Seorang anak mahasiswa yang sangat miskin mendapatkan kekayaan yang sangat mencengangkan. Kehidupannya menemui banyak rintangan dalam kehidupan sehari harinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Faqih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Menyumbangkan Tiga Triliun
Melihat Faqih yang berdiri di hadapannya. Prof. Leonidas seakan tidak percaya. Dia masih menatap Faqih dengan lekat. Matanya melihat dari atas kepala sampai ke kaki.
Dalam hati Prof. Leonidas berbisik, "Bukankah anak ini sangat miskin, penampilannya dahulu sangat memprihatinkan. Bahkan Pakaian sehari-harinya sangat tua. Mengapa sekarang sangat berbeda !". Tampak lebih berwibawa.
Selamat ini, Prof. Leonidas menganggap Faqih merupakan siswa paling termiskin di Universitas Internasional Dharussalam.
Mulutnya sedikit susah untuk berbicara, keterkejutannya membuatnya terpana memandang Faqih.
Pak !. "Tegur Faqih".
Ehh,, iya Faqih. "Ucap Prof. Leonidas".
Maaf, ucap Prof. Leonidas yang kembali normal berfikir setelah di terpana melihat Faqih. Mereka berdua pun berbincang.
Leonidas : Ada perlu apa ?
Faqih : Saya ingin membicarakan sesuatu !.
Leonidas : Bicara soal apa ?
Faqih : "Saya ingin menyumbang sejumlah uang untuk renovasi kampus, beasiswa dan tunjangan seluruh dosen".
Prof. Leonidas dan Dr. Sabastian mengerutkan keningnya mendengar penuturan Faqih.
Dalam hati Prof. Leonidas berkata, "Apa anak ini tidak salah bicara. Apa kondisinya normal normal saja saat ini ?". Sedangkan Dr. Sabastian merasa ragu dengan perkataan Faqih. Ia menganggap Faqih lagi ngawur.
Prof. Leonidas menatap Faqih, lalu berkata, "Apa yang kamu katakan ? Apa kamu tidak salah bicara ?".
Apa kamu tahu konsekuensi berbicara seperti itu ?.
Sambil melangkah ke arah kursi, Prof. Leonidas kembali berucap, "Dari mana kamu akan mendapatkan sejumlah uang untuk semua yang kamu katakan ?".
Faqih berkata dengan sopan. "Saya serius Pak Prof. Apa yang saya katakan barusan adalah benar".
Belum sempat Prof. Leonidas dan. Dr. Sabastian berkata, Faqih lebih dulu melanjutkan perkataannya. "Saya akan menyumbang sebanyak 3 Triliun".
Boommm,,,
Mendengar penjelasan Faqih, seperti ledakan bom di sore hari. Mulut mereka terbuka lebar.
Prof. Leonidas dan Dr Sabastian seakan tidak percaya dengan apa yang barusan di katakan Faqih.
Mereka berdua tercengang mendengar penjelasan Faqih.
Prof. Leonidas bergumam, "Bagaimana mungkin seorang remaja yang selama ini kuliah memakai serba barang bekas dan tua di tubuhnya. Di tambah bau tubuh yang terkadang lumayan mengganggu. Bahkan uang jajan tidak ada sama sekali, yang hanya mendapatkan dari teman teman kuliahnya". Ingin menyumbang sejumlah uang sebanyak 3 Triliun.
Pak Prof. Leonidas masih tidak dapat mempercayainya, tubuhnya goyang dengan yang di katakan Faqih. Ia berusaha menyandarkan tubuhnya di kursi.
Prof. Leonidas masih berfikir keras dengan apa yang di ucapkan Faqih. Keringatnya mulai keluar.
Di sisi lain, Dr. Sabastian bergumam, "Bukankah kehidupannya sangat memprihatikan. Hidup di rumah yang tidak layak, sudah hampir rubuh. Makan saja sangat susah untuk di dapatkan. Bagaimana mungkin uang sejumlah 3 Triliun di sumbangkan begitu saya saja. Ini adalah hal yang mustahil mereka dapatkan dalam hidupnya.
Dr. Sabastian berkata, "Apa kamu berusaha membodohi kami ? Kamu jangan bermain main dengan yang kamu katakan !".
Dr. Sabastian kembali berujar, "Bagaimana mungkin kamu memiliki uang sebanyak itu ? Itu hal mustahil yang kamu katakan".
Wajah Dr. Sabastian terlihat tidak baik, ada raut wajah yang menampakkan kemarahan.
Mendengar perkataan Dr. Sabastian yang di anggapnya betul. Prof. Leonidas mengangguk. Ia pun ikut menimpali perkataan Dr. Sabastian, "Kamu jangan main main dengan yang kamu katakan.
Faqih hanya terdiam. Ia mengamati semua yang di katakan Dosen dan Rektornya. Ia paham, bahwa hal ini mustahil bagi mereka untuk percaya.
Faqih berbisik dalam hati, "satu satunya cara agar mereka percaya, ia harus mempercepat proses pemberian dana 3 Triliun ke kampus.
"Saya ada satu permintaan kepada Pak Prof setelah ada saya menyumbangkan uang 3 Triliun". Ucap faqih dengan tenang.
Prof. Leonidas memicingkan matanya menatap Faqih dengan apa yang barusan Faqih katakan.
Dr. Sabastian hanya diam mengamati Faqih. Ia menunggu semuanya. Saat ini, yang ia butuhkan pembuktian ucapannya Faqih.
Prof. Leonidas berkata, "Apa permintaanmu ? Jika mampu saya lakukan, maka saya akan penuhi".
Saya ingin tidak masuk kampus lagi. Saya mau Bapak membantuku mengurus kelulusanku. Kata lain, saya butuh ijazah dari kampus tanpa saya masuk kuliah.
Mendengar penjelasan Faqih, Prof. Leonidas menganggukkan kepala dengan pelan sambil berfikir.
Setelah berfikir sejenak, Rektor Prof. Leonidas berkata, "Kalau hanya itu permintaanmu, saya bisa membantumu.
Prof. Sabastian kembali bertanya, "saya butuh alasan darimu, kenapa kamu tidak perlu masuk kampus lagi ?".