NovelToon NovelToon
Seribu Hari Mengulang Waktu

Seribu Hari Mengulang Waktu

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aplolyn

"Tuan Putri, maaf.. saya hanya memberikan pesan terakhir dari Putra Mahkota untuk anda"
Pria di depan Camilla memberikan sebilah belati dengan lambang kerajaan yang ujungnya terlihat begitu tajam.
.
"Apa katanya?" Tanya Camilla yang tangannya sudah bebas dari ikatan yang beberapa hari belakangan ini telah membelenggunya.
"Putra Mahkota Arthur berpesan, 'biarkan dia memilih, meminum racun di depan banyak orang, atau meninggal sendiri di dalam sel' "
.
Camilla tertawa sedih sebelum mengambil belati itu, kemudian dia berkata, "jika ada kehidupan kedua, aku bersumpah akan membiarkan Arthur mati di tangan Annette!"
Pria di depannya bingung dengan maksud perkataan Camilla.
"Tunggu! Apa maksud anda?"
.
Camilla tidak peduli, detik itu juga dia menusuk begitu dalam pada bagian dada sebelah kiri tepat dimana jantungnya berada, pada helaan nafas terakhirnya, dia ingat bagaimana keluarga Annette berencana untuk membunuh Arthur.
"Ya.. lain kali aku akan membiarkannya.."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~ Bab 34

Tak terasa sudah delapan bulan Arthur pergi berperang, setiap hari Camilla selalu saja diikuti oleh kedua wanita yang salah satunya terlihat begitu ingin untuk menjatuhkannya.

"Bahkan mereka ikut latihan pedang, padahal cuma aku yang di tawarkan oleh Arthur"

Kekesalan Camilla hanya di dengar oleh Mary yang sedang membantunya membuka gaun untuk berganti dengan pakaian tidur.

***

Malam itu, istana hampir sepenuhnya terlelap. Hanya suara serangga malam dan desiran angin yang menemani langkah Annette menyusuri lorong panjang.

Api dari obor yang menempel di dinding bergetar, seakan ikut menyembunyikan rahasia yang akan terungkap. Ia berjalan pelan, jantungnya berdegup kencang. Setiap bayangan yang jatuh di dinding membuatnya merasa diawasi.

Panggilan itu datang tiba-tiba, melalui seorang pelayan asing yang tidak ia kenal. Pesan singkatnya jelas, Selir Rosseta ingin bertemu. Sendirian. Di pavilion timur.

Annette awalnya ragu. Selir Rosseta bukan sosok yang sering muncul di hadapan publik. Ia adalah wanita yang jarang terlihat, namun kabar-kabar tentang kelicikan dan pengaruhnya beredar di seluruh istana.

Banyak yang berbisik, di balik wajah cantik dan senyum lembutnya tersembunyi racun yang mampu menjatuhkan siapa pun yang lengah.

Tetapi rasa ingin tahu Annette lebih besar daripada ketakutannya. Jika seorang selir berpengaruh memanggilnya, tentu ada sesuatu yang penting. Dan entah kenapa, bagian dalam dirinya ingin tahu apa itu.

Ia tiba di pavilion timur. Bangunan kecil itu terpencil, dikelilingi pepohonan yang membuatnya tampak tersembunyi dari dunia luar. Lentera minyak bergoyang pelan di teras, menyinari sosok wanita yang sudah menunggu.

Selir tingkat satu itu duduk anggun, gaunnya berwarna merah tua, kontras dengan kulit pucatnya. Rambutnya terurai sebagian, dihiasi tusuk emas berbentuk naga kecil. Dari kejauhan saja, auranya sudah memancarkan kekuasaan.

“Selamat malam, Nona Annette,” ucap Helena dengan suara selembut sutra. “Terima kasih sudah datang.”

Annette membungkuk sopan. “Yang Mulia Selir… bolehkah saya tahu mengapa saya dipanggil malam ini?”

Rosseta tersenyum samar, lalu memberi isyarat agar Annette duduk di hadapannya. Di meja rendah di antara mereka, dua cawan teh mengepul, aroma melati menyebar halus.

