NovelToon NovelToon
Rahasia Di Balik Cinta Terlarang

Rahasia Di Balik Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duniahiburan / Rumahhantu / Mafia / Cintapertama / Berondong
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Ulina Simanullang

Di Universitas Harapan Bangsa, cinta tumbuh di antara dua insan dari dunia yang berbeda. Stefanus, pemuda cerdas yang hidup serba kekurangan, menempuh pendidikan berkat beasiswa.Di sisi lain, ada Stefany, gadis cantik dan pintar, putri tunggal Pak Arman, seorang pengusaha kaya yang ternyata menyimpan rahasia kelam Ia adalah bos mafia kejam.Pertemuan sederhana di kampus membawa Stefanus dan Stefany pada perasaan yang tak bisa mereka tolak. Namun, cinta mereka terhalang restu keluarga. Pak Arman menentang hubungan itu, bukan hanya karena perbedaan status sosial,hingga suatu malam, takdir membawa malapetaka. Stefanus tanpa sengaja menyaksikan sendiri aksi brutal Pak Arman dan komplotannya membunuh seorang pengkhianat mafia. Rahasia berdarah itu membuat Stefanus menjadi target pembunuhan.Akhirnya Stefanus meninggal ditangan pak Arman.stelah meninggalnya Stefanus,Stefany bertemu dengan Ceo yang mirip dengan Stefanus namanya Julian.Apakah Julian itu adalah Stefanus?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulina Simanullang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6: Jejak yang tertinggal

Hujan sudah reda, tapi tanah di sepanjang jalanan pinggir kota masih becek, menebarkan aroma tanah basah yang bercampur dengan bau besi dari darah yang tumpah di gudang beberapa jam lalu. Lampu jalan berpendar redup, sebagian bahkan padam, meninggalkan bayangan panjang di setiap gang sempit.

Seorang pemuda berlari terhuyung-huyung di antara kegelapan itu. Nafasnya memburu, langkahnya berat dan tak beraturan. Stefanus merasa dadanya seolah mau pecah, setiap tarikan napas disertai rasa sakit yang menusuk di sisi perutnya. Lengan kirinya terluka, darah menetes dan bercampur lumpur, tapi ia tidak berani berhenti.

Hanya satu hal yang menguasai pikirannya: menjauh sejauh mungkin dari gudang sialan itu.

Beberapa menit lalu, dari balik tumpukan peti tua di gudang tua dekat pelabuhan, ia menyaksikan hal yang tak seharusnya dilihat siapa pun. Seorang pria ditembak mati di depan matanya. Ia melihat Pak Arman, ayah Stefany, berdiri di tengah lingkaran anak buahnya, memegang pistol berasap, dengan tubuh korban tergeletak tak bernyawa di lantai dingin.

Stefanus bahkan bisa mendengar suara Pak Arman: rendah, berat, penuh kemarahan ketika menyebut kata-kata yang ditujukan pada si korban sebelum peluru meledakkan kepala pria malang itu.

Dan tanpa sengaja, ia mahasiswa biasa yang hanya ingin pulang menyaksikan semuanya.

Sekarang ia menjadi buruan.

Pelarian dalam Kegelapan

Stefanus menyeberang jalan kecil, hampir tertabrak motor yang melintas. Klakson meraung, tapi ia tidak peduli. Nafasnya berat, matanya terus menatap ke belakang. Suara teriakan dan langkah kaki sempat terdengar beberapa menit sebelumnya para anak buah Pak Arman mengejarnya.

Namun entah karena hujan deras yang turun tadi menghapus jejak atau karena keberuntungan semata, suara itu lama-lama menghilang.

Di tengah kepanikan, Stefanus tidak sadar kalau jam tangan hitam di pergelangannya terlepas ketika ia terpeleset di tanah becek dekat pintu belakang gudang. Jam itu benda kesayangannya, hadiah kecil dari pamannya yang merawatnya setelah orang tuanya meninggal.

Namun dalam situasi hidup-mati seperti ini, Stefanus tidak sempat memikirkannya.

Ia menemukan sebuah rumah kosong di ujung gang, jendelanya pecah, cat temboknya mengelupas, dan atapnya bocor. Dengan napas terengah, ia masuk, menutup pintu kayu rapuh itu, lalu bersandar di dinding yang lembap.

