Bella Cintia?" Gumam Eric. Dia seolah tidak asing dengan nama itu. Bahkan ketika menyebutnya namanya saja membuat hati Eric berdesir menghangat.
"Kenapa harus designer ini?" Tanya Eric.
"Karena hanya dia yang cocok untuk mode produk kita pak."
"Apalagi yang kau ketahui tentang designer ini?" Tanya Eric kembali.
"Dia adalah salah satu designer terkenal di dunia. Dia sering berpindah dari negara satu ke negara lain. Karena dia memiliki cabang butiknya hampir di setiap negara yang dia tinggali. Namanya Bell's Boutique. Tapi untuk rumah mode utama nya, dia hanya memilikinya di negara ini. Nama rumah mode itu adalah Bellaric."
Eric terkesiap kala manager produksi itu menyebutkan kata Bellaric.
"Bellaric?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidyaMin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Pacar Gue
Saat Eric ingin memencet Bel, tiba-tiba saja pintu rumah terbuka. Bella berada di depan pintu dengan tampil sangat cantik. Sempat membuat Eric terperangah dan hampir tak berkedip. Bella hampir saja berteriak karena terkejut dengan kemunculan Eric di kediamannya.
"Apa yang lo lakukan di si–"
Belum sempat Bella meneruskan kalimatnya, perhatian Bella teralihkan pada sebuah mobil mewah yang masuk ke halaman rumahnya. Seorang laki-laki tampan keluar dari mobil, dan menghampiri Bella.
"Kamu sudah siap?" Ujar laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya pada Bella.
"Siapa dia?" Tanya Eric tanpa mengalihkan tatapan tidak sukanya pada laki-laki di hadapannya itu.
Bella sangat gugup bingung harus menjawab apa. Bella menyambut uluran tangan laki-laki itu lalu merangkul lengannya. Dengan debaran jantung yang tidak karuan karena di dominasi oleh perasaan takut dan juga tidak nyaman. Bahkan telapak tangan Bella gemetaran.
Laki-laki itu lalu menyentuh tangan Bella yang ada di lengannya untuk menenangkan Bella yang gemetaran. Mata Eric serasa panas melihat sentuhan laki-laki itu di tangan singa betinanya. Bibir Bella sedikit gemetar tanpa berani menatap Eric lama.
"Di-dia pacar gue. James kenalin ini Eric. Eric ini James." Balas Bella lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Laki-laki yang berada di samping Bella tadi sedikit terkejut dengan ucapan Bella.
Hati Eric seperti di hantam benda keras dan rasanya sangat menyakitkan, saat dia mendengar ucapan Bella barusan. Dia ingin menyangkal apa yang dia dengar, tapi tidak dengan matanya.
Rahangnya mengeras. Ingin sekali dia menarik paksa Bella dan membawanya pergi dari sana. Tapi dengan sekuat rasa ingin dirinya untuk tenang dan menunjukkan bahwa tidak terjadi apa-apa padanya.
Eric mengulurkan tangannya sambil tersenyum terpaksa. "Eric."
James juga menerima uluran tangan Eric "James".
"Sebaiknya kita pergi. Nanti kita terlambat." Ucap Bella gugup sambil meremas sedikit gaun yang dia kenakan.
"Oke kalau kamu sudah siap." Ucap James.
"Maaf gue harus pergi." Ujar Bella lalu berjalan dengan tergesa sampai James bingung dengan sikap Bella.
Eric tidak membalas ucapan Bella tapi tatapannya tidak lepas dari Bella dan James sampai mobil mereka hilang dari pandangannya. Eric mengepalkan tangannya dengan kuat. Buket bunga mawar yang dia simpan di belakang punggungnya tadi dia lempar asal di teras rumah Bella.
Eric menengadah ke atas dan sebulir air mata berhasil membasahi pipinya. Eric menyekanya kasar lalu beranjak pergi dari sana dengan perasaan hati yang terluka dan kecewa.
***
Di dalam mobil Bella hanya diam tanpa bicara sepatah katapun. Hal ini membuat James gemas ingin memukul otak Bella sepupunya ini. Ya, James adalah sepupu Bella. Anak dari pamannya, kakak kandung mamahnya.
James baru saja pindah ke Manila karena pekerjaannya. Bella tentu saja senang saat mendengar James pindah ke Manila. Tapi sayang James tidak mau tinggal bersama Bella. Dengan alasan tidak baik laki-laki dan perempuan tinggal bersama walaupun mereka sodara. Di samping itu, kantor tempat James bekerja akan menjadi lebih jauh jaraknya dari rumah Bella. Padahal Bella sangat ingin sepupunya ini tinggal bersamanya, supaya dia tidak merasa kesepian.
