Aku tidak akan membiarkan, Saudara tiri dan Ibu tiri menginjak-injak harga diriku.
Ikuti kisah Intan, yang berjuang agar harga dirinya tidak injak-injak oleh ibu tirinya dan kakak tirinya. Tidak sampai situ saja, ikuti kisah perjuangan Intan untuk bisa berdiri di kaki nya sendiri hingga dirinya sukses.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pchela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Intan membuka paket yang di kirim mamanya. Ya seperti yang dia katakan tadi, Intan akan membuka paket itu sembari melakukan panggilan vidio dengan sang mama yang sekarang berada jauh di luar negeri.
Tanganya dengan hati-hati membuka paket itu, alangkah terkejutnya Intan saat mendapati isi dalamnya berupa ponsel keluaran terbaru. Dengan dilengkapi tiga kamera di belakangnya, desain mewah dan kekinian juga merupakan ponsel mahal yang sering di pakai anak-anak orang kaya.
“Mah… ini mahal ma…” ujar Intan tekejut melihat ponselnya. Sari hanya melebarkan senyumnya, saat melihat wajah Intan yang begitu bahagia membuka paket darinya.
“Tidak mahal sayang… yang terpenting kamu suka kan sayang? Semoga dengan ponsel ini kamu makin semangat ya belajarnya.” Ujar sang mama.
“Terimakasih banyak mama. Intan, nggak tahu harus berkata apa lagi… Intan seneng banget ma.. ini juga ponsel dambaan Intan. Niatnya Intan mau beli dengan hasil jualan Intan. Oh iya ma, warung mini Intan sudah buka. Hari pertama dan kedua Intan sudah dapatkan uang hampir satu juta rupiah ma.” Tutur Intan antusias, dia menceritakan bagaimana dia berjualan dan apa saja yang dijualnya.
Sari mendengarkan penuturan anaknya dengan seksama, dia juga sempat menawarkan uang tambahan untuk warung mini Intan. Namun, Intan menolaknya, dia masih ingin berusaha sendiri membangun usaha nya.
Setelah selesai melakukan panggilan vidio dengan mamanya, hari pun semakin malam. Intan berjalan menuju arah ranjang. Intan tidak langsung tertidur, dia menatap ke arah mesin jahit yang ada di kamarnya. Mesin jahit milik mamanya yang baru intan betulkan dua hari yang lalu.
“Mesin itu sudah bisa berfungsi baik. Kalau di diamkan gitu takut rusak lagi, tapi kalau aku gunakan, aku nggak punya waktu senggang buat menjahit.” Ujar Intan sendiri.
Intan berjalan mengambil tumpukan kain yang mamanya tinggalkan, dulu mama Intan sering membuat daster lalu menjualnya secara online. Sari juga mengajari Intan untuk membuat daster, hingga keahlian menjahit pun menurun ke Intan.
“Apa aku buat karet rambut aja ya? Kayaknya ada kain satin deh sisaan mama bikin baju dulu? Kalau aku bikin karet rambut ala-ala negeri sakura itu? Terus jual di sekolah? Ada yang beli nggak ya?” Kata intan. Dia berpikir untuk membuat usaha baru lagi.
Intan berpikir akan menjualnya lewat aplikasi belanja online, atau menjualnya pada teman-teman sekolahnya. Soalnya Intan sering melihat siswi perempuan membawa karet itu untuk mengikat rambutnya atau sekedar dipakai menjadi gelang.
Intan melirik jam dingding,masih banyak waktu yang Intan punya. Ini belum tengah malam, dan dia juga belum mengantuk. Intan memutuskan untuk membuat karet rambut scrunchie.
Awalnya dia akan memotong kain berukuran, 50 Cm x 10 cm, lalu melipatnya dan mulai membentuk tabung kain memanjang. Dan setelahnya Intan memasukkan karet yang masih tersisa banyak di kardus yang dia bawa. Setelannya Intan mulai menjahit. Hanya butuh waktu setengah jam Intan menyelesaikan tiga puluh karet rambut yang akan dia jual besok.
“Aku labeli dengan harga lima ribu saja deh? Sebagai permulaan, aku tawarkan di sosial media ku dulu. Terus ini tiga karet aku akan berikan gratis ke Vania, Gea juga rani. “ Ucap Intan. Dia juga menyisih untuk memberikan ketiga temannya itu secara gratis. Setelah menyelesaikan jahitanya Intan langsung tertidur karena dia sudah sangat lelah.
Pukul setengah empat pagi, Intan terbangun dia langsung mencuci wajahnya dan berjalan ke meja belajarnya. Walaupun masih mengantuk tetapi dia tidak boleh melupakan kewajibannya sebagai siswa, yaitu belajar dengan giat.
Intan membuka buku pelajarannya, dia mulai membaca dan menghafal pelajaran yang akan dia dapatkan hari ini. Setelahnya Intan mandi saat jam sudah menujukan pukul lima. Perutnya sedikit sakit sekarang, dia tengah mengalami datang bulan hari pertama.
Tingg!!!
Dentingan pesan Intan dapatkan dari ponselnya, Intan segera melihat siapa yang mengirimnya pesan itu. Nenek lampir Maya nama itu tertera sebagi pengirim pesan.
{ Nanti kamu datang ke rumah setelah pulang sekolah! Ada yang harus kamu lakukan! } Tulis Maya.
Intan enggan untuk membalas pesan itu.