Tubuhnya gemetar bukan hanya karena dingin, tapi juga adrenalin yang belum reda. Di kejauhan, suara motor geng motor sesekali terdengar, membuatnya semakin waspada.

Ia tahu hidupnya berubah total hanya dalam satu malam.

Kembali ke Gudang

Sementara itu, di gudang tua dekat pelabuhan, beberapa mobil hitam berhenti di depan pintu besar yang sudah berkarat. Lampu-lampu senter menyoroti area sekitar. Para anak buah Pak Arman turun, sebagian membawa kain pel, sebagian lagi membawa kantong plastik hitam.

Boris, tangan kanan Pak Arman yang bertubuh kekar dengan bekas luka panjang di pipi kirinya, memimpin operasi malam itu. Wajahnya keras seperti batu, dan setiap anak buah memandangnya dengan hormat bercampur takut.

“Kita harus bersihkan semua jejak,” katanya dingin. “Kalau polisi sampai menemukan bukti di sini, kita habis.”

Beberapa pria mulai mengepel lantai dari bercak darah yang masih basah. Ada yang memungut selongsong peluru, ada pula yang memeriksa kembali pintu belakang tempat Stefanus sempat melarikan diri.

Di situlah salah satu anak buah, pria kurus dengan rambut cepak, melihat sesuatu yang berkilau di bawah sinar senter.

“Bos, lihat ini,” panggilnya.

Boris mendekat. Di tanah becek itu, ada sebuah jam tangan hitam dengan sedikit bercak lumpur di talinya. Benda itu terlihat murahan, jelas bukan tipe jam yang biasa dipakai orang-orang Pak Arman yang terkenal mewah.

“Siapa yang kehilangan ini?” tanya Boris dengan suara berat.

Semua pria menggeleng. Tak ada satu pun dari mereka yang mengenali jam tersebut.

Boris mengambil jam itu, memandanginya lama. Di dunia mereka, setiap detail kecil bisa berarti hidup atau mati.

“Bukan milik kita,” gumamnya perlahan. Lalu menatap anak buahnya dengan sorot tajam. “Berarti… ini milik saksi yang kabur tadi.”

Udara di gudang mendadak terasa tegang.

Mereka tidak hanya gagal menangkap saksi itu, tapi sekarang tahu bahwa saksi itu meninggalkan jejak identitas.

“Bawa ke Pak Arman,” perintah Boris akhirnya. “Biar dia sendiri yang memutuskan apa langkah selanjutnya.”

Para anak buah mengangguk, wajah mereka kaku. Semua paham satu hal: pemilik jam ini sekarang adalah target nomor satu.

Di Rumah Pak Arman

Di pusat kota, rumah megah bergaya kolonial berdiri angkuh di antara pepohonan tua. Lampu-lampu taman menyala redup, bayangan patung singa menghiasi halaman depan.

Di lantai dua, di balik jendela besar dengan tirai tebal, Pak Arman duduk di kursi kerjanya yang terbuat dari kayu jati mahal. Di depannya, meja besar dipenuhi dokumen-dokumen bisnis legal—topeng dari kerajaan kriminal yang ia pimpin di balik layar.

Pintu diketuk dua kali.

“Masuk,” suaranya berat, penuh wibawa.

Boris melangkah masuk, membawa kantong plastik hitam. “Kami menemukan ini di dekat pintu belakang gudang,” katanya singkat.

Pak Arman membuka kantong itu. Di dalamnya ada jam tangan hitam, sedikit kotor, tapi masih utuh.

Ia memungutnya dengan dua jari, memutar-mutarnya di bawah cahaya lampu meja. Wajahnya tetap datar, tapi matanya menyimpan kilatan berbahaya.

“Jadi,” katanya pelan, “anak itu meninggalkan namanya di sini.”

Boris mengangguk. “Sepertinya begitu. Kita tidak tahu siapa dia, tapi jelas ini miliknya.”

Pak Arman meletakkan jam itu di atas meja, menatapnya lama. Bagi orang lain, itu hanya benda murahan. Tapi bagi Pak Arman, itu adalah kunci identitas saksi yang berani-beraninya melihat sesuatu yang tak seharusnya.

