Gwen, seorang pembunuh bayaran kelas kakap, meregang nyawa di tangan sahabatnya sendiri. Takdir membawanya bertransmigrasi ke tubuh Melody, seorang istri yang dipandang rendah dan lemah oleh keluarga suaminya. Parahnya, Melody bukan meninggal biasa, melainkan korban pembunuhan di tangan salah satu anggota keluarga.
Bersemayam dalam tubuh barunya, Gwen bersumpah akan membalas semua derita Melody dan membuat suaminya tunduk padanya. Saat ia mulai menelusuri kebenaran di kediaman utama keluarga suaminya, satu per satu rahasia mengejutkan terbongkar. Dendam juga menyeret sahabat lamanya yang telah mengkhianati dirinya.
Ketika semua pembalasan tuntas, Gwen menemukan kebenaran yang mengguncang tentang suaminya. Marah, namun pada akhirnya ia harus mengakui, cinta telah mengalahkannya. Merasa suaminya tak mencintainya, Gwen memilih ingin menyerah, akankah dia benar-benar melepaskan segalanya? Apakah ia akan berakhir bahagia?
Penasaran?! Yuk baca👆👆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang Yang Sama
...Selamat Membaca...
.......
.......
Di kamar lain, Melody yang baru saja terbangun dibuat terdiam dengan sesuatu yang baru ia ketahui.
Damian ....adalah Max.
"Kenapa aku tak menyadari hari itu?" Melody tertawa kecil. Mengingat dimana ia pertama kali melakukan hubungan dengan Damian. Ia sama sekali tak sadar jika di punggung pria itu terdapat bekas luka.
Saat ia terbangun tadi, Damian sudah berada di sampingnya. Tubuh keduanya polos tanpa sehelai benang pun. Hal itu tentu terjadi akibat semalam.
Melody yang bertemu dengan Matthew saat akan menuju toilet mencari Damian di beritahu oleh pria itu bahwa Damian berada di kamar. Karena itu Melody menuju kamarnya dan ternyata disana, Melody melihat Damian tengah bergerak gelisah dan terus bergumam 'panas'.
Saat itu juga, Damian langsung menarik tubuhnya ke atas kasur dan terjadilah itu.
Bekas luka yang cukup panjang mengingatkan Melody akan satu orang, Max–remaja laki-laki yang seumuran denganya. Max menyelamatkannya saat ia akan di siksa oleh pengurus panti. Dengan tubuhnya yang masih kurus, Max melindunginya dari pukulan cambuk pengurus panti.
Keluarga Max adalah donatur terbesar di panti itu. Max sering berkunjung ditemani oleh bodyguard pribadinya.
Sejak hari itu, Ia diadopsi oleh keluarga Max. Yang Ia tahu, ia hanya diadopsi oleh keluarga kaya, di sekolahkan, diberi fasilitas, dan memiliki tempat tinggal sendiri. Melody tak tahu banyak tentang keluarga Max, yang ia tahu jika Max memiliki seorang kakek yang sangat baik karena mereka sering bertukar kabar melalui ponsel.
Hingga suatu hari, ia memutuskan pergi dari keluarga itu karena Max yang juga pergi untuk melanjutkan pendidikannya. Sampai akhirnya ia bergabung dengan organisasi itu dan menjadi pembunuh bayaran.
Dan hari ini, karena bekas luka yang masih membekas di punggung Damian, Melody tahu bahwa Damian ....Max–remaja laki-laki yang hari itu berjanji akan kembali untuk mengikatnya dan selalu menjaganya.
Melody menatap kosong ke depan. Kau berjanji akan kembali, tapi ternyata kau sudah memiliki keluarga lain Max.
Ia tahu, jika Damian menikahi Melody karena kesalahan satu malam. Namun ntah kenapa itu terasa amat menyakitkan sekarang. Ia selalu menunggu, menunggu Max-nya datang. Tapi ternyata, sosok yang ia tunggu telah memiliki kehidupannya sendiri.
Melody bangkit dari kasur secara perlahan. Membawa tubuhnya ke kamar mandi, tatapannya lurus ke depan.
Sesampainya di kamar mandi, Melody masih terdiam. Pikirannya masih tertuju pada Damian. "Damian adalah Max. Kenapa aku tidak menyadarinya? Pantas saja terkadang aku merasa familiar dengannya."
"Bukankah hidupku terlalu miris? Menunggu seseorang yang ternyata sudah menikah dan memiliki kehidupannya sendiri? Dikhianati sahabat sendiri dan sekarang? Aku menempati istri dari orang yang aku tunggu?"
Rasanya tak dapat dipercaya. Melody menutup wajahnya sejenak. Menghela nafas kasar menenangkan pikirannya.
"Oke... lupakan itu. Toh Damian tidak pernah mengingatku dan mencariku saat aku menjadi Gwen."
"Lebih baik aku fokus pada balas dendam ku saja. Jangan sampai aku terbawa perasaan karena aku sudah mengetahui hal ini. Damian tetaplah Damian!"
Melody sudah memutuskan, untuk tetap fokus pada misi balas dendamnya. Untuk memberi batasan pada hatinya agar tak terbawa perasaan.
Tapi ....Siapa yang tahu kedepannya akan seperti apa?
.......
.......
Setelah membersihkan diri, Melody keluar dengan handuk yang melilit tubuhnya. Sebisa mungkin ia bersikap seperti biasa agar Damian tidak curiga.
Melody segera menuju ruang ganti, melewati Damian begitu saja yang sibuk dengan ponselnya di atas kasur. Sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang ingin ia tanyakan mengenai kejadian semalam. "Aku akan menanyakannya nanti."
