NovelToon NovelToon
Serpihan Memori

Serpihan Memori

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Tamat
Popularitas:793
Nilai: 5
Nama Author: Yihana Gicel

Kisah seorang lelaki bernama Marvel Gaendra Pratama, lelaki bermata tajam, rahang tegas, dan bijaksana dalam geng motor nya, Argos Rozegeng atau sering disebut Argos.

Lelaki yang tidak pernah jatuh cinta bertemu dengan seorang gadis yang pernah ia sukai saat masa SMP. Akibat kecelakaan, ia hilang ingatan dan melupakan gadis tersebut. Kenyataan nya, semesta masih memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dalam perjodohan dadakan, atas dasar perjanjian masa lalu antar keluarga.

Tentu saja, pada awalnya masih saling membenci. Tetapi, semakin berjalan nya waktu, timbul lah benih-benih cinta dalam hati lelaki itu.

Lalu, apakah lelaki itu akan berhasil melewati segala rupa rintangan demi mendapatkan gadis istimewa nya, atau malah sebaliknya?.

***

-cover by hihappiness
-typo dimana-mana!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yihana Gicel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

| Lomba desain

Penyakit ketua ArgosRozegeng telah sampai ke telinga anggota inti. Mereka khawatir akan kondisi sang ketua. Beberapa kali mereka menyuruh sang ketua segera memberitahukan sang istri, beberapa kali juga sang ketua menolak.

"Lalu, apakah kakak harus menjalani operasi?".

"Yah seperti itu. Operasi jalan satu-satunya".

"Kak beritahukan saja ibu ketua!. Agar dia bisa merawat kakak". Saran Rio.

Marvel menggeleng, raut wajahnya datar. "Aku tidak akan menggangu waktu nya dengan Harry".

"Kak!... ". Marvel menatap Aldo. "Berhenti lah mengalah. Kali ini kakak lebih penting daripada Harry. Kanker ginjal bukanlah penyakit sepele! ".

"Aku tidak bisa memberitahu gesya tentang ini. Dia akan khawatir".

"Ini salah ibu ketua sendiri. Dia meninggal kan kakak sendirian dan berduaan bersama Harry, mungkin dengan kakak memberitahu kan soal ini dia bisa meluangkan sedikit waktu nya buat kakak".

"Bukan salah gesya, Naldo". Gumam Marvel. "Ini salah ku karena sudah mencintai seseorang berbeda jalan dan perasaan. Tapi aku tidak pernah menyesal, seluruh cinta ku hanya untuk Yang Maha Kuasa dan dirinya".

Gevano menghembuskan nafas panjang. Kalau dia menjadi marvel, pasti sudah lama ia akan berusaha melupakan orang yang tak bisa digapai. "Kak.... apa kakak sudah tanya kepada diri kakak tentang perjuangan ini? ".

"Iya, ini adalah keputusan ku. Kamu tenang saja. Aku selalu berfikir sebelum memperbuat sesuatu. Semoga ini jalan benar.... ". Jawab marvel. "Sebenarnya, aku jadi pengen jail kayak sebelum menikah. Seiring berjalannya waktu aku jadi sering menjaga bicara ku terhadap gesya. Kalau dihitung pasti sudah berbulan-bulan, tapi belum dapat respon".

Kevin menepuk-nepuk pundak marvel, wajahnya iba. "Yah kak!. Kakak harus janji jangan meninggalkan perjuangan kakak setelah berhasil mendapatkan hati orang yang kakak sayang. Kita tim Anggota Argos Inti akan selalu mendukung perjalanan hidup kakak! ".

"Betul!. Kakak harus semangat! Jangan dulu menyerah. Pasti ada peluang dari segala masalah, kami juga tahu keputusan kakak tak pernah salah". Timpal Evan.

Marvel berdiri di tengah-tengah anggota intinya, kemudian mengajak tim inti agar berdiri membentuk sebuah bulatan mengengahi dia.

