NovelToon NovelToon
PETUAH TANAH LELUHUR

PETUAH TANAH LELUHUR

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Tamat
Popularitas:644
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Seorang Punggawa mengharapkan sebuah arti kehidupan rakyanya yang penuh dengan kemakmuran. Banyak bahaya dan intrik di sana.
Simak ceritanya......Petuah Tanah Leluhur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XIII SILUMAN BUAYA PUTIH

   Lelampahan ingkang sampun lepat, ing rasa lan tumindak jalma, kaboyong maring niat ira, silih asah silih asuh silih asih jalma ingkang dumadi, kadiya bonteng peutak palawija, surep-surep jagat ing ampa ira, guyub gunem maring martapada, gumiwang ing reksa nira maujud dening raga, tan ana pedot , kebo cilik saba wana kaumbar, gaba utan ning leleran, dodol gedang wewalean.

    Suatu hari di tepian sungai selendang kuning, saat itu musim kemarau panjang, kekeringan melanda di setiap daerah, begitupun Cikeusik. Semua kerani saling bahu membahu mencari sumber air untuk kebutuhan hidup. Banyak warga yang membuat sumur di setiap sudut pedukuhan, namun hanya kerjaan sia-sia, hanya kegagalan yang mereka dapat.

    Di pendopo sedang berkumpul orang-orang yang akan menggali sumber air yang rencananya di sungai selendang kuning, sudah mereka siapkan alat-alat yang diperluka terutama cangkul kukul, totog jaran juga linggis. Memang kala itu alatnya tidak selengkap zaman sekarang.

    " Bagaimana paman, apa semua alat sudah lengkap ? tanya Anggapala.

    " Semua sudah siap Ngger, tinggal mencari sumber airnya saja," jawab ki Werga.

    "Jangan dulu berangkat ki, sebaiknya sarapan dulu, sudah dibuatkan nasi uduk juga gorengan ubi sama singkong, jangan buru-buru," kata Nyi Kalis.

    Semua yang akan bekerja saat itu akhirnya menikmati sarapan. Beberapa saat kemudian, semua orang di pendopo berangkat menuju sungai selendang kuning. Dalam mencari sumber air tentu harus jeli dan paham akan syaratnya, biasanya banyak humus dan banyak embun di atas tanahnya. Setelah berada di tepi sungai, Pandanala dan ki Werga segera mencari tanah yang berhumus. Namun sampai beberapa tempat masih juga belum ditemukan. Hingga sesuatu membuat para pencari sumber air itu terkejut dengan suara di bawah tanah yang aneh. Semua berhenti di tempat itu.

    " Tunggu paman, di sini ada sesuatu yang mencurigakan, sebaiknya kita tunggu saja , jangan-jangan ada sumber airnya," kata Anggapala sambil menunjuk tanah yang berbunyi tadi.

    " Tapi saya curiga Ngger, rasanya bukan air, itu cuma tipuan bangsa siluman saja," jawab ki Werga yang paham tempat itu.

    " Betul, soalnya dulu pernah juga di sini banyak kejadian aneh," sambung Pandanala.

    Tiba-tiba tanah bergetar dan semakin kuat getarannya, sehingga membuat sebagian orang menghindar dari tempat itu. Entah dari mana datangnya, di depan sana tampak sosok wanita berdiri dengan pakaian kebaya warna kuning dan di kepalanya terpasang seperti bros berbentuk kepala buaya. Dengan penampilan seperti itu membuat orang menjadi kaget bahkan ada yang merasa takut.

    " Mau apa kalian wahai manusia ?" katanya sambil berkacak pinggang.

    " Siapa kamu ?" tanya ki Werga sambil beranjak berdiri.

    " Aku penunggu sungai ini, kenapa ?" katanya dengan mata tajam.

    " Kami mau mencari sumber air, kami sedang mengalami kekeringan," jelas Anggapala.

    " Kenapa kalian mengganggu bangsa kami, tanpa izin tanpa berpamitan, dasar makhluk kurang beradab," kata wanita itu.

    " Hai.....dengar....kami hanya ingin mencari sumber air, bukan mengganggu kehidupan kalian," kata Pandanala.

    " Kalau kalian ingin sumber air, di sana," kata wanita itu sambil menujuk ke arah Barat.

    " Baik, tapi kalau di sana tidak ada juga, terpaksa kami akan cari di sini," kata Pandanala sambil mengajak yang lain pergi.

    Akhirnya rombongan Ki Werga mengurungkan niatnya menggali di tempat itu, mereka kembali menuju ke arah Barat. Di sana tampak sebuah gundukan tanah yang tampak berhumus. Namun waktu itu Matahari telah condong ke Barat, pertanda untuk mencapai gundukan tanah itu mungkin sore hari. Dengan sisa tenaga seperti sekarang rasanya sulit juga untuk melanjutkan, akhirnya mereka kembali ke pendopo Cikeusik.

