SQUEL "GAIRAH SANG CASANOVA"
SERI KEEMPAT.
#POVPELAKOR
Karena kesalahan di masa lalu, membuat seorang wanita yang kini bekerja di sebuah club' malam bertekad menghancurkan rumah tangga seseorang.
Dia adalah Bianca, wanita cantik dengan tubuh gemulai, juga parasnya yang cantik rupawan. Namun, nasib baik sepertinya tidak berpihak padanya.
Bianca hidup sebatang kara, setelah sang ayah meninggal saat dia remaja. Semua keluarga tidak ada yang sudi menampungnya hingga dia hidup dengan liar di luar sana.
Dan ia merasa semua nasib sial itu akibat perbuatan seorang wanita bernama Joana, yang kini terlihat bahagia dengan suaminya. Hidup penuh tawa, dan bergelimang harta.
Hingga akhirnya Bianca bertekad, untuk menggoda suami wanita itu.
"Bizard Welling Tanson, aku akan membuatmu jatuh dalam pelukanku dan menghancurkan Joana!"
Apa yang membuat Bianca ingin membalaskan dendamnya pada Joana? Cus ikuti ceritanya.
Salam Anu 👑
Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Tidak Cuma-cuma
Karena terlalu gagal fokus, Bizard langsung berlari dengan membawa jas kerjanya yang ia sampirkan di sandaran kursi. Tanpa berkata apapun, dia memeluk tubuh Bianca dari belakang, menutup bagian yang menurutnya sangat berbahaya.
Bianca terkejut bukan main, sebab baru saja dia mengangkat badan, Bizard sudah menubruk tubuhnya dari belakang. Bahkan kini dua tangan kekar itu melingkar sempurna di sepanjang pinggang rampingnya.
Wanita itu langsung meneguk ludah, merasakan sesuatu yang lain. Karena posisi mereka sangat intim. Apalagi aroma maskulin dari tubuh Bizard yang menyeruak ke indera penciumannya. Sial, dia ini berpikir apa?
Bianca mengatur nafas, kemudian tersenyum sumringah, dia sedikit menggigit bibir, karena akhirnya Bizard tergoda juga.
"Tuan, ada apa? Kenapa memelukku?" tanya Bianca, pura-pura bodoh. Padahal ia tahu bahwa Bizard pasti habis melihat sesuatu.
Mendengar itu, sontak saja Bee langsung tersadar. Dia menatap tangannya yang melingkar penuh di pinggang Bianca, sambil memegangi jas.
Sekali lagi, Bee meneguk ludah. Kemudian melepaskan pelukannya. Pria itu tampak gelagapan, karena bertindak begitu sembarangan. "Aaa maafkan aku, aku hanya ingin menutupi tubuhmu, Bianca. Lagi pula kenapa bisa seragammu sekecil itu?"
Bianca memutar tubuh, menatap Bizard yang terlihat gusar, dia pun menarik sudut bibir ke atas, membentuk seringai.
"Ini seragam satu-satunya yang tersisa, Tuan. Jadi terpaksa saya memakainya," jawab Bianca dengan sedikit sendu, agar Bizard percaya bahwa dia sebenarnya tidak sengaja memakai pakaian seperti itu.
"Tidak ada lagi?"
Bianca menggeleng lemah.
Hah, Bizard menghela nafas, seolah membuang beban yang memenuhi dadanya. Kemudian tanpa bicara, dia kembali mendekati Bianca. Memasang jasnya di pinggang wanita itu, agar bagian belakang tubuh Bianca tidak terlihat.
"Kamu wanita, jangan memakai pakaian terlalu terbuka. Karena kita tidak tahu, kejahatan yang sedang mengintai kita."
Bianca bergeming, dia merasakan bahwa Bee benar-benar pria yang baik, hingga menjaga betul dirinya. Selama ini, tidak ada satu pun pria yang melakukan hal tersebut padanya, yang ada mereka malah senang Bianca memakai pakaian terbuka.
Wanita cantik itu sedikit tersentuh, hingga tanpa sadar dia pun tersenyum tipis.
"Ayo ikut aku!" ajak Bee, membuat Bianca tersadar dari lamunannya.