Marvel menjulurkan tangan kanan keatas, dalam keadaan sakit pun wajahnya tetap menunjukkan aura berwibawa serta bijaksana ketika menjadi seorang pemimpin, tetap tampan, bibir pucat sekali pun tak dapat menutupi sebuah ketampanan.

"ANGGOTA INTI ARGOS! ". Seru Marvel.

"SOLIDARITAS TANPA BATAS! ". Anggota inti Argos bersorak-sorai bahagia.

Dimata mereka, marvel bukan hanya sekedar kebanggaan tetapi kebahagiaan. Mereka pasti bisa mendapatkan dukungan dan termotivasi dari ketua mereka, ketua yang dimana sudah memimpin selama lebih dari dua tahun lebih.

Pernahkah kamu melihat kamar seseorang berantakan?. Apakah kamu pernah berfikir kalau pikiran orang tersebut se berantakan kamarnya?.

****

Seluruh siswa-siswi SMA Meteora sibuk mendekorasi sebuah ruangan besar. Lebih tepatnya, ruangan besar itu adalah sebuah ruangan melukis yang disulap menjadi tempat mengadakan lomba desain baju.

"Ayo semangat anak-anak!. Sebentar malam kita akan mengadakan lomba yang sekali dibuat dalam satu tahun, meriah nya jangan hanya orang-orang, tetapi ruangan nya juga! ".

Dibalik ruangan yang didekor, beberapa orang sedang menjahit menyulap-nyulap kain menjadi baju indah memukau. Gesya meregangkan otot, ia begadang selama tiga hari untuk membuat desain baju indah. Akhirnya, baju nya sudah selesai dibuat.

Jantung nya berdebar kencang, menatapi hasil desain nya. Berkat keyakinan nya, ia berhasil membuat baju seindah itu menggunakan kain yang tadinya merah tua polos. Warna bunga mawar tetap menjadi warna kesukaan nya. Mungkin, ia membenci marvel, tetapi ia tidak membenci warna kesukaan yang mewarnai hidupnya setelah kedatangan marvel.

"Wah! Hebat sekali yah, Sya!. Bajunya bagus sekali, pasti susah buatnya.... ". Puji salah satu kawan disamping nya.

Gesya tertawa manis. "Tentu saja sulit. Tapi setidaknya membuahkan hasil memuaskan".

"Hmm?. Kalau baju gesya bagus, pasti punya suaminya juga bagus! ".

"Tolong jangan sebut marvel suamiku. Aku sangat tidak senang".

"Lho, kenapa?. Kan memang benar marvel adalah suami mu. Ah, aku tahu! Kamu pasti masih malu untuk mengungkapkan nya! ". Tebak perempuan itu.

"Aku tidak malu, aku memang tidak ada rasa, apalagi menganggap nya sebagai suami. Kita hanya dinikahkan terpaksa, bukan karena saling cinta".

"Tapi marvel itu ganteng!. Beribawa, bahkan pintar! ". Puji perempuan itu. "Aku ngefans banget sama dia. Ganteng-ganteng begitu siapa yang tak mau?. Kamu termasuk beruntung! ".

"Halah!. Cowok ganteng diluar sana juga banyak! ".

Perempuan tersebut tertegun. Satu-satunya perempuan tidak tertarik pada si ketua Argos beribawa, sempurna. "Kamu beneran tidak tertarik?. Huh sayang sekali!. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sangat bersyukur! ".

"Lanjutkan saja bajumu!. Aku jadi tidak mood karena membicarakan marvel". Gesya berkata usai menghela nafas pendek. "Aku mau pergi mencari Harry. Ada yang mau ku bicarakan".

"Iya pergilah. Sepertinya dia ada diruangan sebelah".

Gesya membalikkan badan, melihat marvel yang sepertinya sudah berdiri lama didepan pintu mendengarkan pembicaraan mereka. Perempuan disebelah gesya ikut menoleh marvel.

