My Bastard Mahapatih

Di upacara adat yang melambangkan bahwa Kirana masih suci dengan memperlihatkan bukti kain pendam kesucian yang kemudian dibakar di dalam bokor emas sebagai lambang kesetiaan seorang istri yang membara seperti api di dalam bokor emas itu, Lingga membeliak kaget dan hampir bangkit berdiri. Untung saja dengan sigap Dimas menahan pundak Lingga.

Lingga meremas kedua lututnya dan bergumam di dalam hatinya, aku semalam sudah membuatnya sangat kesakitan karena ternyata dia masih perawan. Dan aku belum mengucapkan kata maaf. Tapi, dia benar-benar masih perawan dan aku yang menjadi laki-laki paling beruntung itu. Aku yang membuka segel kesuciannya dan.....dan rasanya sangat manis.

Kirana mengedarkan pandangannya dengan hati-hati dan menyipitkan matanya saat tatapannya bertemu dengan senyumannya Mahapatih Lingga.

B*j*ng*n tengik! Kenapa dia tersenyum seperti itu dan menatapku terus? Dia yang sudah membuatku menjadi wanita paling berdosa di dunia ini. Dia yang sudah membuatku menjadi istri paling bejat di dunia ini dan......dan dia yang sudah membuatku kesakitan semalam. B*j*ng*n! Kirana meremas tangannya sendiri dan mengeraskan gerahamnya lalu membuang muka dari tatapannya Lingga.

Melihat Kirana memalingkan wajahnya, Lingga langsung menoleh ke Dimas dan mengayunkan tangannya. Dimas menunduk dan Lingga berbisik di telinganya Dimas, "Kenapa Kirana memalingkan wajahnya dan sepertinya dia membenciku?"

Dimas membeliak kaget untuk pertanyaan aneh junjungannya dan Rakryan kepercayaannya Lingga itu menggelengkan kepalanya dan sambil menegakkan badannya ia berkata, "Maaf saya tidak tahu, Mahapatih"

"Ish! Kenapa akhir-akhir ini kamu berubah jadi bodoh banget. Apa-apa tidak tahu" Geram Lingga.

Lah ngerti ko ngendi aku alesane kenopo kok Ndoro Putri Kirana ambalik muka. Iso-isone aku dicap bodho banget. Sabar Dimas sabar! Dimas mengerucutkan bibirnya kesal karena junjungannya mengatai dirinya bodoh banget.

Senyum cantiknya Kirana selalu bisa membuat hatiku berdesir hebat, jantungku berdebar, lututku meleleh, dan perutku seperti ada debaran sayap kupu-kupu. Gumam Lingga di dalam hatinya saat dia melihat senyum Kirana.

Sekarang senyum-senyum lagi setelah mengataiku bodoh banget. Dimas mendengus kesal melihat junjungannya mengulas senyum lebar.

Dimas tersentak kaget dan melihat lengannya saat junjungannya mencengkeram lengannya. Dimas kembali menunduk dan Lingga berbisik ke Dimas, "Kangen kuwi marai lumaku koyo ngawang. Kangen kuwi ngganjel ning manahku marai aku susah napas"

Dimas sontak menegakkan kepalanya dan menatap heran junjungannya dengan bergumam lirih, "Sejak kapan Mahapatih bisa berbahasa Jawa?"

Lingga tersenyum tipis dan menghembuskan napas berat, "Sejak aku memiliki rasa kangen ini. Rasa kangen ini......." Lingga meremas dadanya, "Lebih sakit daripada tusukan keris"

Dimas menghela napas panjang lalu berkata lirih ke junjungannya, "Anda harus bersabar, Mahapatih. Ndoro Putri yang Anda kangeni tidak berada jauh dari jangkauan Anda"

Lingga menghembuskan napas beratnya lalu mengangguk dan berkata lesu, "Sabar itu menyiksa"

Lingga sontak bangkit berdiri saat dia melihat Kirana melangkah pergi meninggalkan sisinya Gandi. "Kamu tunggu di sini!" Perintah Lingga saat Dimas mengikuti langkahnya. Dimas terpaksa mengentikan langkahnya dan dengan berat hati dia membiarkan junjungannya berjalan sendiri mengikuti Gusti Raden Ayu Kirana.

