NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Bos Galak

Menjadi Istri Bos Galak

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Kehidupan di Kantor / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Menjadi sekretarisnya saja sudah sulit, apalagi kini aku jadi istrinya.
Dia bos galak yang tak kenal kompromi.
Dan aku… terjebak di antara cinta, gengsi, dan luka masa lalu yang siap menghancurkan segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Arkan akhirnya pamit malam itu setelah berbincang sebentar dengan ibu Aruna. Wajahnya tetap tenang, meski jelas-jelas ada sesuatu yang ia sembunyikan. Aruna hanya bisa menunduk, kepalanya penuh dengan gema kata-kata “seminggu lagi pernikahan” yang baru saja ia dengar.

Begitu pintu rumah tertutup dan mobil Arkan menghilang dari halaman, ibu Aruna langsung berbalik menatapnya dengan sorot penuh keyakinan.

“Aruna,” ucapnya pelan namun tegas. “Inilah saatnya. Kau harus bersiap. Semua sudah ditentukan, dan tidak ada alasan lagi untuk menunda.”

“Ma…” suara Aruna bergetar, matanya memerah. “Aku tidak siap… Seminggu terlalu cepat. Paling tidak beri aku waktu lebih lama. Aku bahkan belum benar-benar—”

“Tidak ada tapi-tapian!” potong ibunya cepat, nada suaranya keras, membuat Aruna terdiam membeku. “Kau tahu sendiri, keluarga Arkan sudah menyiapkan segalanya. Semua orang sudah menunggu. Kau hanya perlu menurut.”

“Tapi, Ma… tolong, aku mohon. Aku masih butuh waktu. Setidaknya… empat bulan, atau paling cepat tiga bulan lagi. Aku belum bisa membayangkan diriku menikah secepat ini.”

Air mata mulai mengalir di pipi Aruna. Namun ibunya malah menarik napas panjang, sorot matanya berubah dingin, seolah ia tak peduli dengan air mata putrinya.

“Aruna, kau tidak mengerti,” ujarnya tajam. “Semakin cepat semakin baik. Dan… setelah bicara dengan ibunya Arkan tadi, Mama rasa, pernikahan itu tidak usah menunggu seminggu lagi. Kita majukan jadi empat hari dari sekarang.”

Aruna sontak terperanjat. Tubuhnya serasa kehilangan kekuatan, kepalanya berdenyut keras seolah dipukul. “A-apa…? E-empat hari lagi…?” suaranya tercekat, hampir tidak keluar.

Ibu Aruna melipat kedua lengannya, sikapnya mantap tanpa sedikit pun keraguan. “Iya. Empat hari lagi. Semua bisa dipercepat. Jangan berpikir macam-macam lagi, Nak. Ini sudah jalan yang terbaik untukmu. Kau akan menikah dengan pria seperti Arkan, yang jelas-jelas bisa melindungi dan membahagiakanmu. Apa lagi yang kau ragukan?”

Aruna hanya mampu memegangi kepalanya. Pusing, sesak, dan panik bercampur jadi satu. Beberapa hari lalu mereka baru saja berkumpul di rumah Arkan untuk membicarakan rencana pernikahan—saat itu pun ia masih berharap ada waktu panjang, mungkin tiga atau empat bulan ke depan. Ia bisa menenangkan hati, menyiapkan mental, dan sedikit demi sedikit menerima kenyataan.

Tapi sekarang? Semuanya berubah drastis. Semakin cepat. Semakin menekan.

“Ma…” Aruna berusaha meraih tangan ibunya, berharap ada sedikit belas kasih di sana. “Tolong, dengarkan aku. Aku benar-benar belum siap. Aku bahkan belum bisa bernapas lega sejak tahu tentang pernikahan ini. Aku takut…”

Namun tangan ibunya ditarik kembali, sorot matanya penuh keyakinan yang tak tergoyahkan. “Tidak ada yang perlu ditakutkan, Aruna. Kau akan baik-baik saja. Percayalah padaku. Dan percayalah pada Arkan. Empat hari lagi, kau akan resmi menjadi istrinya. Itu keputusan final.”

Aruna menutup wajah dengan kedua tangannya. Isaknya pecah, tubuhnya gemetar hebat. Semua terlalu cepat. Terlalu mendadak. Ia merasa seperti terjebak dalam arus deras yang tak bisa ia hentikan, hanya bisa terbawa entah ke mana.

Sementara di dalam hati kecilnya, sebuah bisikan terus menghantui: Bagaimana jika aku benar-benar belum siap menghadapi semua ini?

Aruna berjalan gontai menuju kamarnya setelah ibunya berlalu tanpa sedikit pun menoleh. Setiap langkah terasa berat, seperti menyeret rantai tak kasatmata. Begitu pintu kamarnya tertutup rapat, ia langsung menjatuhkan tubuh ke ranjang. Air matanya masih menetes, membasahi bantal yang dipeluknya erat.

“Empat hari lagi…” bisiknya lirih, suaranya nyaris patah. “Aku bahkan belum siap dengan seminggu, bagaimana bisa aku menyiapkan diriku hanya dalam empat hari?”

Dadanya naik-turun tak karuan. Pikirannya penuh bayangan menakutkan tentang sebuah pesta pernikahan yang tiba-tiba begitu dekat. Kerumunan orang, tatapan penuh tuntutan, dan dirinya yang berdiri di samping Arkan—seorang pria yang bahkan belum sepenuhnya ia kenal.

Namun di tengah kekacauan itu, suara ponselnya berdering pelan. Sebuah notifikasi masuk. Aruna mengusap matanya buru-buru, mengambil ponselnya yang tergeletak di meja samping ranjang. Ada pesan dari Arkan.