"Marvel?. Sejak kapan kamu disitu? ". Tanya perempuan itu, ia melirik gesya yang saling bertatap wajah dengan marvel. "Ja-jangan bilang kamu mendengarkan pembicaraan kita barusan?. Maafkan kami, marvel. Kami tidak bermaksud untuk menggosip mu".

Marvel segera membalas perempuan tesebut, akan tetapi gesya menyelah. "Biarkan saja!. Biar dia tidak terlalu berharap kepadaku".

Bibir marvel menutup erat, ia lantas pergi dari ruangan desain milik wanita. Ia sempat bertemu langsung dengan sebagian besar anggota inti Argos nya. Marvel tak memperdulikan anggota nya, ia langsung bergegas pergi dari hadapan mereka.

"Apa yang terjadi dengan kak marvel? ".

Beberapa anggota inti Argos itu menghampiri gesya dan satu perempuan tersebut. "Sya, ada apa dengan kak marvel? ". Tanya Mahesa setelah berada tepat didepan ibu ketuanya.

"Nggak tahu. Tanya aja sama ketua kalian, aku nggak perduli.... ".

Rio menatap perempuan sekelasnya. "Kamu bisa menjelaskan semuanya? ".

Perempuan bernama Vanes itu mengangguk pelan. "Jadi begini, tadi kita lagi membicarakan marvel. Kita tidak tahu kalau marvel sudah mendengarkan pembicaraan kita mungkin sejak awal. Sebelum marvel pergi, gesya sempat mengatakan kalau marvel tidak terlalu pantas untuk mendapatkan cinta nya. Dan.... hanya itu yang bisa ku jelaskan". Terang Vanes.

Rio mendesah, dia jadinya yang capek melihat kondisi hubungan pernikahan ketuanya. "Gesya, aku tahu kamu tidak mencintai kak marvel. Tapi.... ". Rio berhenti bicara sejenak. "Tapi kamu tidak perlu sebenci ini pada kak marvel".

"Aku benci marvel bukan urusan kalian!. Kenapa kalian selalu mengatur?. Lagian yang aku bicarakan adalah benar. Ketua kalian itu tidak perlu berharap untuk mendapatkan yang lebih dari aku". Cetus gesya.

"Aku tahu itu semua". Naldo ikut serta menimbrung perkataan gesya. "Kamu harus sedikit menghargai marvel sebagai suami mu".

"Kami minta tolong padamu. Hidup kak marvel membutuhkan istrinya sekarang". Mohon Naldo.

"Diam! Kalian ini sangat mengganggu". Gesya melangkah pergi, tetapi Naldo menghentikan nya.

"Dengarkan kami dulu!. Kak marvel sedang mengidap penyakit parah! ".

Gesya melangkah mundur kehadapan Naldo. Wajahnya penuh rasa kebingungan dan rasa penasaran. "Mengidap penyakit?. Penyakit apa? Penyakit nya berbahaya? ".

"Sangat berbahaya.... ". Balas Mahesa. "Dia hanya ingin kamu bersama dengannya, apa kamu tidak mengerti perasaan nya?. Dia sedang membutuhkan kamu sebagai motivasi nya agar tetap mau hidup.... ".

"Kau mau tahu tentang rahasia nya ini? ".

"Tentu, marvel belum pernah menceritakan ini sebelum nya.... ".

"Karena kamu terlalu sibuk dengan urusan mu. Kamu kurang menanyakan kabar marvel, kalian berdua sudah gagal membangun rumah hangat.... ". Ujar Rio.

Vanes menepuk lengan Rio, dia ikut penasaran. "Marvel sedang terkena penyakit apa? ".

"Iya beritahu aku".

Ketiga anggota bagian inti Argos setengah hati memberitahukan ibu metua Argos. Namun, melihat gesya khawatir keputusan mereka memberitahu mengenai penyakit marvel semakin bulat.

"Kak marvel, dia.... ". Rio menunduk. "D-dia terkena penyakit kan-".

