Selina, seorang penjahat wanita yang menjadi buronan polisi, akhirnya mati dibunuh kekasihnya sendiri.
Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh Sofie, seorang istri CEO yang bertepatan saat itu juga meninggal karena kecelakaan.
Kehidupan kembali yang didapatkan Selina lewat tubuh Sofie, membuat dirinya bertekad untuk balas dendam pada kekasihnya Marco sekaligus mencari tahu penyebab kecelakaan Sofie yang dianggap janggal.
Ditengah dendam yang membara pada Marco, ia justru jatuh cinta pada Febrian, sang CEO tampan yang merupakan suami Sofie. Bersama lelaki itu, Selina bekerjasama mengungkap semua rahasia yang berkaitan dengan kematian dirinya.
Hingga suatu ketika, Febrian pun menyadari jika jiwa istrinya sofie sudah berganti dengan jiwa wanita lain.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Apa Selina berhasil membalas dendam pada Marco? Bisakah Selina mendapatkan cinta Febrian yang curiga dengan perubahan Sofie istrinya setelah dirasuki jiwa Selina?
Baca novelnya jangan lupa, like dan komen 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Marco di hotel Rollingstone
CAFE SIX NINE.
"Tuan, saya baru saja dapat informasi jika Tuan Jonathan Ramous telah pulang dari Italy dan saat ini telah berada di kota ini. Saya khawatir, dia akan datang untuk mencari Selina." Lapor Arnold pada Marco yang tengah asyik mereguk segelas anggur dalam ruang VIP tempat ia biasa mangkal.
PRANG!
Gelas anggur yang ada di tangan Marco seketika itu juga langsung berderai pecah karena di banting Marco dengan kesal mengejutkan Arnold yang nyaris salah paham. Dia pikir, ia akan menjadi sasaran kemarahan Bosnya yang punya tekanan darah tinggi itu.
"Kenapa dia cepat pulang? Apa urusannya sudah selesai di Italy? Apa dia curiga, Selina tak pernah mengangkat telponnya?" gumam Marco menggerutu resah.
Arnold hanya menunduk diam membiarkan Tuannya bicara sendiri tanpa berani memberikan komentar sama sekali.
Jari tangan Marco yang kekar, bergerak meraih sebuah ponsel yang ada di atas meja yang ada disampingnya. Ia menatap ponsel itu dengan senyuman sinis. Ada puluhan panggilan tidak terjawab serta puluhan chat yang belum di buka dari satu nomor pengirim yang bertuliskan "Ayah tersayang".
"Kasian sekali nasibmu Tuan Jonathan, putri kesayanganmu sudah mati. Ini adalah balasan atas sikapmu yang selalu merendahkan ku." Ledek Marco mencibirkan bibirnya pada layar ponsel milik Selina yang ternyata sempat ia ambil sewaktu Selina sekarat.
"Aku memang tak pantas untuk Selina. Dia hanya wanita bodoh yang tak layak menjadi kekasih orang jahat seperti aku. Cih! Sikapmu seolah kau adalah orang bersih yang tak pernah hidup di dunia yang kotor!" sumpah serapah serta makian terlontar dari mulut Marco yang penuh kemarahan karena teringat ucapan Jonathan padanya.
"Apa yang akan kita lakukan Tuan, jika Tuan Jonathan menanyakan Nona Selina apa yang akan kita jawab?" tanya Arnold gundah.
"Dasar bodoh! Bilang saja tidak tahu!" maki Marco marah mendelik nyalang pada Arnold.
"Apa Tuan tidak ingin menemui Tuan Jonathan? Beliau saat ini tengah mengadakan pesta perayaan perusahaan barunya di hotel Rollingstone. Setidaknya itu bisa menutupi kecurigaannya terhadap Tuan." Arnold memberi saran pada Marco.
Marco sejenak tertegun merenungi saran dari Arnold.
"Idemu bagus juga. Aku ingin bertemu dengan pria tua itu. Sekedar bertegur sapa dan sedikit ber basa basi. Hehehe..." Ujarnya kemudian.
"Ayo kita berangkat sekarang!" ajak Marco jadi tak sabaran ingin melihat reaksi Jonathan yang sudah lama tidak bertemu dengan putri angkatnya itu.
*****
DI TEMPAT PERSEMBUNYIAN ROBIN.
Pemuda tampan itu tampak cemas setelah mendengar pembicaraan Marco lewat alat penyadap yang dulu pernah di taruh Selina disitu. Kedatangan Marco bersama anak buahnya ke hotel itu bisa berbahaya. Sebab ia tahu, Selina saat ini pasti berada disana karena wanita itu sempat bilang akan pergi menyelamatkan suami Sofie dari jebakan Harry dan Brenda.
"Au Shit! Kenapa tidak aktif? Ayolah Selina, kau selalu membuatku khawatir!"
Berulangkali ia mencoba menghubungi nomor ponsel Selina. Tapi tidak aktif. Kegundahan makin menerpa Robin. Tanpa membuang waktu, ia pun segera keluar dari tempat persembunyiannya. Dan melesat pergi dengan kecepatan tinggi memacu sepeda motor kesayangannya menuju hotel Rollingstone.
*****
Sementara itu di hotel Rollingstone.
Febrian dan Selina masih tercenung setelah mendengar ucapan Brenda tentang rahasia yang selama ini tidak pernah diketahui Febrian.
Lelaki itu tampak gundah memikirkan kenyataan yang baru saja ia dengar. Di satu sisi, ia membenci tindakan ayahnya yang kejam karena telah membunuh Anderson. Namun sisi lain, sebagai seorang anak ia menyayangi ayahnya.