Lingga menemukan Kirana membungkuk dan meletakkan kedua tangannya di lutut. Lingga tersenyum saat ia mendengar Kirana mengeluh, "Astaga! Dodot iki marai aku sesak napas. Makutone yo abot tenan. Aku kesel. Capek dengan semua keadaan ini"

"Kalau kamu lelah karena keadaan seenggaknya kembalilah bangkit untuk impian" Ucap Lingga.

Kirana sontak menegakkan badannya lalu dengan cepat memutar badannya ke asal suara.

Plak! Kirana menampar Lingga. "Justru kamu yang membuatku lelah"

Lingga hanya diam mematung dan menatap Kirana dengan sorot mata teduh.

Kirana menyipitkan mata, "Emm.......aku rasa aku tidak perlu memakai bahasa sopan karena kedudukan kita beda berbanding terbalik. Sekarang aku lebih tinggi dari kamu. Aku bisa memberikan hukuman ke kamu juga, kan. Maka aku akan beri hukuman ke kamu karena semalam kamu sudah........"

Bruk! Dengan kecepatan kilat Lingga mendorong Kirana sampai punggung perempuan cantik itu menabrak pohon besar yang menaungi mereka dari terik sinar matahari.

Lingga mencekal kedua pergelangan tangan Kirana dan memakunya di batang pohon dengan tangan besarnya.

"Lepaskan aku, b*j*ng*n!" Desis Kirana.

Lingga menatap gemas prempuan yang sangat ia cintai.

"Aku akan berteriak kalau kamu tidak melepaskan a......hmmmppth!" Kirana tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena bungkaman bibirnya Lingga.

Lingga menciumnya dengan lembut dan seketika itu juga jantung Kirana berdebar. Tanpa sadar Kirana memejamkan matanya dan itu membuat Lingga tersenyum.

Kirana mendorong dada Lingga dan berbisik dengan mata yang masih terpejam, "Jangan menciumku di sini! Ini dosa. Aku istri orang dan kalau ada orang yang melihat kita bagaimana?"

"Lalu apa yang kamu takutkan sebenarnya?" Tanya Lingga dengan suara serak.

Kirana membuka matanya dan menarik napas saat dia menemukan Lingga menatapnya lekat. Kirana kembali mendorong dada Lingga dan bertanya dengan menundukkan kepala, "Apa maksud kamu?" Napas Kirana Terdengar menderu dan terasa panas menerpa wajah Lingga.

Lingga mengusap rahang Kirana dengan tangannya yang bebas dan berkata dengan suara yang masih terdengar serak, "Kamu takut dosa, takut sama status kamu sebagai istri orang, atau takut ada orang yang melihat kita?"

"Kau......hmptthhh!" Bibir Kirana kembali dibungkam bibirnya Lingga.

Lalu, Lingga melepaskan pagutannya untuk berbisik di telinga Kirana, "Tidak akan ada orang yang melihat kita karena semuanya masih sibuk di acara penobatan dan penghargaan untuk Gusti Raden Ayu Kirana dan tidak usah takut untuk status kamu sebagai istri orang karena segel kesucian kamu aku yang sudah membukanya lalu......" Lingga mengecup bibir Kirana, "Tidak usah takut akan dosa kalau dosa itu semanis ini" Lingga kembali memagut bibir Kirana..........

...♥️♥️♥️...

Lah ngerti ko ngendi aku alesane kenopo kok Ndoro Putri Kirana ambalik muka. Iso-isone aku dicap bodho banget \= Lah tahu darimana aku alasannya kenapa Ndoro Putri Kirana memalingkan muka? Bisa-bisanya aku dicap bodoh banget.

Kangen kuwi marai lumaku koyo ngawang. Kangen kuwi ngganjel ning manahku marai aku susah napas \= Kangen itu membuat langkahku seperti melayang. Kangen itu mengganjal di hatiku membuat aku kesulitan bernapas.