"Permisi.... ".

Perkataan Rio terhenti. Kini semua orang beralih ke arah laki-laki yang berdiri didepan pintu tempat desain. "Maaf sudah menganggu kesibukannya. Bagi yang ikut lomba disini silahkan keruangan meeting. Kalian akan di voting bagi siapa yang akan menjadi pembukaan dalam mempresentasikan karya".

"Oh, baik. Ayo pergi.... ".

"Tunggu, kamu tidak mendengar kan ku dulu?".

"Tidak, voting nya lebih penting". Jawab gesya.

Orang yang mendesain diruang tersebut keluar Satu-persatu meninggalkan Mahesa, Rio dan Naldo bertiga didalam ruangan.

Rio berdesis kesal. "Kenapa gagal?. Padahal tadi hampir berhasil".

"Sepertinya.... penyakit kak marvel masih belum mendapatkan hari yang tepat untuk diberitahukan pada gesya". Ucap Naldo.

"Kita tidak perlu memberitahu kan nya lagi. Kalau sudah begini berarti hanya tunggu waktu tepatnya saja. Semuanya pasti akan ketahuan dengan sendiri nya". Anjur Mahesa. "Sekarang lebih baik kita menyusuli kak marvel.... ".

Naldo mengerutkan kening. "Bukannya kak marvel ikut voting?. Dia juga mengikuti lomba".

"Oh iya yah!. Aku sampai lupa. Akhir-akhir ini aku selalu teringat pada pelaku pembobol markas kita". Rio terlihat khawatir, ia takut disangka berbohong. Karena pada waktu pembobolan, ialah yang tidur di markas seorang diri.

Mahesa merangkul pundak Rio. "Tenang saja, kamu tidak perlu sekhawatir itu. Kemungkinan demonblack sudah kembali setelah beberapa tahun silam ini melarikan diri tanpa jejak.... ".

Naldo perlahan mengeratkan jaket bertema kesolidaritasan Argos, tubuhnya merinding. "Guys, kita pergi aja yuk!. Perasaan aku lagi nggak enak sekarang".

"Yaudah, yuk!. Kita harus nunggu kak marvel kembali dari ruangan voting dikantin". Ajak Mahesa. Ketiga lelaki itu pergi meninggalkan ruangan desain baju khusus ciwi-ciwi.

(19:00)

Malam perlombaan pun tiba. Ber gerombolan siswa-siswi menempati kursi kosong. Seluruh siswa Meteora yang mengikuti lomba wajib duduk di atas panggung secara berderetan, sesuai nomor urutan.

Seluruh siswa terlihat sangat senang, kecuali gesya. Ia gelisah, jantung nya berdetak kencang. Kakinya tidak dapat diam, terus menerus di hentakan pelan di atas lantai. Marvel memerhatikan gerak-gerik nya diam-diam.

"Tidak usah khawatir. Hanya diamkan diri saja disamping desain sambil tersenyum setelah nama di panggil. Kamu kan urutan nomor dua, kamu bisa mencontohi vanes sebentar".

Gesya tidak mengalihkan pandangan ke marvel. Matanya sibuk mencari Harry. "Kamu tahu apa?. Aku tidak khawatir sama sekali.... ".

Tiba-tiba, gesya melambaikan tangan diberibu-ribuan penonton. Marvel mencari kemana arah gesya melambaikan tangan. Ternyata, lambaian tersebut dilontarkan nya kepada Harry.

Marvel menghela nafas dalam, menyandarkan diri di sandaran kursi. "(Lagi lagi Harry....) ". Gumamnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Beberapa menit, pembawa acara lomba mengambil posisi sambil memegangi mikrofon. Tubuh gesya kembali menegang.

"Baik para siswa-siswi harapan SMA Meteora. Kita akan memuliakan lomba sekali buat dalam setahun ini. Dan, sebagai hamba Tuhan, kita patut bersyukur karena kita bisa ada sebagaimana kita ada berkat bukti penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita. Sekiranya lomba ini bisa berjalan dengan baik, dan membuahkan hasil yang baik juga". Suara pembawa acara bergema.