"Katakan padaku siapa laki-laki tadi? Kenapa kamu berbohong padanya Bella?" James memukul pundak Bella karena tidak menjawab pertanyaannya.
"Bukan siapa-siapa." Jawab Bella malas lalu bersedekap di depan dadanya.
"Bukan siapa-siapa? Kalau bukan siapa-siapa kenapa harus berbohong?"
"James tolong jangan buat kepala ku menjadi tambah pusing."
"Makanya jangan berbohong kalau tidak mau pusing." Ingin sekali James menyiram kepala Bella dengan air es, biar otak sepupunya ini bisa sedikit lebih pintar.
"Aku bisa melihat dari matanya kalau Eric sungguh menyukaimu." Lanjut James.
"Basi. Aku gak mau dengar hal itu lagi." Bella memalingkan wajahnya ke sisi lain agar James berhenti bertanya lagi.
"Terserah. Jangan sakiti perasaan orang lain dan akhirnya kamu akan menyesal. James memberikan nasihat untuk adik sepupunya ini.
"Justru aku yang tersakiti." Ucap Bella sambil menyeka sudut matanya yang basah dengan tisu.
James menghembuskan nafasnya kasar. Dia sangat hafal dengan sifat sepupunya yang keras kepala ini. "Baiklah jika itu keinginanmu. Tapi kamu harus menceritakannya semua untukku nanti."
Mereka tiba di sebuah restauran mewah, dimana teman-teman James sudah menunggunya. James memenuhi undangan makan malam dari temannya yang sedang berulang tahun. Salah satu dari mereka melambaikan tangan saat melihat James datang.
"Siapa wanita ini? Sangat cantik." Ucap salah satu teman James yang menatap Bella dengan tatapan mesum. Membuat Bella merasa tidak nyaman dan risih.
"Jaga matamu! Dia kekasihku." Ucap James dengan tegas dan menatap tajam temannya.
James yang mengetahui ketidaknyamanan Bella, lalu membawa Bella mencari tempat duduk yang sedikit menjauh dari laki-laki tadi. James memesan makanan untuk dia dan Bella tanpa menghiraukan obrolan teman-temannya.
James selesai makan, begitu juga dengan Bella. James mengajak Bella untuk pulang lebih dulu. Dia pamit pada teman-temannya dengan alasan Bella sedang tidak enak badan. James hanya mengantar Bella sampai depan rumah saja. Dia tidak masuk karena ada urusan yang lain.
Bella tidak memaksanya. Dengan langkah gontai Bella berjalan menyusuri halaman rumahnya. Saat dia sudah mencapai pintu rumah, langkah Bella terhenti. Dia menoleh ke samping kanan tepat di dekat pintu masuk, ada buket mawar merah yang tergeletak begitu saja seperti di lempar oleh seseorang.
Bella memungutnya dan membawanya masuk ke dalam rumah. Dia berjalan pelan sambil mencium bunga mawar tersebut. Dia tahu bunga ini dari siapa. Dia tahu kenapa bunga ini di lempar begitu saja. Dia tahu ada seseorang yang saat ini kecewa karena dirinya. Tapi dia tidak tahu apakah seseorang itu juga mencintai dirinya.
Bella terus melangkahkan kakinya hingga masuk ke dalam kamar. Lalu menghempaskan dirinya di ranjang sambil memeluk buket bunga tadi. Air mata Bella meleleh membasahi kedua sudut matanya sampai ke rambut nya.
"Eric, maafin gue. Tapi gue harus ngelakuin ini, karena gue gak mau hanyut lagi sama perlakuan manis lo kayak dulu. Gue takut gue di abaikan lagi sama lo. Rasanya sakit." Bella terisak sambil terus memeluk buket bunganya.
.
.
.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang Bella alami. Pulang dari rumah Bella, Eric kembali ke rumahnya dengan perasaan kecewa dan terluka. Eric masih tidak melupakan ucapan Bella kalau dia sudah punya kekasih. Rasa sakit ini melebihi dari rasa sakit saat dia mengetahui hubungan Ardi dan Clara.
Eric sudah menghabiskan lebih dari setengah botol wine di dalam kamarnya sendirian. Matanya menatap sebuah foto wanita cantik yang dia cintai di atas meja kecil. Dia tersenyum getir lalu kemudian terkekeh. Eric mulai hilang kesadarannya.
"Lo bohong kan sama gue Bell? Lo sengaja kan bilang dia kekasih lo biar gue ngejauhin lo? Sakit Bell..rasanya sakit."
Eric menangis sampai akhirnya dia tidak sadarkan diri dan tertidur.