Di malam pertama pernikahannya, Siti mendengar hal yang sangat membuatnya sangat terluka. Bagaimana tidak, jika pernikahan yang baru saja berlangsung merupakan karena taruhan suaminya dan sahabat-sahabatnya.
Hanya gara-gara hal sepele, orang satu kantor belum ada yang pernah melihat wajah Siti. Maka mereka pun mau melihat wajah sebenarnya Siti dibalik cadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Mama Agatha sudah kembali pulang setelah menginap di dua hari di rumah Siti. Alhamdulillahnya Mama Agatha bisa menerima dan memperlakukan Siti dengan baik. Memberikan perhiasan sebagai hadiah pernikahan walau terlambat.
Terkhusus Gio, pria itu begitu senang dengan kedatangan Mamanya. Dua hari namun sangat berkesan bagi Gio dan Siti. Bahkan dengan terang-terangan Mama berharap segara adanya cucu.
Namun tetap saja Mama mengingatkannya untuk bertanggung jawab pada kerugian yang disebabkannya.
"Sudah ada yang menawar rumah ini," ucap Siti dengan jari-jari yang menari di atas dada telanjangnya.
"Kenapa bisa ada yang menawar?," sambil menatap Siti yang mendongak menatapnya.
"Aku mau menjual rumah ini supaya bisa membayar utangmu pada Mama, Papamu."
"Tidak! Jangan lakukan itu!."
Siti beringsut duduk sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Gio pun duduk di depan Siti.
"Itu utangku! Aku yang harus bertanggung jawab."
"Tapi aku mau membantumu, Mas. Uang tabunganku juga cukup banyak. Ayo kita lunasi utang!."
Pertama Gio mengecup kening Siti cukup lama. Lalu dia menggenggam tangan kemudian menciumnya.
"Tolong percaya padaku, aku bisa melunasinya. Aku masih sedang berusaha. Mamaku juga tidak tergesa-gesa memintaku menggantinya. Terpenting setiap hari aku sudah menggantinya dari hasil nge-DJ. Kamu hanya perlu percaya dan selalu mendukungku saja."
Siti sangat terharu, dia langsung memeluk suaminya. Terlahir dari keluarga kaya tidak membuatnya lepas dari tanggung jawab. Justru dia tetap terus mau berusaha dan berusaha dengan cara, pikiran dan tenaganya sendiri.
Siti tahu betul, Gio selalu menolak bantuan yang ditawarkan oleh Leo, Jun dan bahkan Liani. Mereka tanpa pamrih mau membantu Gio tapi suaminya tetap menjalani prosesnya meski banyak menghadapi kesulitan.
Mereka pun terlelap tidur karena malam ini Gio tidak ke club, waktunya digunakan untuk makan dan bersama Mama Agatha sebelum pulang ke negaranya.
*
Saking nyenyaknya tidur semalam karena lelah setelah bercinta sampai-sampai mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan sekelilingnya. Padahal sudah sejak dini hari ada orang yang berteriak "Api...Api..."
Setelah melaksanakan salat subuh baru keduanya keluar rumah saat teriak orang semakin jelas terdengar. Mereka segera mendatangi sumber teriakan orang-orang.
"Astagfirullah! Tubuh Siti dan Gio lemas seketika, mereka pun saling berpegangan satu sama lain supaya tetap bisa berdiri kuat.
Ruko yang disewanya sudah dilahap api, tiga ruko yang lainnya pun ikut ludes terbakar.
Keduanya kembali mengucap astagfirullah, Gio mengusap wajah pucatnya. Jagungnya bekerja tidak karuan, semua perasaannya pun campur aduk menjadi satu. Pegangan lembut sekaligus kuat Siti seketika menguatkannya dan dukungan yang sangat dibutuhkannya.
Tak ada yang tersisa dari kebakaran itu, semuanya habis. Gio dan Siti segera menemui pemilik ruko dan semakin mereka berpegangan semakin kuat. Kata-kata ganti rugi keluar dari pemilik ruko terhadap Gio karena hanya satu ruko itu saja yang sudah ada penyewaannya yaitu Gio dan ketiga ruko lainnya belum di pasang aliran listrik.
Tidak tanggung-tanggung angka kerugian pun mencapai sampai M karena Gio harus menanggung semua ruko yang terbakar.
Lagi, pasangan itu kembali mengucap astagfirullah. Ujian pasangan suami istri itu sungguh sangat berat. Mereka kembali lagi ke rumah melewati ruko yang sudah berubah bentuk dan warna.