“Aku tidak suka bertele-tele,” kata Helena akhirnya. “Aku memanggilmu karena aku tahu hatimu.”

Annette terdiam. Kata-kata itu menancap seperti panah. “Maksud Anda?”

Dia mencondongkan tubuhnya sedikit, mata hitamnya berkilat tajam. “Kau mencintai Putra Mahkota. Bahkan sejak lama, bukan?”

Annette terhenyak. Nafasnya tercekat. Ia ingin membantah, namun bibirnya kelu. Bagaimana bisa Helena tahu rahasia itu?

“Aku…” ia bergumam pelan, “ya. Aku memang mencintainya. Sejak dulu. Tapi..”

“Tapi Camilla selalu ada di sisinya,” potong Rosseta dingin. “Dan kau selalu berada di bayang-bayangnya.”

Nama Camilla disebut, dan seketika Annette merasakan darahnya mendidih. Senyum Camilla, sorakan rakyat kepadanya, bahkan cara Putra Mahkota memperlakukannya saat dia keracunan, semua itu seperti luka yang terus disiram garam.

“Dia.." Annette menggenggam gaunnya erat, “selalu berhasil merebut perhatian semua orang. Seolah-olah hanya dialah yang pantas.”

Selir mengangguk perlahan, seakan menikmati amarah yang muncul dari bibir gadis itu. “Tepat sekali. Kau bukan bodoh, Annette. Kau tahu betul, jika keadaan terus seperti ini, kau akan lenyap dalam bayangannya. Kau akan menjadi tidak berarti.”

Kata-kata itu menusuk. Annette menunduk, mencoba menenangkan gejolak dalam dirinya.

“Tapi,” Rosseta melanjutkan, suaranya menurun menjadi bisikan, “ada jalan keluar. Jalan yang bisa membuatmu bukan hanya mendapatkan Putra Mahkota.. tapi juga takhta itu sendiri.”

Annette menoleh cepat, matanya membelalak. “Takhta…? Apa maksud Anda?”

Selir Rosseta tersenyum samar, senyum yang lebih mirip racun daripada kelembutan. “Jika Putra Mahkota Arthur tidak kembali dari medan perang atau jika ia.. mati sebelum sempat naik takhta, maka siapa yang paling pantas menggantikannya? Kau, Annette. Kau bisa menjadi Permaisuri Agung. Seorang ratu. Raja wanita pertama dalam sejarah kerajaan ini.”

Kata-kata itu bagai guntur yang meledak di telinga Annette. Ia tidak bisa segera merespons. Di dalam hatinya, dua suara saling bertarung: suara cinta dan suara ambisi.

“Tidak..” ia berbisik pelan. “Aku mencintainya. Bagaimana mungkin aku.. mengkhianati perasaanku sendiri?”

Rosseta menatapnya tajam, matanya bagaikan dua belati yang menusuk. “Cinta? Apa gunanya cinta jika ia tidak menoleh padamu? Kau mencintainya, tapi apakah ia mencintaimu? Tidak. Ia hanya melihat Camilla. Selalu Camilla.”

Annette menggertakkan giginya. Bayangan senyum Camilla kembali muncul di kepalanya, disertai sorak rakyat yang menyerukan namanya. Semuanya terasa menyakitkan.

Rosseta menaruh tangannya di atas tangan Annette, gerakannya lembut namun dingin. “Dengarkan aku, anak manis. Kau bisa terus terjebak dalam cinta yang tak berbalas.. atau kau bisa mengubah nasibmu. Jika kau berhasil, kau bukan hanya memiliki kerajaan, kau juga akan dikenang sepanjang sejarah. Camilla akan lenyap, dan kau akan bersinar lebih terang dari siapa pun.”

Hening.

Annette menunduk, menatap cawan teh yang kini sudah dingin. Pikirannya berputar liar. Cinta pada Arthur, kebenciannya pada Camilla, dan bisikan manis Rosseta bercampur menjadi racun yang memabukkan.