"Didepan kita ini, sudah duduk beberapa orang-orang berbakat. Mereka sudah menjahit baju-baju dengan sepenuh hati. Mari kita berikan Apresiasi! ".

Tepuk tangan meriah terdengar dari para siswa-siswi bersama juri. "Disamping saya juga sudah tersedia beberapa baju yang ditutupi oleh kain. Didalam kain ini pasti sudah tersedia baju-baju indah!. Mari saja kita mulai dari nomor urutan kesatu! Yaitu Siswi bernama Vanesha Enggraini, ayo berikan tepuk tangan! ".

Vanes maju kesamping baju desain nya seraya menunduk-nunduk terhadap penonton dan juri. Pembawa acara memberikan mikrofon kepada Vanes agar vanes bisa berbicara tentang kata sambutannya. Vanes mengambil mikrofon tersebut.

"Halo, perkenalkan nama saya Vanesha Enggraini. Saya dari kelas 12 C IPA. Saya mengikuti lomba ini karena saya sangat suka menjahit atau mendesain, dan besar nanti saya mau menjadi seorang desainer baju yang bisa di andalkan banyak orang. Saya membuat baju ini sekitar dua hari setiap pagi dan sore jika ada waktu senggang".

Vanes memberikan mikrofon kepada pembawa acara. Pembawa acara segera menarik kain penutup baju hasil desain vanes. "Baik!. Mari kita melihat hasil desain Vanesha Enggraini! ".

Kain tersebut terbuka, penonton bersorak. Bajunya elegan, berwarna biru. "Wah wah!. Bagus sekali bajunya!. Ini hebat sekali. Tapi semua ini hanya tergantung pada juri. Kira-kira juri akan memberikan nilai berapa yah untuk Vanesha? ".

Semua juri puas akan hasil baju buatan vanes. Masing-masing mengangkat selembar kertas karton berukuran sedang, disana terdapat angka delapan. Vanes tersenyum bangga, ia mensyukuri apapun hasilnya.

"Ini adalah nilai yang bagus!. Selamat Vanesha, saya yakin kamu akan mendapatkan juara kali ini. Sekali lagi beri apresiasi nya untuk Vanesha Enggraini".

Sebelum duduk ke kursinya, ia membungkukkan badan memberi salam kepada juri dan penonton-penonton se-SMA Meteora. "Terima kasih semua atas apresiasi nya! ".

Gesya mencekram bajunya, kini tiba saatnya ia untuk menunjukkan hasil desain nya. "(Oke! Kamu pasti bisa!) ". Batinnya menunggu aba-aba dari pembawa acara.

"Sekarang kita akan melihat hasil desain selanjutnya, yang dibuat oleh teman kita Gesya Revronka Agatha! Mari bertepuk tangan! ".

Gesya beranjak dari kursi, ia berdiri disamping bajunya seraya membungkukkan badan pemberi salam. Pembawa acara memberikan mikrofon.

"Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Perkenalkan saya Gesya Revronka Agatha dari kelas 12 A IPA. Kali ini, saya akan mempresentasikan hasil karya desain baju yang saya buat selama lebih dari tiga hari tiga malam".

"Hebat yah!. Pasti yang ini tidak kalah bagus dengan vanesha. Mari sama-sama kita lihat! ". Pembawa acara membuka kain yang menutupi baju hasil karya Gesya.

Alangkah terkejutnya semua orang penonton. Baju itu rusak berat, beberapa bagian gaun ter sobek-sobek, dan jahitan nya terlepas. Gesya membeku terdiam, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Sorak sorai penonton berubah menjadi bisik-bisik an sinis. Para juri menggeleng kan kepala. Juri menilai gesya tidak becus dan tidak ada niatan mengikuti lomba desain busana. Hati gesya hancur berkeping-keping harus mendengar bisikkan sinis dari para penonton.