Siti melamun sambil terus memeluk Gio, merenungkan ujian yang datang dan langsung sangat besar di dalam perjalanan rumah tangganya. Ini kali kedua mereka tersandung masalah ekonomi, setelah yang pertama dengan keluarga Gio sendiri.
"Apa kita akan kuat?."
"Bismillah, insha Allah kita akan kuat dan harus tetap kuat." Siti mengusap-usap rambut Gio, dia sangat sayang dan akan selalu mendukung suaminya. Apapun akan dilakukannya untuk membantu suaminya keluar dari masalah besar ini.
"Apa kamu akan tetap bertahan di sisiku setelah ini?."
Kedua tangan Siti semakin mengeratkan pelukannya pada Gio. Suaminya sedang dalam keadaan yang sangat rapuh.
"Jangan ragukan kesetiaanku, apapun yang terjadi padamu aku tetap di sisimu. Menemani dan memelukmu selamanya."
Betapa bersyukurnya Gio memiliki Siti di dalam hidupnya. Istri yang selalu disyukurinya walau berawal dari taruhan namun kini menjadi keberkahan.
Keesokan paginya.
Siti sudah berada di ruang kerjanya, tadinya dia sudah berniat tidak mau kerja lagi. Masih ingin menemani suaminya tapi mereka sama-sama sadar akan tanggung jawab yang kian besar. Siti pun berangkat kerja setelah mendapat izin dari suaminya. Bahkan Gio yang mengantarnya.
Melihat nominal-nominal uang yang cukup besar dalam setiap laporan yang diperiksanya langsung menyambung dengan uang-utangnya.
"Astagfirullah," Siti menutup wajah dengan tangannya. Terus saja dia mengucap astagfirullah, dia sekarang merasakan seperti mereka yang pernah terlibat dalam kasus pencurian uang perusahaan.
Sangat terdesak, tapi dia percaya Tuhan sudah menyediakan jalan keluar untuknya dan suami.
Siti yang baru selesai memeriksa laporan keuangan langsung menerima tamu dua orang sekaligus. Yakni Teo dan Liani. Kalau Teo bisa saja karena urusan pekerjaan tapi kalau Liani, tidak tahu karena apa wanita itu ada di ruang kerjanya.
"Aku tahu kamu dan Gio sedang kesusahan masalah uang dan kami berdua bisa menjadi solusinya," Teo menunjuk dirinya dan juga Liani yang duduk tepat di sebelahnya. Menawarkan diri membantu kesulitan yang sedang dihadapi Siti dan Gio.
"Benar, karena yang aku dengar kalau tidak sampai dibayar kerugian ruko secepatnya maka si pemilik ruko akan memenjarakan Gio. Aku sangat prihatin untuk kalian," Liani menujukkan rasa simpati dan empatinya yang luar biasa kepada Siti dan Gio.
Siti masih menyimak keduanya.
"Jujur saja kalau aku sendiri yang membantumu dan Gio akan sangat sulit tapi ada Liani yang bersedia membantu kalian dengan tangan terbuka." Teo sangat bersemangat menjual kebaikannya kepada Siti. Dia ingin sekali membuat Siti terkesan padanya.
"Sebagai teman yang baik tentu saja aku sangat ingin membantu Gio," lanjut Liani.
"Apa yang kalian harapkan dariku setelah aku menerima bantuan dari kalian?," Siti menatap keduanya silih berganti.
Teo dan Liani pun saling pandang lalu kembali fokus pada Siti.
"Aku terus terang saja padamu, Siti. Kamu tahu aku menginginkan kamu dan Liani menginginkan Gio juga. Kami minta kamu tanda tangani surat cerai ini." Teo menyerahkan selembar kertas di hadapan Siti.
"Menikahlah denganku!."
"Dan Gio biar menjadi urusanku," lanjut Liani.
Siti paham tak ada kebaikan yang diberikan lawan kecuali ada maunya, seperti sekarang ini.
"Aku masih bisa berpikir waras dan tidak akan ku jual pernikahan kami pada setumpuk uang kalian!." Tentu saja Siti menolak mentah-mentah permintaan Teo yang didukung Liani.
"Dengar, Siti!. Aku sudah lama sangat mencintai Gio. Ini kesempatan yang tidak akan dua kali, jadi tolong tinggalkan Gio. Kamu juga tidak akan rugi karena ada Teo yang mau menerimamu. Kita berempat bisa sama-sama bahagia."
Siti hamil anak Gio
saat kejadian malam kelam yg lalu,AQ yakin bahwa yg tidur dgn Teo bukanlah Siti melainkan Asih
tetap semangat berkarya kak 💪💪🙏🙏
semoga asih n teo dpt karma yg lebih kejam dari perbuatan nya pada siti