Kerajaan itu berdiri di atas darah, dusta, dan pengkhianatan.
Putri Mahkota yang logis dan penuh tanggung jawab mulai goyah ketika seorang tabib misterius menyingkap hatinya dan takdir kelam yang ia sembunyikan.
Putri Kedua haus akan kekuasaan, menjadikan cinta sebagai permainan berbahaya dengan seorang pria yang ternyata jauh lebih kuat daripada yang ia kira.
Putri Ketiga, yang bisa membaca hati orang lain, menemukan dirinya terjerat dalam cinta gelap dengan pembunuh bayaran yang identitasnya bisa mengguncang seluruh takhta.
Tiga hati perempuan muda… satu kerajaan di ambang kehancuran. Saat cinta berubah menjadi senjata, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang akan hancur?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34 : Penyakit Death Wish
“Kau tahu, sungguh?” Yvaine menatapnya dengan penasaran.
Lysander mengangguk tersenyum. “Ya, aku sudah pernah melihat penyakit ini sebelumnya. Dulunya pernah memakan habis seluruh desa, tapi penyakit itu berhasil di musnahkan. Namun aku tidak pernah menyangka bahwa penyakit itu benar-benar bisa kembali tanpa pemicu orang pertama.”
“Pemicu orang pertama? Apa maksudmu, tuan?” Elara menatap Lysander dengan bingung.
Lysander terdiam sejenak. “Pemicu orang pertama itu adalah orang yang sudah bertahun-tahun mengindap penyakit itu dan menularkannya kesini. Namun... seperti yang nona Elara ceritakan bahwa awalnya hanya satu orang yang terjatuh barulah di ikuti oleh orang-orang berikutnya.”
“Itu terlihat seperti sakit tanpa sebab, Cuma...penyakit ini bisa datang karena dua hal, yaitu tertular dan... seseorang memiliki keinginan untuk mati.”
Alis Veyra mengerut. “Itu mustahil.”
“Ya, itu terdengar mustahil...namun aku sudah menemukan berbagai penyakit dan setidaknya ada banyak pelajaran yang bisa dipelajari saat mengobatinya.” Lysander menjelaskan.
Lyanna melangkah maju. “Lalu...apa nama penyakit itu? Dan...bagaimana cara menyembuhkannya?”
“Nama penyakit itu...Death wish.” Lysander menjawab.
Mendengar hal itu, mata Yvaine terbelalak kaget. Dia pernah mendengar nama penyakit itu. Beberapa buku yang pernah dia baca, terdapat penjelasan mengenai penyakit itu. Dia awalnya mengira penyakit itu hanya penyakit buatan karena dia tidak pernah menemukannya. Tetapi...saat melihat sekarang, dia mengerti bahwa tidak semua yang dia temukan itu adalah kebohongan.
“Aku...tahu, aku tahu penyakit itu.” Yvaine menyela. “Penyakit kuno yang datang dari rasa putus asa di hati seseorang. Memakan jiwanya sampai dia berpikir untuk mati. Nafsu makan itu hilang bukan karena hilang seperti orang sakit, namun...nafsu makan hilang karena mereka yang menghilangkannya sendiri. Dari rasa lapar yang dibiarkan terus menerus membuat nafsu itu hilang meski dia kelaparan.”
Lysander tersenyum tipis saat mendengar perkataan Yvaine. Sementara Yvaine kembali melanjutkan. “Setelah dia tidak mendapatkan asupan makanan, di dalam dirinya muncul sesuatu yang menyuruhnya untuk bekerja lebih keras dari biasanya tanpa henti dan tanpa istirahat sampai tubuhnya benar-benar tidak sanggup menahannya.”
“Jadi...penyakit itu...disebabkan oleh dirinya sendiri?” Lyanna mengerutkan kening.
Yvaine mengangguk. “Ya dan cara penyembuhkannya bukan dengan obat...melainkan harapannya untuk hidup kembali.”
“Jadi seperti itu? Itu bukan kutukan? Melainkan rasa putus asa yang mendalam hingga menjadi penyebab kematiannya sendiri?” Elara tertegun sambil menutup mulutnya.
Lysander mengangguk. “Ya begitulah...tentang penyakit itu tertular atau tidak...bukan karena penyakit itu menular melainkan melihat sesuatu yang tidak bisa kembali menimbulkan rasa harapan itu hilang.”
“Itu terdengar tidak masuk akal...sangat tidak masuk akal.” Gumam Veyra.
Veyra memalingkan wajahnya ke arah lain. Terdiam sejenak saat matanya melirik ke arah Lysander yang terus tersenyum ke arah Yvaine. Hal itu...membuatnya tidak nyaman. Sangat, tidak nyaman.
“Kalau begitu...mari berbagi tugas untuk menyelamatkan mereka.” Lyanna mengusulkan.
Yvaine mengangguk. “Baiklah...”
Ke lima orang itu mulai berdiskusi bersama Elara di halaman desa. Yvaine dan Lysander akan memeriksa rutin semua orang tanpa terkecuali. Lyanna dan Arion akan mengumpulkan makanan dan memasak sesuatu setiap harinya. Elara pula juga akan mengumpulkan semua orang di aula desa. Sementara Veyra...dia akan melakukan tugasnya sendiri, yaitu menjaga keamanan desa.
Mereka saling bekerja sama, namun Veyra tidak menyukainya hingga dia lebih suka bekerja sendiri dan mengawasi semuanya dari kejauhan.
“Baiklah, dari mana kita akan memulai semuanya?”