“Aku… tidak tahu,” suaranya lirih, goyah.

Rosseta berdiri, lalu berjalan pelan mengitari Annette. Jemarinya menyusuri bahu gadis itu seperti seekor ular yang melilit mangsanya.

“Pikirkan baik-baik. Kau punya kecerdasan, kecantikan, dan darah bangsawan. Semua itu sia-sia jika kau hanya jadi penonton. Dunia ini tidak memberi mahkota pada mereka yang menunggu. Dunia memberi mahkota pada mereka yang berani merebut.”

Annette mengangkat wajahnya. Matanya mulai berkilat. Untuk pertama kalinya, ia membayangkan dirinya duduk di singgasana, mengenakan mahkota agung, disoraki rakyat bukan sebagai ‘teman Camilla’, tetapi sebagai penguasa tertinggi.

Bayangan itu membuat tubuhnya merinding.

Rosseta kembali duduk di hadapannya. “Aku tidak minta jawaban sekarang. Tapi ketika saatnya tiba, aku akan memberimu rencana. Kau hanya perlu memutuskan.. apakah kau ingin tetap menjadi bayangan, atau menjadi cahaya itu sendiri.”

Annette menghela napas panjang. Ia menatap Selir Rosseta, dan dalam dirinya, sesuatu telah berubah. Cinta pada Putra Mahkota masih ada.. tapi kini, untuk pertama kalinya, ambisi mulai tumbuh, berakar, dan perlahan mengambil alih.

***

Besoknya, ketika Camilla bangun, Mary memberi laporan bahwa Annette terlihat di Paviliun Selir Rosseta.

"Sepertinya mereka sudah mulai bergerak"

"Ha?" Mary tidak tau apa yang Camilla maksud.

"Tidak.. kau boleh keluar," jawab Camilla.

Begitu Mary keluar, dia duduk di depan meja, membuka catatan masa depan yang pernah dia tulis.

Jika benar, maka sekembalinya Putra Mahkota, Annette akan mulai mencari cara mendekati Arthur agar bisa membunuhnya.

"Ah.. dulu saat aku tahu, aku begitu kesal karna Arthur malah tertarik dengannya, sampai-sampai aku membunuh Annette sendiri"

Bayangan masa lalu terlintas di benaknya, bagaimana dulu dia mendorong Annette dari balkon paviliunnya karna kesal dengan kalimat provokasi dari wanita itu.

"Huh.. sebentar lagi Arthur akan datang.."

1
Dewi hartika
halah putra nahkotra bodoh,udahlah Camilla tinggalkan saja dia,biar dia mati kemakan muka dua wajah anette,jadi gereget aq dengarnya,ayo author jangan buat Camilla lemah buat diat kuat agar bisa menghadapi musuh-musuhnya,kalo bisa buat pemeran ketiga kaki-laki untuk Camilla biar tau rasa athur emang dia saja laki -laki di dunia ini semangat😁😁🙂🙂
Lynn_: makasih udah mampir dan komen kak.. di tunggu terus bab selanjutnya 🙏💪
total 1 replies
Hikam Sairi
dari awal baca pengennn 👊👊👊👊si Arthur ini😒🐖🐖🐖
Lynn_: Sabar kak.. saya yg buat juga kesal pas nulis🙏🤣
total 1 replies
Hikam Sairi
emang dari awal juga Camelia gak menang ya😫
Lina Hibanika
bawa lampu neon klo mau lebih terang mah nette 😄🤣
Lina Hibanika
tumben kamu bijak marry 😄
Lina Hibanika
wanita pujaanmu yg bikin ulah Arthur
Lina Hibanika
ternyata Annette ini tipe perempuan pura pura polos
Lina Hibanika: tentu thor
total 2 replies
Lina Hibanika
makanya Mary kau harus belajar mana yang perlu dilaporkan mana yang harus dirahasiakan
Lina Hibanika
ya benar, jangan meminta cinta pada orang yang hatinya sudah dihuni orang lain
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!