"Ke—ke mana?" tanyanya terbata.
"Membeli baju untukmu, setidaknya yang lebih sopan," jawab Bee sambil membalikkan badan. Dia menyambar kunci mobil di atas meja dan kembali mengajak Bianca yang terlihat mematung. "Ayo, biar aku yang bayar. Kamu tenang saja."
Bianca mengulas senyum, mendapati kebaikan Bizard yang begitu tulus padanya. Wanita cantik itu pun mengangguk, mengekor pada Bizard yang melangkah lebih dulu.
"Tuan, memangnya tidak apa-apa kalau saya pakai baju lain?" tanya Bianca, saat mereka sudah berada di dalam mobil. Bizard tak langsung menjawab, karena dia sedang fokus menyetir, membawa kendaraan roda empat itu keluar dari gerbang perusahaan.
"Apa katamu?" tanya Bee.
"Kan sudah ada seragam dari kantor, masa saya pakai baju lain, apa tidak akan menjadi masalah?"
"Tidak apa-apa, nanti aku yang bicara pada bos."
Bianca mengerjap beberapa kali, kenapa semua urusan seolah menjadi mudah di tangan Bizard?
"Terima kasih ya, Tuan, anda terus membantu saya. Saya janji nanti kalau sudah gajian, uangnya saya ganti."
Bizard menoleh ke arah Bianca sambil menggelengkan kepala. "Tidak perlu. Kita kan hanya beli baju, bukan beli tokonya." Pria tampan itu terkekeh, membuat Bianca ikut tersenyum pula.
"Kenapa malah mengajakku bercanda? Saya serius, Tuan."
"Aku juga serius, Bianca."
Bizard kembali melayangkan tatapannya pada Bianca. Hingga sorot mata mereka bertemu, beradu dan saling mengunci cukup lama.
"Tuan awas!" pekik Bianca, saat dia melihat mobil Bee ingin menabrak trotoar. Bee langsung memutar stir, kemudian membawa mobil itu kembali ke tengah jalan raya. Kedua orang tampak sangat terkejut, bahkan suara klakson beberapa kendaraan mengudara, ikut memberi peringatan pada mereka.
Nafas keduanya terdengar memburu.
"Maafkan aku, hampir saja membuat kita celaka."
"Tidak apa-apa, Tuan, lain kali lebih hati-hati lagi, dan ingat jangan menyetir dalam keadaan mengantuk ataupun mabuk, itu sangat berbahaya," timpal Bianca, memeringati Bizard agar tidak bertindak ceroboh.
Bizard pun mengangguk, mereka meneruskan perjalanan hingga sampai di salah satu pusat perbelanjaan. Bianca yang sadar betul akan waktu yang Bizard punya, langsung memilih baju yang terlihat lebih longgar.
"Ini saja, Tuan."
"Yang warna itu juga bagus, sekalian saja."
"Tuan, jangan! Ini terlalu banyak."
"Tidak apa-apa, supaya kamu punya baju untuk gonta-ganti."
Akhirnya Bianca hanya bisa pasrah, dia langsung berganti pakaian dengan setelan hitam putih. Kali ini Bee membelikan wanita itu celana, agar tidak ada adegan melihat yang cerah-cerah.
Sampai di perusahaan, Bianca tak langsung turun, salah satu tangannya memegang lengan Bee. Hingga pria yang tengah membuka seat belt itu menoleh.
"Tuan, terima kasih ya. Tapi saya tidak ingin menerima ini dengan cuma-cuma, saya akan membayarnya dengan membuatkan anda sarapan," ujar Bianca dengan bola mata berbinar.
"Tidak perlu, Bianca."
Bee menolak, karena setiap pagi dia sarapan di rumah bersama dengan istrinya. Namun, Bianca menggelengkan kepala.
"Saya akan tetap membuatkannya. Karena saya tidak ingin dicap sebagai seseorang yang tidak tahu terima kasih. Dimakan atau tidak, yang penting saya sudah berusaha."
Ayo, Bianca, buat dia candu dengan masakanmu.
***
Jangan lupa vote, kembangnya🐝
Senin Oey Senin 😩