NovelToon NovelToon
AMBISI SANG SELIR

AMBISI SANG SELIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Harem / Fantasi Wanita / Konflik etika / Cinta Istana/Kuno / Romantis / Balas Dendam
Popularitas:32.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Jika aku berhasil menaiki takhta ... kau adalah orang pertama yang akan ku buat binasa!”

Dijual sebagai budak. Diangkat menjadi selir. Hidup Esma berubah seketika tatkala pesonanya menjerat hati Padishah Bey Murad, penguasa yang ditakuti sekaligus dipuja.

Namun, di balik kemewahan harem, Esma justru terjerat dalam pergulatan kuasa yang kejam. Iri hati dan dendam siap mengancam nyawanya. Intrik, fitnah, hingga ilmu hitam dikerahkan untuk menjatuhkannya.

Budak asal Ruthenia itu pun berambisi menguasai takhta demi keselamatannya, serta demi menuntaskan tujuannya. Akankah Esma mampu bertahan di tengah perebutan kekuasaan yang mengancam hidupnya, ataukah ia akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASS34

Di depan istana, ratusan prajurit berdiri tegak membentuk barisan rapat. Perintah darurat baru saja dikeluarkan setelah Esma, memohon kepada Ibu Suri dengan wajah pucat — agar segera menyiagakan pasukan. Ia mengatakan bahwa ia melihat panah api melesat bergantian di langit, seolah menjadi isyarat rahasia bagi musuh-musuh yang tersembunyi untuk mulai bergerak.

Gerbang utama ditutup rapat, rantai besi dikaitkan, dan busur-busur panah diarahkan ke segala penjuru. Beberapa kesatria menempati menara pengintai, sementara barisan tombak menghalangi setiap celah menuju pintu istana.

BUM!

Suara dentuman membuat suara jeritan bersahut-sahutan di dalam istana.

“Ibu Suri ...!”

“Lindungi Esma Hatun!”

Di dalam istana, para pelayan sudah berhamburan menyingkir. Sedangkan para kasim berlarian, mengawal para selir menuju ruang dalam yang lebih aman. Ibu Suri turut dibawa bersama Esma dan Yasmin, di bawah pengawalan ketat Mansur Ağa yang menuntun mereka menuju ruang bawah tanah — tempat perlindungan khusus bagi keluarga kerajaan.

“Ibu Suri, tetaplah di sini hingga bala bantuan datang,” ucap Mansur dengan suara bergetar. “Hamba harus kembali ke atas untuk memastikan tidak ada ancaman lebih lanjut. Hamba akan segera kembali setelah keadaan terkendali.” Mansur berlutut, menunduk hormat penuh takzim seolah-olah itu akan menjadi penghormatannya terakhir kali.

“Lakukan tugasmu, Mansur,” lirih Ibu Suri. “Aku tau kau akan melakukan yang terbaik. Berhati-hatilah di atas sana ....” Setitik bulir bening menetes di sudut matanya.

Kasim setia itu mengangguk, lalu bangkit dan melangkah dengan gagah berani tanpa lagi menoleh ke belakang.

Esma menatap punggung Mansur yang semakin menjauh, ada rasa khawatir yang menggelayuti hatinya. Biasanya, ia akan tertawa melihat wajah datar sang kasim saat dirinya menjahilinya dengan lelucon ringan. Tapi sekarang, melihat Mansur pergi dengan wajah serius dan tekad membara, ia merasa ... ia tidak bisa membiarkan Mansur bertarung sendirian.

“Esma ...,” panggil Ibu Suri lembut. “Aku tau rencana apa yang ada di kepalamu saat ini, tapi ... jangan lakukan itu, Esma. Di dalam dirimu, sedang mengalir darah dinasti, kau harus menjaganya dengan baik.”

‘Cih!’ Yasmin berdecih di dalam hati sambil menimang sang putra. ‘Sungguh pilih kasih! Kemarin ... apa yang kalian lakukan padaku saat aku mengandung darah dinasti? Kalian membuang ku jauh-jauh ke pengasingan! Sekarang, nikmatilah pembalasan dari ayahku. Kalian tidak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup!’

.

.

.

Trang!

Clang!

Srak!

Suara pedang beradu menggema di dalam istana, pertahanan luar telah berhasil ditembus. Prajurit-prajurit istana bertempur mati-matian di lorong utama, istana telah menjadi lautan darah.

Mansur menerobos masuk dari sisi barat, pedangnya terhunus, matanya menatap tajam ke arah pasukan pemberontak. Ia menebas satu, menangkis dua, hingga serpihan baja beterbangan di udara. Belasan pemberontak tumbang di tangannya seorang.

“Pertahankan gerbang utama!” serunya keras. “Jangan biarkan mereka mendekat ke ruang dalam!”

Mansur kembali mengayunkan pedang, menebas musuh-musuh yang bukannya berkurang — justru kian bertambah. Napasnya mulai tak beraturan, terengah-engah. Di tengah-tengah kekacauan itu, mendadak Mansur membeku.

