamu gak tau Lada mencari mu
udah nyaman sama Vinder malah nyari orang lain...
bukannya nikah sama Vinder aja.
kan kamu juga udah dibuang keluarga mu...
kesian banget kamu Vin
kamu kan tau gimana kelakuan Rey...
masa masih mau dekat dekat juga...
dia dekat juga karena ada mau nya,udah liat kamu cantik😒
memanfaatkan kepolosan Lada...😠
beda dengan kk cewek ku yang pertama ceplas ceplos orang nya 😆