Marvel mengecek keadaan gaun gesya. Sementara gesya, ia hanya terdiam meneteskan air mata. Gesya merasa ingin berteriak menjelaskan bahwa dia bukan sengaja.

"Apa-apaan ini?! ". Bentak salah satu juri laki-laki. "Kamu niat tidak membuat gaun? ".

"Ti-tidak pak! ". Gesya menggeleng kuat. "A-aku bisa menjelaskan nya, kemarin ini masih baik-baik saja. Tolong pe-".

"Jangan banyak alasan! ". Juri perempuan menatap gesya sinis. "Kamu telah merusak acara spesial ini. Kalau kamu tidak sengaja, apa kamu akan menyalahkan orang lain? ".

"Pak, buk. Mohon maaf, gesya tidak mungkin sengaja merusak hasil perjuangan nya sendiri. Pasti ada yang sengaja". Marvel berdiri berdampingan bersama gesya.

Juri hanya tersenyum miring. "Kamu punya bukti?. Memang perempuan ini siapanya kamu? ".

"Aku suaminya".

Gesya terkejut menatap marvel ketika mendengar kata suami.

"Aku bisa lihat dia berjuang membuat ini. Gesya pasti bisa memperbaiki nya disini dalam tiga puluh menit".

Harry menyilang tangan didepan dada, memutar pupil matanya dengan malas. "Cowok caper!. Dia pikir gesya akan luluh? ".

"Berhenti ber omong kosong. Untuk apa diperbaiki?. Kita ini mengejar waktu, sepenting apa gadis ini sehingga kita harus membuang-buang waktu? ". Ucap salah seorang juri. "Semua warga Meteora sangat berbakat, dan saya mengakuinya. Kenapa gadis ini dimasukkan kesini?".

Zurra memangku kaki, senyuman tipis terukir. "(Puas sekali melihat gesya diusik usik satu sekolah. Rasakan! Siapa suruh caper sama marvel!) ".

Marvel menatap juri, badannya tetap tegap, matanya tajam. "Pak, buk tolong berikan gesya waktu".

Gesya menarik nafas kasar, giginya menggigit bawah bibir nya. "Marvel kamu kenapa sih?!. Nggak usah pura-pura belain aku didepan semua orang!. Aku tahu kamu pasti senang kan aku diginiin? ".

Zurra berdiri diantara kerumunan. "Dasar cewek nggak tahu diri!. Marvel lagi ngebelain dia malah sangka-sangka yang nggak buruk! ". Suara zurra berbunyi nyaring. "Udah!, kasih dia nilai jelek aja!. Orang sombong kayak dia nggak pantas dapet nilai bagus!. Pintar tapi bodoh! ".

"Tolong tenang dulu yah! Ini pasti ada yang nggak disengajakan oleh gesya". Ucap pembawa acara. "Kita meminta maaf yang sebesar-besarnya".

Gesya pergi dari atas panggung menahan malunya. Marvel sekuat tenaga mengejarnya sampai keluar dari ruangan yang penuh riuhan para penonton dan juri.

"Dasar tidak bertanggung jawab!. Bukannya menyelesaikan masalah ini malah pergi meninggalkan panggung!. Huh! Tidak tahu malu! ". Teriak zurra.

Varo mendorong nya dari belakang. "Heh! Kamu tidak usah sambung-sambung!. Ini adalah urusan juri! ".

Zurra sedikit terkejut menyadari kalau penonton kursi-kursi dibelakang nya terisi lebih dari anggota besar Argos. "Biarin!. Siapa suruh dia caper ke marvel. Sudah lah! Semuanya sudah terlambat. Kalau kalah saing dengan pendesain yang lain biarkan saja!. Tadi marvel belain dia malah marah nggak jelas! ".

"Kamu yang kalah saing!. Atau kamu yang telah merusak gaunnya? ". Sangkah Aldo. "Hanya karena kamu kalah saing mendapatkan hati kak marvel, terus kamu jadi tega melakukan semua ini? ".

