"uuhhh... Ini... Ini, dimana? Bukankah aku telah meninggal karna gugur dalam medan perang, lalu dimana ini? " Ujar seorang wanita bergumam sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
"Tunggu... " Ujar bi Ipah.
"Ada apa bi, kenapa bibi menghentikan mereka,? " ujar Merida.
"Eemm.. Anu Nyonya, apakah Nyonya tidak mau memeriksa tas mereka. Siapa tau mereka membawa barang berharga milik Nyonya," ujar bi Ipah.
"Apa-apaan kamu Ipah, kenapa kamu menuduh aku dan Non Siska yang tidak-tidak,? " ujar mbok Jumanah.. Dia tak terima dirinya dan sang Nona di tuduh mencuri.
"Bibi gak boleh gitu, memang nya apa yang bisa mereka bawa dari mansion ini.?" Ujar Nadia dengan nada polosnya seakan-akan dia melindungi Siska padahal nyatanya dia ingin Siska mendapatkan masalah.
"Ya barangkali aja kan Non, Non pasti ingat.. Selama ini mereka suka ngambil barang apa aja secara diam-diam, " ujar bi Ipah.
Tanpa pikir panjang Merida langsung percaya saja kata-kata bi Ipah, karna memang selama ini mbok Jumanah kerap mengambil sesuatu dari mansion. Padahal itu bukan ulah mbok Jumanah, melainkan ulah nya bi Ipah yang menuruti semua keinginan Nadia. Nadia sering sekali menjebak Siska dan mbok Jumanah yang akhirnya mereka mendapat hukuman dari Merida.
"Kalian kesini.. Cepat periksa tas mereka, " ujar Merida pada dua pembantu yang dari tadi ada disana menyaksikan semua yang terjadi. Mereka bergegas mengambil tas Siska dan mbok Jumanah mereka mengeluarkan isi tas usang itu, yang isi nya hanya baju seragam sekolah Siska dan pakaian usang milik Siska juga milik mbok Jumanah.
"Kok gak ada, padahal tadi pagi aku sudah memasukan barang itu ke tas Jumanah, " ujar seseorang dalam hatinya.
"Sudah puas Nyonya mengobrak abrik isi tas saya yang isinya hanya baju usang saja,?" ujar Siska. Dia tak habis pikir dengan perbuatan orang-orang yang ada disini, Siska juga menyayangkan sikap Merida yang mudah di hasut oleh seseorang. Sungguh Siska tak bisa membayangkan kehidupan Siska versi modern nya pasti dia tersiksa menerima semua perlakuan seperti ini.
Mendengar ucapan Siska Merida dan yang lain nya hanya bisa diam, Merida pun bingung kenapa dia selalu seperti ini selalu saja mudah percaya akan ucapan seseorang.
"Saya harap Nyonya tidak akan menyesal atas perlakuan Nyonya kepada non Siska, dan harus Nyonya ketahui non Siska sudah cukup menderita berada di mansion ini, " ujar mbok Jumanah dia merasa marah atas perlakuan yang di lakukan terhadap Nonanya.
"Yuk, Non, kita segera pergi dari sini. Karna tempat ini sungguh tak cocok untuk kita sebab para penghuni nya tak mempunyai hati nurani," ujar mbok Jumanah kembali.
Tampa mereka sadari di antara mereka ada yang begitu marah sebab rencananya telah gagal, kini dia tak bisa berbuat apa-apa dan hanya membiarkan Siska pergi dari mansion nya tanpa pukulan dan cacian seperti yang biasanya di lihat.
"Awas lo siska.. Liat aja, besok di sekolah gue bakal bikin perhitungan sama lo. Dan gue bakal bikin lo tersiksa seperti sebelumnya, " ujar Nadia dalam hati.
Sementara Merida.. Dia merasa sekarang dia benar-benar keterlaluan kepada Siska, dan sekarang dia baru ingat akan suaminya... Nanti apa yang akan dia katakan kepada suaminya alasan apa yang akan dia berikan kepada suaminya tentang kepergian Siska, dan dia tau betapa sang suami sangat menyayangi Siska layak nya kepada anak sendiri.
"Ya Tuhan... Bagaimana ini? Alasan apa yang harus aku berikan pada mas Susilo nanti, bagaimana ini dan apa tadi yang di bicarakan mbok Jumanah. Kenapa dia bilang kalau selama ini Siska menderita, hal apa sebernarnya yang tidak aku ketahui,? " ujar Merida dalam hati. Sekarang dia terduduk lemas di atas kursi dan dia pun tak mengerti dengan apa yang di bicarakan mbok Jumanah.
Sementara mbok Jumanah dia cepat-cepat menggandeng tangan Siska, dia sudah tak kuat dengan apa yang terjadi di mansion itu. Sudah cukup untuk dia selalu mengalah dan menutup mulut sekarang dia tidak akan membiarkan sang Nona di tindas lagi.
"Mbok, pelan-pelan jalannya nanti mbok jatoh, " ujar Siska dia terharu atas perlakuan yang di lakukan oleh mbok Jumanah dan Siska tau mbok Jumanah tulus melakukan semuanya.
"Eeehhh... Maaf Non, abisnya mbok emosi mbok marah sama mereka. Apalagi sama si Ipah kampret itu, " ujar mbok Jumanah bersungut-sungut.
"Ya ampun mbok, udahlah, kan kita udah biasa di gituin. " Ujar Siska dia merasa lucu melihat tingkah mbok Jumanah saat marah, karna mbok Jumanah akan meledak-ledak saat marah tanpa memikirkan lawan bicaranya.
"Ya kan mbok kesel Non.. Eehh sebentar, sekarang kita mau kemana ini Non,? " ujar mbok Jumanah karna Siska belum memberi tau tujuan mereka akan kemana.
"Mbok tenang aja, kita udah punya tempat tujuan. Dan aku yakin nanti mbok akan terkejut sekaligus senang dengan tempat tinggal kita yang baru, " ujar Siska. Kemudian Siska mengambil hp judulnya lalu dia menelpon seseorang, berselang tiga puluh menit datanglah satu mobil untuk menjemput mereka.
"Yuk mbok, jemputan kita sedah datang. " Ujar Siska.
Dari mobil itu keluar seorang pria yang berbadan besar, dia turun dari mobil kemudian menghampiri Siska dan membukakan pintu mobil itu untuk Siska.
"Siang Bos, dan silahkan masuk, " ujar pria itu.
Siska hanya menggangguk saja untuk membalas sapaan pria itu, dia kemudian masuk dengan mbok Jumanah. Namun tanpa Siska sadari muka mbok Jumanah menggambarkan keheranan yang penuh tanda tanya.
"Siapa sebenarnya orang ini, kenapa dia manggil non Siska Bos. Jangan bilang... Non Siska mempunyai identitas seperti Tuan!? " ujar mbok Jumanah dalam hati.
"Mbok..
BERSAMBUNG.