Keinginan besar Rere untuk memiliki anak dari suaminya sendiri memaksa dirinya menjebak seorang wanita cantik yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel mewah tempat ia menginap.
"Kau harus mengandung bayi dari suamiku jika tidak ingin masuk penjara...!" titah Rere pada Aleta yang cukup terkejut dengan permintaan gila wanita kaya di depannya.
"Ikuti cerita seru kedua wanita yang memperebutkan Fahri dan Aleta harus merelakan anaknya untuk bersama pria yang telah mencuri hatinya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Pergi
Revan terbangun dari pingsannya. Ia menatap ke sekeliling kamarnya dan menyadari dirinya ada di ruang IGD. Ia mulai mengumpulkan lagi ingatannya dan berhenti saat mendengar bayinya telah meninggal. Revan mengusap kepalanya yang terasa sakit namun ia begitu penasaran dengan bayinya.
"Sepertinya aku baru saja mimpi. Aku harus bertemu dengan Aleta. Bayi kami pasti sedang disusui oleh Aleta. Revan melihat jarum infus di punggung tangannya. Ia mencabut perlahan sambil meringis kesakitan. Saat Revan beringsut turun dari brangkar, Reno dan dokter membuka gorden penghalang.
"Apa yang kamu lakukan tuan Revan?" tanya Reno.
"Reno, aku ingin melihat anak dan istriku. Tolong antar aku pada mereka...!" pinta Revan sendu.
Reno menarik nafas dengan wajah cemas." Tuan, bayimu sudah meninggal dan nona Aleta sudah dipindahkan ke rumah sakit lain," ucap Reno memancing emosi Revan.
"Tidak. Itu tidak mungkin. Bayiku masih hidup. Pasti ayah mertuaku membohongi ku," teriak Revan sambil menarik kerah bajunya Reno.
Dokter Hesty mendekati kedua lelaki tampan itu." Tuan, apa yang dikatakan temanmu ini benar. Bayi anda sudah meninggal saat dievakuasi ke rumah sakit. Istri anda terlambat mendapatkan pertolongan dan sedangkan bayi tertelan air ketuban," jelas sang dokter spesialis kandungan itu.
Reno kembali melemah. Wajahnya tampak pucat. Ia sangat menyesal telah meninggalkan Aleta dalam keadaan marah." Itu tidak mungkin. Bayiku...Bayiku.....!" pekik Revan terlihat frustasi.
Reno ikut prihatin. Ia tidak bisa melakukan apapun saat ini. Ia paham betul kondisi tuannya yang sangat menginginkan seorang anak. Sekalinya dapat tapi tidak bisa bertahan.
"Aleta, aku ingin bertemu dengan Aleta. Di rumah sakit mana dia dibawa Reno?" tanya Revan dengan air mata berderai.
"Maafkan saya tuan. Nona Aleta dibawa ke rumah sakit luar negeri oleh ayahnya dan aku tidak tahu tujuan negara yang akan mereka tuju," ucap Reno.
"Apakah kamu yakin istriku dibawa ke luar negeri?" tanya Revan lagi. Kali ini suaranya terdengar lirih.
"Aku melihat sendiri nona Aleta dibawa dengan helikopter rumah sakit ini. Ketika aku konfirmasi bandara, mereka juga mengatakan helikopter itu menurunkan pasien yang langsung dibawa ke dalam pesawat jet pribadi milik tuan Andre," jelas Reno.
"Apakah pasien akan bertahan selama perjalanan jauh?" tanya Revan.
"Tanya saja dokter Hesty," sehut Reno.
"Aku hanya menandatangani kepindahan pasien tapi tidak tahu negara mana yang dituju karena bukan kapasitas saya untuk ikut campur urusan pasien," jawab dokter Hesty.
"Tolong lacak tujuan penerbangan mereka Reno. Aku menginginkan istriku. Dia pasti sangat sedih jika tahu kalau bayi kami meninggal. Dia pasti membutuhkan aku disampingnya. Tolong aku Reno. Aku ingin minta maaf padanya karena kebodohanku," tutur Revan membuat hati Reno nelangsa.
Reno tidak pernah melihat Revan seterpuruk itu saat beberapa klien membatalkan kerja sama mereka. Bahkan saat mengetahui Rere kehilangan rahimnya. Revan tetap tegar dan memilih setia pada istri pertamanya itu. Walaupun pada akhirnya Rere mengijinkan Revan menikah lagi dengan status kawin kontrak.
