Istriku Canduku 2

David terbang lagi ke Indonesia, ia memang merencanakan hal ini. Dokumen-dokumennya di sini pun telah kembali normal. Sebenarnya, ia sudah di perbolehkan untuk tinggal lama di negeri ini lagi.

David menarik nafasnya perlahan. Ia menikmati sejuknya angin yang menghempas wajahnya. Kakinya yang panjang segra menaiki mobil yang sudah di siapkan Malik, ia ingin langsung menemui Teguh dan Ratih. Setibanya di Malang, David tak ingin membuang waktu dan langsung menuju rumah Teguh.

Tok.. Tok.. Tok..

David mengetuk pintu rumah Teguh.

Ceklek.

Ardi membuka pintu itu.

“Eh, mas David. Mba Sari sudah tidak di sini.” Ucap Ardi lirih, saat melihat David berdiri di depannya.

“Aku tahu. Aku ke sini ingin bertemu ayah.”

“Ayah dan Ibu juga sedang tidak di rumah. Ibu sedang ke kantor ayah.”

David mengeryitkan dahinya. “Memang ayah kenapa?”

Ardi lesu dan duduk di teras. David pun mengikuti Ardi.

“Ayah sedang bermasalah di kantor, ingin rasanya aku beritahu mba Sari, tapi aku juga tidak mau membuat mba Sari khawatir di sana.”

“Ayah di tuduh korupsi, Mas.” Ardi menangis.

“Dari kemarin, Ardi ingin telepon mba Sari, tapi takut mengganggu karena mba Sari juga sudah satu minggu tidak memberi kabar.”

David menatap nanar Ardi.

“Lalu, bagaimana ayah sekarang?”

“Ayah sedang di interogasi, dan ibu menemani ayah di sana.” jawab Ardi lirih.

“Ayah menandatangani proyek fiktif. Ayah yang teledor karena langsung menandatangani berkas yang di serahkan temannya. Padahal ayah tak pernah tahu wujud uang itu.”

“Berapa kerugian yang di tuduhkan?”

“Delapan ratus juta.” Ardi lesu.

“Menjual rumah ini saja, tidak akan cukup menggantikan uang itu, Mas.” Ardi kembali menangis. Ia memikirkan nasib keluarganya, belum lagi gunjingan orang. Padahal Teguh terkenal jujur dan tidak pernah mau ikut-ikutan jika temannya memark-up anggaran daerah.

“Antarkan aku ke kantor ayah, Ar.”

“Untuk apa?” Tanya Ardi bingung.

“Siapa tahu aku bisa membantu ayah.” Ucap David.

Ardi langsung mengganti pakaian dan bergegas menemani David menuju kantor walikota.

“Pakai mobilku saja, Ar.” Kata David pada Ardi yang sudah siap menyentuh setang motornya.

“Oh, iya. Mas.”

Mereka berjalan menuju kantor Teguh. Tiga puluh menit kemudian, Ardi dan david sampai di depan walikota. Malik pun ikut menemani bos nya di sana.

“Ibu..” Teriak Ardi saat melihat sang ibu duduk di luar dengan deraian airmata.

“Bagaimana ayah, Bu?” Tanya David.

Ratih menengadahkan kepalanya. “Nak, David.”

“Iya, Bu. Saya di sini. saya akan bantu ayah.” Kata David.

Ratih menangis di pelukan David. Memeluk david, mengingatkannya akan pelukan seorang ibu. Sungguh, David seperti menemukan keluarga baru.

“Ayah, di dalam. Dia masih di interogasi.” Ucap Ratih yang masih sesegukan.

David melangkahkan kakinya ke dalam kantor itu, ia menjadi pusat perhatian, pasalnya postur tubuh dan parasnya tidak biasa. Lalu ia berbincang dengan orang yang berada di luar ruangan Teguh.

Lama David bernegosiasi, hingga akhirnya ia pun di perbolehkan untuk masuk ke dalam ruangan tempat Teguh di interogasi.

“Pak Teguh, ada menantumu di sini.” Ucap pria paruh baya, yang merupakan atasan Teguh.

Teguh menoleh dan melihat David yang tengah menghampirinya.

“Tenang, ayah. saya akan membantumu.” Ucap David memberi senyum yang menenangkan untuk Teguh.

“Pak, kasus ini masih bisa di selesaikan bukan?” Tanya david.

“Bisa, asalkan Pak Teguh menggantikan langsung uang itu sekarang. Kami belum di periksa pusat, jadi masih ada waktu untuk mengembalikan uang itu.” Jawab Pria paruh baya itu.

“saya akan menggantikannya.” Ucap David, lalu memerintahkan Malik untuk membawa buku cek.

David menandatangani satu lembar cek dan menuliskan nominal yang di sebutkan pria tadi, lengkap dengan di bubuhi tandatangannya di sana.

“Ini.” Ia menyerahkan cek itu pada pria paruh baya di hadapannya.

Teguh hanya bisa menganga melihat semua yang terjadi. David seperti pahlawan untuk keluarganya. Pria bule itu datang di saat yang tepat dan tak di sangka-sangka.

“Pak Teguh, anda sudah menikahkan putri anda? Kapan? Saya tak di undang.”

“Saya menikah dengan Sari di Singapura.” Jawab David, sontak membuat Teguh kembali menganga.

“Wah hebat, Pak Teguh.”

“Wah, jangan-jangan pas bulan lalu minta cuti tiga hari itu ya. Sombong sekali Pak Teguh ke Singapura tidak bilang-bilang,, pulang juga tidak bawa oleh-oleh.” Ucap salah satu orang yang berada di ruangan itu lagi.

Teguh hanya bisa tersenyum, membalas perkataan atasan-atasannya itu. Ia memang pernah meminta cuti saat mengantarkan kepergian Sari ke Bandara.

Teguh menatap David. Banyak sekali pertanyaan di benaknya untuk pria yang pernah menginap tempo hari di rumahnya itu.

“Kebetulan, saya juga mohon izin untuk ayah saya, karena nanti malam, kami akan berangkat lagi ke Singapura.” Kata David.

“Ooo, silahkan. Kebetulan Pak teguh kemarin sudah di beri cuti untuk mengurus kasus ini. Karena kasus ini cepat selesai. Anda bisa menggunakan waktu untuk liburan sejenak.” Jawab salah satu atasan Teguh.

“Terima kasih, Pak.” Kata David membungkukkan sepertiga badannya dengan posisi duduk.

“Terima kasih, Pak.” Ucap Teguh.

“Berterima kasihlah pada menantumu, Guh. Benar-benar menatu idaman.” Ucap lagi atasan Teguh.

Teguh mengangguk.

Beberapa menit berbincang dengan ketiga orang atasan Teguh di sana, akhirnya mereka pamit. Teguh di izinkan rehat sejenak karena kasus ini.

Teguh dan David pun keluar dari ruangan dengan nafas lega.

“Bagaimana [ak?” Tanya Ratih yang sudah melihat kedau pria peda usia dan beda paras ini berjalan beriringan menghampirinya.

“Semua sudah di bereskan, Nak David.” Jawab Teguh.

“Maksud ayah?” Tanya Ratih bingung.

“Nak, David membayar semua uang itu. Uang yang di tuduhkan ke ayah.”

“Ya, Allah, terima kasih.” Ratih langsung sujud di lantai, lalu ia berdiri dan memeluk David.

“Terima kasih, Nak.”

Ardi pun mengikuti aksi sang ibu. “Terima kasih, Mas.”

“Terima kasih, Nak.” Ucap Teguh lirih.

David membalas pelukan keluarga Sari.

“Sama-sama, Pak.”