Tiba tiba seorang laki laki datang meminta Arumi Bunga Cantika menjadi istrinya. Sebagai balas budi karena Arumi sudah mendapatkan kornea mata dari mendiang adiknya.
Arumi menolak karena sudah memiliki kekasih hati yang bernama Michael. Akan tetapi masalah timbul saat Armellya teman Arumi mengirim foto pengkhianatan Michael.
Orang tua Arumi pun menerima lamaran Ernastan Alfred Warren, kakak dari pendonor kornea mata Arumi.
Apakah Ernastan tulus mencintai Arumi atau ada motivasi lainnya? Apakah Arumi akan mendapatkan kebahagiaan dengan pernikahannya? Jika tidak bagaimana cara Arumi untuk meraih kebahagiaannya?
Yukkk guys kita ikuti kisah Arumi..🙏🙏🙏🙏🙏♥️♥️♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 4.
Arumi masih menempelkan telinganya pada daun pintu yang tebal itu. Suara Etnasatan masih terdengar meskipun lirih.
“Okey kamu jangan telepon telepon lagi, tunggu aku yang....”
Arumi yang merasa perbincangan Ernastan akan segera berakhir. Segera menjauhkan diri dari pintu itu. Arumi membalikkan tubuhnya dan melangkah cepat berjingkat jingkat agar tidak menimbulkan suara.
Arumi terus melangkah tidak menuju lagi ke kursi rias apalagi ke tempat tidur pengantin yang indah, yang empuk bertabur ribuan helaian mahkota bunga mawar.
Arumi terus melangkah menuju ke kamar mandi dan dengan cepat Arumi membuka pintu kamar mandi.
Di saat Arumi sudah masuk ke dalam kamar mandi dan sudah menutup pintu kamar mandi. Pintu balkon terbuka. Ernastan dengan bibir tersenyum manis kembali masuk ke dalam kamar.
Hand phone yang kini sudah dimatikan dia taruh di atas meja.
“Arumi, maaf kamu sudah menunggu Sayang...” ucap lembut Ernastan sambil terus melangkah.
Ernastan tampak kaget saat tidak melihat sosok Arumi yang duduk di depan cermin rias.
“Di mana dia?” gumam Ernestan di dalam hati sambil terus melangkah.
Sesaat bibir Ernastan tersenyum sambil menoleh ke arah tempat tidur.
“Apa Arumi sudah di sana?” gumam Ernestan di dalam hati lagi. Karena dari arah Ernestan berdiri kasur tempat tidur pengantin itu terhalang oleh tirai putih yang menjuntai indah hingga lantai..
Ernastan pun cepat cepat melangkah ke tempat tidur, dia sudah tidak sabar untuk memiliki Arumi seutuhnya.
Kedua mata Ernastan membulat saat melihat kondisi tempat tidur masih sama seperti waktu dia pertama kali masuk ke dalam kamar pengantin itu. Sprai putih masih terlihat rapi, taburan helaian bunga mawar yang di atur membentuk simbul love, jantung hati di tengah tengah kasur itu pun masih terlihat rapi tidak ada yang berubah. Tidak ada sosok Arumi tergolek di atas tempat tidur seperti yang dia kira.
“Arumi, kamu di mana?” Suara Ernastan agak keras sambil menoleh ke kamar mandi.
Tak ada jawaban dari mulut Arumi. Ernastan cepat cepat melangkah menuju ke kamar mandi.
Bibir Ernastan tersenyum berharap bisa melakukan pemanasan di dalam kamar mandi dengan Arumi. Tangan kekar Ernastan cepat cepat memutar handel pintu..
“Kenapa pakai dikunci segala.” Gumam Ernestan dengan sangat kecewa hatinya.
TOK
TOK
TOK
“Sayang... buka pintu kamar mandi, jangan dikunci pintu kamar mandi Sayang..” suara Ernastan agak keras sambil mengetuk ngetuk pintu.
Sesaat terdengar suara Arumi dari dalam kamar mandi.
“Kakak perutku sakit sekali! Tolong panggilkan Bunda!” teriak suara Arumi.
Mendengar nada suara Arumi seperti menahan rasa sakit. Ernastan tampak sangat khawatir..
“Sayang kamu kenapa? Kamu tadi kan tidak kenapa kenapa? Buka pintunya.” Teriak Ernastan sambil tangan masih memutar muter handel pintu.
“Biasa begitu Kak tiba tiba sakit. Tolong panggilkan Bunda.” Suara Arumi lagi tidak begitu keras. Masih dengan nada suara menahan rasa sakit.