"Saya janji Tuan, saya tidak akan mengungkap rahasia itu asalkan Tuan mau melepaskan saya. Bunuh saja Harry Anderson, dengan begitu saya dan keluarga saya akan bebas dari tekanannya. Saya akan mengabdi pada keluarga Sanders. Tolonglah Tuan. Hanya Tuan yang bisa menolong saya." Pinta Brenda menangis ketakutan tanpa melepaskan pegangannya dari kaki Febrian.
"Aku tidak mau mengotori tanganku dengan darah! Aku bukan pembunuh Brenda! Menyingkir lah! Kamu dan Harry akan ku serahkan pada polisi setelah aku mengumpulkan banyak bukti kejahatan kalian berdua!" Ujar Febrian gusar mendorong bahu Brenda agar melepaskan pegangannya.
Jimmy dan tiga orang rekannya masuk ke dalam hotel lewat pintu belakang. Setelah naik lift hingga lantai tujuh, akhirnya mereka sampai di depan pintu kamar suite room 405 dimana Febrian dan Selina telah menunggu. Setelah mengetuk pintu dan disuruh masuk oleh Febrian, merekapun langsung menggotong tubuh Harry yang masih tergolek pingsan.
"Jim! Dia juga, bawa ke markas!" titah Febrian menunjuk Brenda yang masih bersimpuh dikakinya.
Brenda seketika makin menjerit ketakutan.
"Tidak Tuan! Jangan! Saya tidak mau!" Jeritnya keras.
Percuma saja, Febrian yang luarnya terlihat lembut, adalah lelaki yang punya pendirian kuat. Dia hanya mendelik ketika Jimmy terlihat ragu menyeret Brenda dari kakinya.
"Tunggu apalagi? Apa kau mau ku tendang?!" ujar Febrian geram.
Jimmy spontan terkejut. Sikap kasar Febrian yang dulu ada, sekarang muncul lagi setelah sekian tahun lelaki itu mencoba hidup tenang dan nyaman sebagai lelaki baik-baik.
"Tidak Tuan! Saya akan bawa dia segera!" Jimmy bergegas menyeret Brenda yang langsung meronta-ronta ingin melepaskan diri.
"Aku tidak mau! Tidak! Lep...,"
BUGH!
Lagi-lagi Brenda di buat pingsan oleh Jimmy yang memukul tengkuknya keras.
Dengan hati-hati, mereka membawa tubuh Harry dan Brenda lewat pintu belakang hotel. Jimmy dan tiga rekannya berjalan mengendap-endap setelah mematikan beberapa cctv yang ada di setiap perjalanan mereka menuju belakang hotel yang sepi.
Namun sayang, Jimmy dan rekan-rekannya yang sedang membawa tubuh Harry dan Brenda masuk ke dalam mobil mereka yang di parkir di belakang hotel itu, tanpa sengaja terlihat oleh Marco dan anak buahnya yang baru saja datang ke hotel lewat pintu belakang yang sama.
"Tuan, itu Tuan Harry dan Brenda." Ucap Arnold memberi tahu.
"Benarkah? Ini kesempatan kita untuk mendapatkan ponselku kembali! Wanita itu penipu! Dia menghilang begitu saja dan bersembunyi dariku setelah mendapatkan uangku." Geram Marco.
"Kejar mereka cepat! Jangan biarkan mereka lolos!" perintah Marco menyuruh Arnold mengejar mobil Jimmy yang telah melesat cepat meninggalkan hotel Rollingstone menuju markas besar keluarga Sanders.
Dua buah mobil yang berpenumpang Marco dan anak buahnya, langsung berputar kembali keluar dari pintu belakang hotel Rollingstone.
Kejadian itu tak luput dari penglihatan Febrian dan Selina yang baru saja keluar dari hotel untuk mengikuti kepergian Jimmy dan rekannya dari belakang.
"Siapa mereka? Kenapa mereka mengikuti Jimmy? Apa itu anak buahnya Harry Anderson?" tanya Febrian bicara sendiri dengan hati gundah.
Selina menyipitkan matanya menatap mobil Marco dari kejauhan. Ia tak bisa mengatakan pada Febrian jika itu adalah mobil milik Marco.
"Sepertinya mereka bukan anak buah Harry." Ujar Selina diliputi rasa cemas dan gelisah.
Ia mengkhawatirkan diri Jimmy yang bisa saja di landa bahaya.
"Aku akan menghubungi Jimmy agar dia waspada." Ucap Febrian segera menghubungi Jimmy lewat ponselnya.
"Halo Jim! Berhati-hatilah! Di belakangmu ada yang membuntuti! Menghilang lah dari pandangan mereka! Jangan sampai mereka menemukan jejak kalian!" perintah Febrian lewat ponsel pada Jimmy.
"Baik Tuan!" sahut Jimmy cepat dan mematikan ponselnya.
"Kita harus mengikuti Jimmy!" seru Selina cepat berlari ke arah mobilnya yang di parkir tak jauh dari situ di iringi Febrian yang ikut berlari mengikuti Selina.
*****
Di jalanan yang terlihat sepi pada malam hari, mobil Jimmy dan dua mobil yang di tumpangi Marco dan anak buahnya tampak saling kejar mengejar dengan kecepatan tinggi.
Jimmy tampak resah melihat kedua mobil itu yang terus memepetnya sedari tadi seakan ingin menabraknya.
Kelincahan Arnold yang jago membawa mobil, membuat mobil Jimmy terus terdesak ke pinggir jalan dan akhirnya...
BRAK!
Tak ayal lagi, mobil yang di kendarai Jimmy itupun oleng dan menabrak pohon di pinggir jalan.
.
.
.
Aduh..., kasian si Jimmy. Dia ketabrak guys.... Gimana nasibnya ya?
Pantau terus ya guys...
BERSAMBUNG