"Ma-maksud kamu apa?!. A-aku tidak mungkin melakukan nya! ".

"Masa sih?. Dari gerak-gerik nya sudah kelihatan". Areksa menyeringai.

Zurra gugup, kembali duduk ke kursinya. Pandangan nya cepat terarah ke pembawa acara.

"Untuk karya ini, kita akan diskualifikasi. Kita lanjut ke model selanjutnya disini ada baju karya teman kita Marvel Gaendra Pratama. Kepada Siswa dipersilahkan".

"Lanjut saja". Timbrung Vanes. "Orangnya lagi pergi ke luar nyusul gesya.... ".

"Oh baik kalau begitu. Kita lanjut ke desain selanjutnya.... ".

Lomba berlanjut. Sementara gesya terengah-engah berlari sampai ke parkiran motor. Marvel menyusul nya dari belakang.

"Gesya, kamu mau kemana? Ayo perbaiki baju kamu".

"Sok baik!. Kenapa kamu ngebelain aku tadi? ".

"Aku hanya ingin menjelaskan ke juri. Kamu kan tidak mungkin merusakkan karyamu sendiri".

"Tapi cara kamu itu salah! ". Tegas gesya. "Kamu bakalan buat suasana nya jadi tambah kacau!. Kamu pengen aku malu kan didepan semua orang dengan cara membelaku? ".

"Sya dengar penjelasan aku!. Bagaimana caranya aku tega dengar kamu diusik usik kayak gitu".

"Aku nggak butuh pejelasan kamu! ".

Gesya kembali berlari menuju gerbang. Namun marvel berusaha menahan nya. Dengan kasar gesya menampar marvel sekuat tenaga.

Marvel membeku, rahangnya mengeras. Wajah gesya yang tadinya marah berubah perlahan-lahan menjadi khawatir. Gesya memegangi pipi marvel yang habis ia tampar.

"V-vel.... a-aku...." Lirih gesya. Gesya tidak lagi melanjutkan kata-kata nya, ia memilih cepat pergi dari depan marvel.

Marvel tanpa memikirkan apa-apa lantas menahan gesya lagi. "Kamu mau kemana? ".

"Lepasin! ". Gesya menyingkirkan tangannya dari tangan marvel. "Aku mau pulang! ".

"Aku antarin yah? ".

"Nggak usah! ".

Gesya berusaha kabur, tetapi marvel menghadangnya didepan. "Aku bakalan antarin kamu pulang, gesya! ". Ucap marvel agak tegas.

Gesya tidak punya tenaga ambil debat, ia mengangguk lemah tanda setuju. Marvel secepatnya membawa motor sport nya dari parkiran dan pergi disamping gesya.

Hati gesya berat menaiki motor marvel. Tapi ia tidak punya pilihan lain selain mengiyakan pinta lelaki itu.

Sepanjang jalan tidak ada suara, hanya terdengar suara motor dan kendaraan-kendaraan lainnya. Gadis tersebut duduk berjauhan dengan marvel.

"Maafin aku karena udah maksa kamu. Aku tahu aku salah.... ". Kata marvel.

Gadis yang di boncengi nya diam tak merespon apa-apa. Ia hanya melihat kearah langit mengingat-ingat kejadian tadi.

***

Kalau besar terserah mau jadi apa, asalkan jangan pernah jadi orang yang suka berbicara tapi tidak pernah ngapa-ngapain.Jangan pernah putus asa, belajar dari kesalahan, menata ulang pada esok hari. Biarkan semua orang tahu kamu adalah manusia yang berguna.

____________________________________ __

*Siapa yang merusak hasil desain Gesya?.

1
Faaabb
Jempolan!
•°ꫀꪜꪖ°•
Terpana😍
Yihana Gicel: Mari ikuti terus chapter-chapter menarik lainnya 🙆‍♀️😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!