“Sayang aku sekarang suami kamu, aku yang akan menolong kamu!” teriak Ernastan lagi.
Dan tidak lama kemudian pintu kamar mandi itu terbuka. Arumi berdiri sambil membungkuk dengan tangan memegang perut. Ekspresi wajah nya menahan rasa sakit.
“Sayang perutmu kenapa? Aku harus menolong apa?” tanya Ernestan sangat panik sambil menatap Arumi yang ekspresi wajahnya menahan rasa sakit.
“Panggilkan Bunda Kak.. cepat.. aku tidak membawa obat.” ucap Arumi dengan nada dan ekspresi wajah yang masih menahan sakit.
“Ini mau keluar lagi.. sudah sana cepat bau nanti..” ucap Arumi sambil tubuh membungkuk bungkuk membalikkan tubuh dan cepat cepat menuju ke closet kembali.
“Iya iya..” ucap Ernestan.
Melihat Arumi kembali menuju ke closet. Ernastan menutup pintu kamar mandi lagi. Dan segera memanggilkan Bunda Mertuanya.
Beberapa menit kemudian Ariana datang dengan langkah yang tergopoh gopoh. Di tangannya membawa paper bag.
“Bun, Arumi sakit apa?” tanya Ernastan yang melangkah di belakang Ariana.
“Mungkin mau haid atau sedang nervous dia.” Ucap Ariana sambil terus melangkah menuju ke kamar mandi.
“Oooo..” gumam Ernastan dengan nada kecewa mendengar kata pertama dari Ariana jika kemungkinan Arumi akan haid.
Ariana cepat cepat masuk ke dalam kamar mandi yang pintunya tidak dikunci.
“Sayang.. kamu kenapa? Mau haid atau nervous di malam pertama? Apa kalian sudah melakukannya?” tanya Ariana sambil menatap Arumi yang duduk di closet.
Ariana mengernyitkan keningnya saat melihat ekspresi wajah Arumi tidak seperti biasanya kalau sakit. Tetapi ekspresi wajahnya justru terlihat sangat serius menatap Sang Bunda.
Arumi memutar kran air semaksimal mungkin agar suara air mengucur mendominasi di kamar mandi itu.
“Bun, Kak Ernestan merahasiakan sesuatu dari kita.” Bisik lirih Arumi saat Ariana berada di dekatnya.
Ariana menatap tajam ke arah wajah Arumi yang masih terlihat begitu serius..
“Dari mana kamu tahu?” tanya Ariana dengan suara lirih pula.
Arumi yang sudah berdiri itu lalu membisikkan di telinga Sang Bunda kalau dia sudah menguping pembicara Ernastan yang telepon dengan seseorang.
“Kamu tidak salah dengar?” tanya Ariana masih dengan suara lirih..
Arumi menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
Ariana tampak berpikir pikir, sambil bergumam di dalam hati, “Merahasiakan apa ya? Ayah Fadli melihat data data dia dan keluarga nya bagus. Apa ada data data yang dirahasiakan.”
Jantung Ariana kini berdebar lebih kencang saat pikirannya menebak ada data yang dirahasiakan dan tidak bisa dilihat oleh suaminya.
Ariana kini sangat mengkhawatirkan putri sulungnya.. Akan tetapi di saat Ariana masih berdebar debar jantungnya dan belum mengucapkan sesuatu kata. Pintu kamar mandi yang tidak dikunci terbuka...
Melihat pintu kamar mandi terbuka, Arumi pun cepat cepat kembali duduk di closet, dan memasang wajah menahan rasa sakit.
“Haduh Bun.. mau keluar lagi nih.. cepat buatkan teh nya.. sakit melilit Bun..”
“Iya iya... kamu tidak salah makan tadi?” ucap Ariana dan segera membalikkan tubuhnya..
“Bagaimana Bun?” tanya Ernastan yang sudah berada di depan pintu kamar mandi yang terbuka.
“Aku akan buatkan dia teh herbal untuk meredakan rasa sakit dan menenangkan pikirannya.” Ucap Ariana sambil melangkah keluar dari kamar mandi dan menutup lagi pintu kamar mandi.
“Apa setelah minum teh herbal Arumi sembuh Bun?” tanya Ernastan yang sangat berharap Arumi segera sembuh dan bisa belah duren malam ini.
....
Duren Arumi dibelah Ernastan tidak nih?
Jhon & Armeliya selamat atas di tangkapnya kalian berdua... Nikmatilah hadiah buat kalian menginap di 🏨 prodeo gratis buat kalian