Sambil memakai pakaian dan beberapa aksesoris, pikiran Melody beralih pada si kembar. Seketika ia menjadi panik mengingat jika anak kembarnya tak ada di pesta semalam. "Sial! Bagaimana bisa aku melupakan mereka?!"
Belum selesai berpakaian, masih dengan handuknya–Melody kembali menghampiri Damian.
Untungnya pria itu masih setia berada di atas kasur dan sibuk dengan ponselnya.
"Damian. Twins ... twins hilang. Mereka–mereka tidak ada.. di pesta semalam! Aku ingin memberitahu mu tapi kau–"
"–Tenang." Damian menarik tangan Melody hingga istrinya itu duduk di tepi kasur.
Alis Melody menukik tajam. "Bagaimana bisa kau menyuruhku tenang?! Anak kita hilang! Mereka hilang Damian!" Rasa kesal tak bisa dibendung lagi. Melody heran, bagaimana bisa Damian tetap tenang di saat anak mereka hilang?
"Kau gila?! Anakmu hilang! Hilang Damian!" pekik Melody. "Bagaimana bisa kau setenang ini?! Apa kau–"
"–Mereka baik-baik saja Melody."
Melody mendadak blank seketika. Apa? Baik-baik saja? Tunggu, si kembar tidak hilang? Tapi ...bukannya semalam?
"Lebih baik pakai pakaian mu atau ...." Damian menatap Melody intens. "Kau ingin kita mengulangi kegiatan semalam, heem?"
"Sialan! Mesum sekali!" Melody bangkit dari kasur. Melirik sinis ke arah Damian. Seingatku sifatnya tidak seperti ini dulu, Max yang sekarang sangat-sangat menyebalkan!
Dengan langkah kesal, Melody melangkah menuju ruang ganti. Memakai pakaiannya dan mengeringkan rambutnya yang basah.
Setelah dirasa selesai, Melody pun keluar dari ruang ganti. Ia ber pas-pasan dengan Damian yang sepertinya baru selesai mandi dan menuju ruang ganti.
"Pakaian mu sudah aku siapkan."
"Terima kasih."
Melody menunggu di atas kasur. Memutuskan bermain ponselnya walau sebenarnya ia tak sabar menunggu Damian keluar dan meminta penjelasannya mengenai semalam.
"Max ....orang yang selama ini aku cari adalah ... Damian," gumam Melody. "Huft ....lagi pula dia tak akan menemukanku karena aku sudah mati."
"Ayo."
Melody tersentak. Ia mendapati Damian sudah berpakaian rapi namun dengan rambut yang masih basah. Dengan inisiatifnya Melody menarik handuk di tangan Damian dan menuntun pria itu duduk di kursi. "Kenapa tak mengeringkannya lebih dulu?"
"Aku memang ingin meminta bantuan mu."
Melody mengernyit. "Kau bahkan bisa melakukannya sendiri," gumamnya. Sejenak Melody kembali teringat kenangan masa lalu bersama Damian. Tangannya terhenti.
Dulu, Damian sangatlah manja padanya. dia bahkan tidak akan makan jika Gwen tidak ada di sampingnya atau menemaninya. Bahkan untuk belajar pun,Damian harus selalu ditemani. Ck ....lupakan! Kenapa aku malah mengingat itu? Situasi nya sudah berbeda. Dia sudah menjadi suami orang lain.
Setelah mengeringkan rambut Damian. Melody ditarik oleh Damian menuju kamar si kembar. Di sana, di kamar itu, terlihatlah jika si kembar sedang bermain dengan mama Audrey.
"Anak kita baik-baik saja, kau sudah melihatnya kan?"
Perasaan lega, seketika muncul. Melody menghela nafas. "Bagaimana bisa?" tanyanya pelan.
Damian menarik Melody menjauh. Berdiri di dekat pembatas tangga. Ia mulai menceritakan apa yang terjadi. "Semuanya adalah rencana Bella dan mamanya. Mereka sengaja ingin menculik twins saat pesta ulang tahun itu. Kau ingat saat tante Aliya menghampiri mu dan menyiram mama?"
"Kau tahu?"
Damian mengangguk, "Bersamaan dengan itu Bella datang mendekati ku. Sebelumnya seorang pelayan sudah memberikan minum yang ternyata sudah diberi bius oleh Bella."
"Lalu?"
"Aku menyuruh Matthew dan Erick datang. Orang yang menculik si kembar sudah di gantikan oleh orang ku. Mereka memang sengaja membawa si kembar pergi, agar Bella yakin jika rencananya berhasil."
Melody terlihat mendengarkan dengan serius. Sorot matanya berubah tajam setelah mengetahui jika Bella adalah dalang di balik semua ini.
"Bella ingin menjebak ku, tapi Matthew lebih dulu membalikkan keadaan."
"Jadi ...aku bisa memberi hukuman pada wanita itu?" terdengar lirih, namun penuh amarah. Kedua tangan Melody mengepal menahan emosi dengan nafasnya yang memburu.
Belum sempat Damian menjawab, Melody lebih dulu melengos pergi membuat Damian harus mengikutinya.
"Beraninya dia ingin menghabisi anakku! Wanita sialan!" Melody melangkah cepat, menuju kamar Bella.
Sesampainya di depan pintu kamar itu, Melody terdiam sejenak. Menatap tajam pintu itu. Lihat bagaimana aku memberi peringatan padamu!
.......
.......
dan Damian juga Gwen seperti terhubung sesuatu dimasa lalu 👍