"Baik tuan, aku akan melakukan apapun untuk menemukan nona Aleta." Reno membantu Revan yang ingin meninggalkan rumah sakit. Keduanya menuju apartemen Revan karena Revan tidak ingin menemui Rere lagi walaupun wanita itu menghubunginya tanpa henti.
Sementara itu Rere yang sudah mengetahui jika bayinya Aleta meninggal dari orang suruhannya saat ini sedang tertawa keras karena tujuannya tercapai. "Rasakan pembalasan ku Aleta. Aku yakin Revan tidak akan mencintaimu lagi karena apa yang dia inginkan darimu sudah tiada. Rere melihat luka bakar di punggung tangannya.
"Luka ini masih bisa sembuh tapi tidak dengan hatiku sebelum aku memastikan Revan menceraikan Aleta. Tidak ada lagi alasan baginya untuk bertahan dengan wanita licik itu karena bayi mereka sudah meninggal. Andai saja Revan mau adopsi anak, pasti aku tidak akan mengizinkan dia menikah dengan Aleta. Kali ini aku tidak akan melakukan kebodohan yang sama pada wanita manapun hanya untuk menyenangkan hati suamiku sementara hatiku sendiri terluka dan itu sangat menyakitkan," gumam Rere sambil meneteskan airmatanya.
...----------------...
Satu pekan berlalu, Aleta masih saja belum siuman. Ia seperti seorang putri tidur yang enggan untuk menyapa dunia. Tuan Andre tampak risau melihat kondisi putrinya.
"Nak. Bangunlah...! ayah sangat merindukanmu. Apakah kamu tidak kasihan pada ayah?" Tuan Andre mengusap pipi putrinya namun jawaban Aleta hanya dengan linangan air mata.
"Tuan. Mungkin dia menginginkan bayinya," bisik kepala pelayannya yang saat ini ditugaskan tuan Andre menemani Aleta.
"Diamlah...! bukankah kamu sendiri tahu kalau bayinya sudah meninggal?" bentak tuan Andre.
"Tapi itukan bayi....-" Tuan Andre menatap tajam wajah kepala pelayannya membuat sang pelayan hanya menunduk sedih.
Tuan Andre keluar dari kamar rawat putrinya karena ingin menghubungi asisten nya Malik. Keduanya terlibat pembinaan serius entah apa yang sedang mereka bahas. Sementara itu Revan masih sibuk meminta bantuan orang-orang kenalannya di berbagai negara untuk memantau keberadaan Aleta. Revan lupa kalau ayah mertuanya itu lebih berpengaruh di wilayah Eropa karena beliau adalah pebisnis senior yang kuat kerja samanya dengan para pejabat tinggi di luar negeri.
Rere yang sudah sembuh saat ini memutuskan untuk menemui suaminya di perusahaan. Ia datang dengan penampilan yang sangat memukau. "Sayang, aku membawa kue kesukaanmu," ucap Aleta menyiapkan kue itu untuk suaminya.
"Aku tidak ingin makan apapun. Tinggalkan saja dan silahkan pergi dari sini karena aku sibuk," ucap Revan tanpa menatap wajah istrinya.
"Aku tahu kamu sedih kehilangan bayimu, Revan. Tapi kamu harus bisa move on dari duka mu," ucap Rere mencoba untuk menghibur suaminya.
Aleta mengambil potongan kue itu menyuapkan ke mulutnya." Tidak masalah bagiku kalau bayiku meninggal. Aku masih bisa mendapatkan bayiku lagi dari Aleta. Aku hanya butuh waktu untuk menemukannya," ucap Revan membuat Rere merasa tenggorokan nya menjadi seret untuk menelan bolu cake itu.
"Sialan....! apakah dia tidak bisa melupakan wanita sialan itu?" batin Rere menggeram kesal.
"Sayang, apakah kamu lupa kalau dia tega menyiram aku dengan kuah panas?" kenapa kamu masih berbaik hati padanya?" rengek Rere mencari perhatian suaminya.
"Bukankah lukamu sudah sembuh? bahkan tidak terlihat seperti baru mengalami luka bakar," sinis Revan.
Revan menghubungi Reno sambil melangkah keluar meninggalkan istrinya di ruang kerjanya.
"Dasar berengsek. Lihat saja nanti kalau aku bisa menemukan Aleta, aku tidak akan membiarkan wanita itu hidup," batin Rere penuh rencana busuk.
"Tuan, tolong periksa kiriman video dariku. Mungkin anda akan tertarik setelah melihatnya," ucap Reno dari ujung telepon sana.
Revan buru-buru mematikan ponselnya untuk melihat video dari Reno. Betapa terkejutnya Revan saat melihat video itu.
apalah daya bunda x menjaga dr singa betina