Dan di dunia Pak Arman, saksi seperti itu hanya punya dua pilihan: diam… atau dihilangkan selamanya.

“Cari dia,” suara Pak Arman akhirnya terdengar, dingin seperti es. “Temukan siapa pemilik jam ini. Aku tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan. Begitu ketemu… habisi.”

Boris mengangguk sekali. “Siap, Bos.”

Stefanus yang bersembunyi sambil terluka, mulai sadar hidupnya dalam bahaya.

Stefany yang mulai gelisah karena Stefanus hilang kontak.

Di ruang kerja megah yang diterangi cahaya lampu temaram, Pak Arman duduk bersandar di kursinya. Jam tangan hitam yang ditemukan di gudang tergeletak di atas meja, berkilau pucat di bawah cahaya lampu. Seolah benda itu menatapnya kembali, menantangnya untuk menemukan pemiliknya.

Pak Arman bukan hanya pemimpin bisnis raksasa di kota ini; dia adalah otak di balik kerajaan mafia yang beroperasi dengan disiplin militer. Dan malam ini, ada seseorang yang berani menyaksikan rahasia kotor mereka. Seseorang yang masih hidup.

Baginya, itu adalah masalah yang tak bisa dibiarkan.

“Boris,” suaranya berat, memecah kesunyian. “Sebarkan orang-orang kita. Setiap sudut kota, setiap gang, setiap bar tempat orang-orang muda biasa nongkrong semua harus disisir. Anak ini pasti mahasiswa atau pekerja. Cari tahu siapa yang hilang malam ini, siapa yang terlihat terluka. Jangan tinggalkan jejak.”

Boris mengangguk patuh. “Akan segera kami lakukan, Bos.”

“Dan ingat,” Pak Arman menatap tajam, “begitu ketahuan siapa dia… pastikan dia tidak punya kesempatan kedua untuk bicara.”

Boris tahu artinya. Tidak ada negosiasi. Tidak ada ampun.

Malam yang Penuh Ketakutan

Di rumah kosong yang sudah lama ditinggalkan orang, Stefanus duduk di lantai berdebu, punggungnya bersandar pada dinding yang lembap. Tangan kirinya bergetar saat ia mencoba membersihkan luka dengan sobekan kain dari kausnya sendiri.

Setiap gerakan kecil membuatnya meringis. Luka itu bukan hanya dari kawat berduri, tapi juga dari pecahan kaca saat ia melompati jendela gudang tadi. Darah sudah berhenti mengalir deras, tapi rasa perihnya membuatnya hampir tidak bisa berpikir jernih.

Ia memejamkan mata sebentar, mencoba mengatur napas. Gambar yang ia lihat di gudang terus berputar di kepalanya: suara tembakan, tubuh pria yang jatuh, dan wajah Pak Arman yang dingin saat memerintahkan anak buahnya menyingkirkan mayat itu.

Stefanus menggigit bibirnya. Dia baru saja melihat pembunuhan.

Dan pelakunya bukan orang sembarangan. Ayah dari perempuan yang ia cintai.

Pikirannya berkecamuk. Ia bahkan belum sempat memikirkan Stefany malam ini. Handphone-nya mati total, baterainya habis, dan ia tidak berani keluar untuk mengisi daya di tempat umum.

Di luar, suara motor terdengar lagi. Stefanus menahan napas, tubuhnya menegang.

Ia mengintip dari jendela pecah. Di jalan, dua pria berjaket kulit berhenti, mengobrol sebentar, lalu pergi lagi.

Stefanus tahu ini belum selesai. Sesuatu di dalam dirinya berkata bahwa malam ini hanyalah awal dari mimpi buruk panjang yang menantinya.

1
Ida Bolon Ida Borsimbolon
mantap,Tetap semangat berkarya💪☺️
argen tambunan
istriku jenius bgt lah♥️♥️
argen tambunan
mantap
Risno Simanullang
mkasi kk
Aiko
Gila keren!
Lourdes zabala
Ngangenin ceritanya!
Risno Simanullang: mkasi kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!