    Sebagai warga yang begitu butuh akan air, beberapa saat setelah rasa lelah kembali pulih, mereka kembali melanjutkan usaha mencari air. Kini menuju ke arah Barat, gundukan tanah yang tampak dari pandangan itulah yang dituju.

    Sampailah mereka di gundukan itu, lalu ki Werga memberi komando kepada para pekerja untuk menggali tanah gundukan itu. Pekerjaan pun dimulai malam hari, kebetulan sinar bulan bisa menerangi pekerjaan itu, juga beberapa obor telah terpasang di tiap sudut, membuat suasana menjadi terang.

    Belum juga seluruh tanah gundukan dibongkar, tampak beberapa hewan berbisa keluar dari dalam tanah. Ternyata itu adalah sarang kalajengking, beberapa orang tersengat oleh hewan itu, sehingga banyak yang menjadi korban dengan tubuh membengkak, seperti tangan, kaki dan beberapa diantaranya perlu pertolongan serius.

    Melihat kejadian itu, sebagai seorang ksatria kini Anggapala segera melakukan beberapa gerakan dengan posisi melipat kedua belah tangan di dada, kemudian tangannya mengeluarkan asap tipis dan tampak kedua tangannya ke depan, setelah itu, asap tipis tadi menghilang, keluarlah sinar warna merah, lalu sinar itu menghantam gundukan tadi dan " duuuuuaaaarrr". Tanah berhamburan sekeliling dengan membawa bangkai-bangkai kalajengking tadi.

    Ribuan kalajengking mati seperti terbakar, bau menyengat di tempat itu. Sementara para pekerja merasa kaget mendengar suara tadi. Namun semuanya juga menjadi ribut sendiri menyingkirkan bangkai kalajengking yang menempel di bajunya.

Suasana menjadi semakin ribut karena setiap orang di tempat itu ribut dengan sendirinya. Namun semua itu terhenti di saat dari dalam gundukan itu muncul laki-laki tua dengan baju rombeng sambil membawa tongkat, matanya sipit dan wajahnya terdapat bekas luka sayatan. Ia keluar dan memandang sekelilingnya. Matanya tertuju pada sosok Anggapala yang tangannya masih mengeluarkan asap tipis.

" Hai.....", katanya sambil menunjuk dengan tongkatnya, " kamu itu siapa dengan beraninya menghancurkan rumah kami ?" tanya laki-laki itu.

" Aku Anggapala pemimpin mereka, siapa kau !" hardik Anggapala sambil mengambil trisula.

" Hmmmmm....aku tidak terima dengan semua ini !" katanya sambil melompat mendekati Anggapala.

Dengan sekali gerakan saja, Anggapala sudah berada di belakang orang itu. Melihat gelagat yang kurang baik, Anggapala segera mengangkat trisula. Orang itu melayangkan tongkat yang dibawanya, dan " kraaaak". Terdengar suara patah tongkat itu. Lalu dari balik bajunya, orang itu menaburkan serbuk berwarna hijau. Melihat warna itu identik dengan racun, Anggapala segera menutup jalan pernafasan dirinya, kemudian dari benda trisula keluar sinar merah laksana kobaran api.

Tiba-tiba tubuh orang itu terbakar oleh api trisula dan setelah lama api membakar tubuh orang tersebut terdengar lengkingan keras, " panaaaaaas.....". Dan lengkingan itu menghilang bersamaan dengan tumbangnya orang itu. Kemudian Anggapala segera mengeluarkan kain putih lalu mengibaskan ke tubuh orang tadi, sekonyong-konyong tubuh itu tersedot oleh kain tadi, lalu dengan sigapnya Anggapala membungkus kain itu dan dibenamkan ke dalam lumpur di bekas gundukan tanah tadi. Dikuburlah kain itu dan dari tanah itu keluar air berwarna hitam.

Dengan keluarnya air berwarna hitam hingga sekarang tempat itu dijuluki blok si lantung. Setelah membenamkan kain itu, Anggapal segera menyuruh orang untuk menggali tanah. Maka dari tanah itu keluarlah air begitu derasnya hingga membuat sumber air dari tanah itu membentuk saluran air layaknya sungai atau kali. Sejak saat itu maka sungai atau tersebut dikenal dengan nama Kali Deres atau air sungai yang tiada henti mengalir.

Setelah menemukan sumber air tersebut, Cikeusik menjadi aman dari kekeringan. Tapi ada kejadian aneh setelah itu yakni munculnya bangsa ghaib yang menamakan dirinya Genggong.

1
ArtisaPic
apa tuh judulnya.....soalnya aku baru ikutan di apk ini/Pray/
Winsczu
kayak baca novel yang udah di cetak 🤣. Tapi gapapa, bagus! 👍🏼👍🏼👍🏼
ArtisaPic: itu lanjutan dari judul
MENGUNGKAP SEJARAH PETENG
baca biar jelas ya/Rose//Ok/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!