Ini kisah remaja SMA yang bernama Zo Paksa, putra bungsu dari pasangan Victor dan Sera Paksa. Dia dijodohkan dengan anak sahabat Papanya yang bernama Bintang Armada hanya demi sebuah nilai.
lucu, bukan?
Nah, ini hanya cerita karangan belaka untuk sekedar menghibur di waktu luang. semoga bermanfaaat. penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PBS 34
Bintang kesal, terpaksa dia mendekati Zo tanpa mempedulikan Zo yang tanpa baju. "Hidungmu. Aku bantu obati," gugup, pertama kali sekamar dengan cowok plus dia tidak pakai baju.
"Urus saja pacarmu itu, jangan pedulikan aku,"
Bintang cemberut, dia mengambil kapas yang ada ditangan Zo. Bintang duduk ditepian tempat tidur, disamping Zo. "Mantan,"
Zo melengos. "Dia terlihat masih menyukaimu," Tidak tahu kenapa hati Zo nyeri saat mengatakan ini.
Bintang menghela, dia tahu jika Farel memang masih mengejarnya. Buktinya dia masih saja minta balikan. "Aku tidak ingin jatuh kembali dikubangan yang sama," Bintang membuang kapas yang telah kotor dan mengambil yang baru didalam kotak P3K, diatas nakas. Mungkin Zo baru saja menggunakannya.
"Gayanya bicara seperti itu. Tapi kau masih menyukainya, bukan? Aku melihat itu dimatamu,"
Bintang mendengus, cinta? Belum ada sebulan hubungannya dengan Farel kandas. Tentunya masih ada sisa-sisa cinta didalam hatinya. Apalagi hubungannya dengan Farel terjalin cukup lama, selama satu tahun. Dan satu tahun bukanlah waktu yang sebentar, bukan?
Namun, Bintang selalu berusaha untuk move on sepenuhnya dari Farel. Bintang tidak ingin cinta-cintaan untuk saat ini. Luka yang ditorehkan oleh Farel membuatnya bertekad untuk fokus dengan pendidikan lebih dulu. Setelahnya, fokus bekerja dan menjadi kebanggaan daddy dan mommy.
"Satu tahun," Bintang berseru lirih sambil membantu mengobati Zo, memberi gel pada bagian atas hidungnya. "Satu tahun bagiku bukanlah waktu yang singkat dalam menjalani sebuah hubungan. Dan dengan mata kepalaku sendiri. Aku melihat Farel mengkhianatiku,"
Zo menoleh, menatap teduh wajah Bintang yang terlihat bersedih dan murung. Zo mengamati kedua mata Bintang yang seperti menahan tangis. "Sepertinya kau sedih sekali,"
"Hiks..." Bintang tak tahan, dan dia berakhir menangis. Bintang berhenti mengoles gel, kedua tangan menutup wajah setelah membuang kapas kotor ditempat sampah. "Sakit, perih, pokoknya hatiku seperti tersayat belati. Lukaku cukup dalam sehingga aku memutuskan untuk tidak cinta-cintaan dulu,"
Zo meneguk ludah, entah mengapa hatinya ngilu mendengar keputusan Bintang yang tidak ingin menjalin hubungan lagi. "Aku kenapa? Mengapa aku sakit hati Bintang mengatakan itu,"
"Farel jahat, Zo. Dia jahat sekali, huhuhu..."
Zo berdecak. "Nangisin mantan?" Zo mencibir dia terduduk, bersandar dipapan ranjang, melihat Bintang menangisi Farel.
"Tidak! Aku justru menyesal karena tidak percaya apa kata mommy dan daddy." Bintang menghentikan tangis, mengusap air mata, dia menatap Zo dengan mata sembab dan hidung memerah.
Zo mengernyit. "Maksudnya?"
"Dulu mereka melarangku pacaran dengan Farel. Kata mereka Farel bukan anak baik-baik."
