NovelToon NovelToon
Cinta Di Atas Abu

Cinta Di Atas Abu

Status: sedang berlangsung
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: RizkaAube

Hidup Nara berubah dalam satu malam. Gadis cantik berusia dua puluh tahun itu terjebak dalam badai takdir ketika pertemuannya dengan Zean Anggara Pratama. Seorang pria tampan yang hancur oleh pengkhianatan. Menggiringnya pada tragedi yang tak pernah ia bayangkan. Di antara air mata, luka, dan kehancuran, lahirlah sebuah perjanjian dingin. Pernikahan tanpa cinta, hanya untuk menutup aib dan mengikat tanggung jawab. Namun, bisakah hati yang terluka benar-benar mati? Atau justru di balik kebencian, takdir menyiapkan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar luka? Dan diantara benci dan cinta, antara luka dan harapan. Mampukah keduanya menemukan cahaya dari abu yang membakar hati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkaAube, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter : 31

Pria itu menoleh, alisnya sedikit terangkat. “Hm?”

“Apa kau… juga merasa sedang diawasi?” pertanyaan itu lolos begitu saja.

Zean menatapnya lama, sebelum akhirnya kembali mengalihkan pandangan ke luar jendela. “Kau melihat seseorang?”

Nara menggigit bibirnya. “Aku tidak yakin. Tapi sejak pagi, aku merasa ada yang mengikutiku. Matanya menatapku dengan cara yang tidak biasa.” Suaranya gemetar, meski ia berusaha tegar.

Hening menguasai ruangan sejenak. Zean mengetukkan jarinya ke sandaran kursi, lalu berdiri perlahan. “Kalau itu benar, berarti ada sesuatu yang sedang mereka incar.”

“Mereka?” Nara menelan ludah, panik. “Maksudmu siapa?”

Zean menatapnya tajam, kali ini tak lagi sekadar datar. “Musuhku, atau masa laluku. Dua-duanya berbahaya untukmu.”

Nara tercekat. Nama Lusi kembali melintas di kepalanya, bersama semua bayangan buruk yang pernah Zean ceritakan secara tidak langsung. Ia tahu, luka hati pria itu belum sembuh, dan bisa saja masa lalu Lusi ikut menyeret hidup mereka ke jurang yang sama.

Nara menunduk, kedua tangannya saling meremas erat di pangkuan. Ia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya.

Zean menatapnya tajam, sorot matanya turun sebentar melihat jemari Nara yang menggenggam terlalu kuat, lalu kembali menatap wajah pucat itu. Ada sesuatu dalam tatapan Nara yang membuat dadanya terasa sesak,ketakutan yang begitu nyata.

“Nara…” suaranya rendah, nyaris berbisik. “Apa yang kau pikirkan sampai setakut ini?”

Pertanyaan itu membuat tubuh Nara kaku sesaat. Ia ingin jujur, ingin meluapkan segalanya. Namun kata-kata tertahan di tenggorokannya. Air mata tiba-tiba menggenang, jatuh membasahi pipinya.

“Aku… aku hanya takut,” jawabnya pelan, suaranya bergetar. “Aku merasa dunia terlalu besar, dan aku terlalu kecil untuk melawannya.”

Zean terdiam sejenak, lalu mendekat. Ia berdiri di sisi ranjang, menunduk agar sejajar dengan wajah Nara yang kini berlinang air mata. “Kau tidak perlu takut. Aku ada di sini.”

Kali ini, nada suaranya tidak sedingin waktu itu, perkataan Zean rasanya seperti janji. Janji yang sederhana, namun cukup untuk membuat hati Nara bergetar.

Malam semakin larut, namun Nara tak bisa tidur. Ia mendengar langkah-langkah berat di luar kamar, suara Ray yang berbicara pelan dengan Zean di ruang tamu.

“Benar, Tuan,” suara Ray terdengar samar. “Ada seseorang yang sengaja berdiri di depan butik siang tadi. Kami coba kejar, tapi dia begitu cepat hilang di keramaian. Sepertinya mereka orang-orang yang terlatih.”

“Teruskan penyelidikan. Aku tidak mau Nara berada dalam bahaya sedikit pun,” jawab Zean tegas, suara dinginnya kembali seperti semula.

Nara menutup mulutnya dengan tangan. Jantungnya berdegup cepat mendengar namanya disebut. Jadi ia tidak berhalusinasi. Memang ada seseorang yang membuntutinya.

“Siapa sebenarnya yang ingin mencelakaiku?” batinnya gemetar.

Namun sebelum pikirannya semakin liar, pintu kamar terbuka. Zean masuk kembali, menatapnya sekilas. “Tidurlah. Aku sudah menempatkan orang untuk berjaga di sekitar rumah.”

Nara mengangguk, pura-pura baru saja terbangun, meski telinganya masih panas oleh percakapan yang didengarnya.

Zean berjalan ke sisi ranjang, mematikan lampu utama, menyisakan lampu tidur redup. “Kau aman di sini.”

Nara menutup mata, mencoba mempercayai kata-kata itu. Tapi jauh di dalam dirinya, ia tahu, ancaman sebenarnya baru saja dimulai.

...\~⭑ ⭑ ⭑ ⭑ ⭑\~...

Keesokan paginya, suasana rumah sedikit berbeda. Udara terasa berat, seakan menyimpan ketegangan yang tak terlihat. Nara bangun lebih awal, menyiapkan dirinya untuk bekerja. Saat ia keluar dari kamar, ia mendapati Zean sudah berdiri di ruang tamu, mengenakan jas rapi dengan ekspresi serius.

“Aku akan mengantarmu ke butik,” ucapnya datar, namun nada suaranya tak memberi ruang untuk penolakan.

Nara sempat terdiam, lalu mengangguk pelan. “Iya, baiklah.”

Perjalanan di mobil terasa sunyi. Namun Nara tahu, Zean tidak sekadar ingin mengantarnya. Pria itu ingin memastikan sesuatu. Tatapannya sesekali terarah pada kaca spion, memantau setiap kendaraan yang mengikuti dari belakang.

“Nara,” ucap Zean tiba-tiba, memecah hening.

“Ya?” Nara menoleh.

“Kalau sesuatu terjadi, apa kau percaya padaku untuk melindungimu?”

1
Bintang
Smgt 🌷
Etit Rostifah
lanjut ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!