Di antara kerumunan musuh bersenjata, berdiri seorang lelaki dengan bekas luka panjang di pipi kiri — luka yang sama yang pernah ia torehkan bertahun-tahun lalu di medan perang. Dan ketika mata mereka beradu pandang, lelaki itu menyeringai, menatap dengan sorot mengejek.

Pria bercodet itu melangkah mendekat, menyeringai lebar.

“Aku tak salah lihat, rupanya,” ujarnya dengan nada mengejek. “Kau masih berani menghunus pedang setelah kejantanann mu ku buat tak bersisa?”

Mendengar ejekan itu, dada Mansur bergetar — amarah dan ingatan lama menyeruak bersamaan. Dialah orang yang telah merenggut kejantanannya. Dan kini, nasib mempertemukan mereka kembali di tengah kobaran pemberontakan.

“Maju kau, Bedebah!” umpat Mansur.

Pria bercodet itu terkekeh, merasa tertantang. Dengan pedang terhunus, ia berlari kencang, siap menebas kepala Mansur.

Klang!

Klang!

Bilah pedang keduanya beradu, mereka saling menebas dan mengelak. Mansur menangkis serangan demi serangan. Namun, satu tebasan berhasil mengenai lengannya. Darah mengucur deras, membuat genggamannya goyah.

“HAHAHA! MATI KAU DI TANGANKU!” Tawa si pemberontak membahana melihat Mansur mundur dengan langkah terhuyung-huyung.

Brugh!

Mansur terjerembab, tersandung jasad salah satu prajurit yang sudah tak bernyawa. Pria bercodet itu memutar pedangnya, memainkan ujung bilahnya seperti macan yang mengulur mangsa.

Mansur nyaris kehabisan tenaga. Nafasnya tersengal. Dalam hati ia berbisik lirih, ‘Ya Allah, lindungilah Ibu Suri, Esma Hatun, dan juga Pangeran Emir. Selamatkanlah mereka ....’

Pria bercodet itu mendecak melihat tatapan kosong Mansur.

“Apa kau sedang berdoa agar Tuhan menyelamatkan nyawamu?”

Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Urat lengannya menegang, sorot matanya sangat haus akan darah.

“Kalau begitu ... bagaimana jika aku mengirim mu langsung pada-Nya? Agar kau bisa langsung meminta pada sang Khalik? Hahaha!”

Pedang itu meluncur cepat ke arah Mansur.

JLEB!

Darah pun seketika menggenang. Kedua kaki Mansur tersentak-sentak, menegang dan terdiam.

*

*

*

1
🔴SENJA
hadeeh ga nyadar diri lu anak pemberontak 😡😡😡
🔴SENJA
lu urus semua sendirilah! 😤 anak pemberontak kok mau di ratu in aja 😤 mandi sendiri, nyuci sendiri semua lu urus sendiri lah 😁🌝
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
makasih Esma ( Author tentunya🤭 ) sdh mmbrkn kebijakan yg akhrnya bnr2 judule menghukum yasmin wlpn ringan banget...watek angkuh g sdr diri dirinya siapa g d gantung udh untung
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
lah brti awakmu sing tengik tho yas kan kui klmbi kotor mu🤭
Patrish
anda keren sekali thor..tidak sekedar menulis tapi mendasari cerita dengan sejarah dan aturan kuno...bukti referensi anda cukup luas...proud of you👍🏻❤
Ayani Lombokutara
bagus kyknya thor
aku suka peran wanita yg gk menye menye 🤭🤭
gk suka yg drama indosiar dkit dikit meewekk
Sayur 💎
besok ku otw tor
Sayur 💎
tempeleng aja nep
Sayur 💎
inget gelar hormat mu dh di copot
sadr diri
Dae_Hwa💎: Mana sanggup dia mengingat.
total 1 replies
Sayur 💎
yasmin di rendahkan serendah2nya
Sayur 💎
tmn2 yuk kita jambak yasmin. bnci bgt aku tu
Sayur 💎
sifat aslinya mulai keluar laginwkwk
💕Bunda Iin💕
ayo🥰
💕Bunda Iin💕
pasti mampu dong🥰
💕Bunda Iin💕
siap thor💖
Dae_Hwa💎: /Heart/
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
malam thor...Alhamdulillah sehat
💕Bunda Iin💕
masih dibilang penghinaan ckckckck yasmin yasmin...ga bisa berkata² lgi buat kau wanita laknatullah😡
💕Bunda Iin💕
ya lupa dia...wong isi otak nya emosi aja sama keangkuhan tingkat akut
Dae_Hwa💎: Parah, ya.
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
mantap sekali hukuman nya...walaupun itu masih termasuk ringan...
💕Bunda Iin💕
yasmin ini enak nya di apain ya🤔ko ga sadar² jdi org malah mangkin menjdi²😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!