Dengan jantung berdebar, ia membuka.

“Kau sudah istirahat, Aruna? Jangan terlalu banyak mikir. Aku tahu semuanya terasa cepat, tapi aku berjanji, aku akan buat kau bahagia. Kamu nggak perlu takut apa pun. Cukup genggam tanganku, aku nggak akan pernah lepasin genggamanmu.”

Aruna membeku. Matanya yang masih basah kini menatap layar dengan campuran perasaan yang sulit diurai. Ada sesuatu dalam kata-kata itu—meski sederhana, meski terasa seperti gombalan murahan—yang membuat hatinya sedikit lebih ringan.

Air matanya kembali jatuh, tapi kali ini bukan hanya karena sesak. Ada sedikit kehangatan yang menyusup, sebuah kenyamanan yang tidak ia sangka bisa datang dari pesan singkat.

> “Kamu tahu nggak, dari pertama kali aku lihat kamu, aku ngerasa… ada yang berbeda dari dirimu. Entah kenapa kehadiranmu sedikit membuatku nyaman. Dan aku berjanji, aku akan menjagamu. Sampai kapan pun.”

Aruna menutup mulutnya dengan tangan, isakannya tertahan. Pesan itu seakan menembus benteng yang selama ini ia bangun. Ia masih ragu, masih takut, masih belum siap dengan semua yang diputuskan tanpa persetujuannya. Tapi di sisi lain, ada sedikit celah di hatinya yang mulai merasakan ketulusan dari Arkan.

Namun rasa hangat itu tidak bertahan lama. Bayangan Rani tiba-tiba muncul di pikirannya. Sosok wanita itu, dengan tatapan menusuk dan ucapan penuh racun, jelas tidak akan tinggal diam. Aruna tahu, pernikahannya dengan Arkan bukan hanya tentang dirinya dan Arkan—ada orang-orang di sekitar mereka yang mungkin berusaha menghancurkan segalanya.

Ia menggenggam ponselnya erat-erat, menatap pesan Arkan sekali lagi.

“Arkan… apa kau benar-benar bisa melindungiku? Bahkan dari orang-orang yang mungkin ingin merusak kita? Dari Rani… dan dari semua hal yang membuatku takut?” bisiknya pelan, hampir seperti doa.

Malam itu, Aruna tertidur dengan ponsel yang masih ia peluk di dada. Air matanya mengering, meninggalkan bekas di pipi. Hatinya masih kacau, tapi setidaknya ada secercah rasa tenang—walau hanya sesaat—dari gombalan Arkan yang tulus.

Namun jauh di lubuk hatinya, ketakutan itu tetap ada. Tentang pernikahan yang terlalu cepat, tentang hidup yang akan berubah drastis, dan tentang Rani yang pasti tidak akan berhenti mengganggu.

1
Surati Surati
kok udh selesai thoorrr ???bersambung nya mana??
Nfzx25r: Belummmmm, ini lagi bikin naskah baruuu, jadi tunggu update selanjutnya yaa!!
total 1 replies
Surati Surati
smoga itu hanya mimpi yg jadi bunga tidurmu naa bukan kenyataan yg pahit yg akan kamu trima ntinya justru sebaliknya naa kamu akan benar""bahagia bersama arkan dan tk seorangpun yg bisa memisahkan kaliyan amiinn dan arkan akan selalu menlindungimu dan mencintaimu slamanya /Heart//Rose/lanjut thorr
Surati Surati
job dina jadi tameng buat aruna slalu kuatkan aruna dan semangatilah aruna slalu ok dinaa sepulu jempol buatmu dinaa/Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Surati Surati
ayolah arunaa arkan akan benar""mencintamu dan melindungimu dari diapapun yg brani mengusikmu dan siapapun yg akan mencelakaimu runaa bukalah hatimu lebar""buat arkan dan bahagialah bersamanya lanjut thorr dan smoga arkan benar""bucin sama aruna amiinn/Heart//Heart/lanjut thorr/Coffee//Coffee//Coffee//Rose//Rose//Rose/
Surati Surati
job thorr buat arkan tambah bucin sama aruna ya thorr dan aruna jg makin bucin jg sama arkan /Smile/lanjut thorr/Coffee//Coffee//Coffee//Rose//Rose//Rose/
Surati Surati
iya aruna kamu pasti kuat dan bisa melawan rani ulet bulket ituu dan percayalah arkan pasti akan melindungimu dari ancaman apapun yg membayakanmu runaa lanjut thorr
Surati Surati
alhamdullah aruna dilimdungi oleh Ibu yg baik hati nsn lembut,dan tegas melawan ullet bulket ,/Tongue/ tapi ttp hati"kamu aruna jangan pergi kluar sendirian yaa takut rani menemukanmu sendiri dan buat macem"sama kamu ,dan arkan jangzn lengah lindungi slalu aruna yaa pasang bodyguard mu buat menjaga aruna arr
Surati Surati
alhmdullah akhirnya aruna di bela sama mama arkan dan smoga arkan bisa bucin sama aruna lanjut thoorr dan sirani ulet bulket jauh""sana dari hidup arkan dan kluarga nya lanjut thorr
Surati Surati
karna kamu mulai jacin sama arkan runa....lanjut thoorr
Surati Surati
buatlah arkan dan aruna saling bucin thorr dan aruna berdamailah dengan hati dan rasa nya pada arkan si ceo kutub,/Grin/moga perjodohannya langgeng dan menua bersama aminn🤲🤲💓lanjut thorr
Surati Surati
aq suka bc smua cerita nya thorr
YULI ANI
ga ada kelnajutan nya lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!