"Dan terbukti?"
Bintang mengangguk sedih, bibirnya mengerucut. "Iya. Aku lebih sedih ke itu sih,"
Zo menghela, entah mengapa bibirnya tersenyum mendengar pengakuan Bintang. Dan perasaannya terasa lega. "Aku kenapa? Aneh,"
"Zo,"
"Hm,"
"Jangan tinggalin aku,"
"Hah?"
Zo membeku, dia terkejut, jantungnya berdetak kencang. Apa katanya? Jangan tinggalkan? Oh astaga, apa maksudnya? Apa Bintang, ah tidak mungkin. Zo berusaha menyangkal apa yang muncul dibenaknya. "Tidak mungkin Bintang menyukaiku, bukan?"
"Soalnya aku tidak berani disini sendirian,"
Dan lanjutan perkataan Bintang membuat Zo menghela kasar. "Tuh kan, Bintang tidak mungkin menyukaiku," entah mengapa Zo merasa... kecewa.
Tung ting tung ting
Ponsel Zo berbunyi membuat Bintang dan Zo mengalihkan tatapan. "Hallo, iya, Ma," sapa Zo setelah menempelkan ponsel ditelinga. Dan yang meneleponnya adalah Sera.
"Zo, kau dimana? Bintang bersamamu, bukan?" tanya Sera ditelepon.
Bintang dan Zo beradu tatap. Lalu Bintang bersuara, "Aku disini, Ma. Diapartemen," katanya, mengambil alih ponsel milik Zo.
"Sukur lah, diapartemen kalian tidak berantem, kan?"
Zo berdecak, dia kesal mendengar pertanyaan Mama. "Memangnya aku dan Bintang anak kecil apa? Jangan aneh-aneh deh, Ma," gerutunya, dia mengambil alih ponsel miliknya.
"Benarkah, Bin, kalian akur? Mama tidak percaya begitu saja. Coba alihkan panggilan video, Mama ingin melihat kalian berdua,"
Bintang dan Zo bertatapan lalu Zo menuruti perintah Mama. "Mana Bintang?" tanya Sera setelah melihat wajah Zo.
Bintang mengambil alih ponsel Zo. Bintang tersenyum. "Aku disini, Ma. Mama lagi apa, Viola lagi apa, Papa juga?"
"Kami sedang ada diresto, dan baru saja Papa menyelesaikan satu misi. Bin, kalian dikamar? Kedua matamu kenapa sembab? Apakah Zo menyakitimu?" suara Sera terdengar khawatir.
Bintang menatap Zo yang juga menatapnya, setelahnya Bintang tersenyum menatap wajah Mama mertua dilayar ponsel. "Tidak kok Bintang hanya kelili..."
"Mantunya Mama nangisin mantan, Ma. Jahat banget dia," Zo berceletuk, memotong perkataan Bintang. Membuat Bintang melotot tak terima.
"Eh! Tidak, Ma! Zo berbohong! Awas kau!" Bintang mencubit perut Zo membuat empunya meringis sakit. Dan perdebatan mereka berdua tentunya terdengar ditelinga Sera.
"Aduh! Sakit pendek!" Zo mengusap bekas cubitan Bintang. "Nikah berapa hari masa sudah KDRT," gerutunya.
Bintang tak terima dikata KDRT. Dia menaruh ponsel Zo diatas tempat tidur dengan sembarang, dan Bintang menjambak rambut depan Zo yang memanjang, membuat Zo teriak sakit. Namun, jambakan Bintang tak sepenuhnya, hanya untuk menyalurkan kekesalan saja, tapi tetap saja sakit.
"Eh, jangan kau pikir aku tidak bisa membalasmu ya," Zo menahan kedua tangan Bintang, membuat Bintang tak bisa berkutik.
"Zo! Lepas ih, sakit tauk!" Bintang merengek.
"Tidak akan," Dan Zo menggelitiki perut Bintang, membuat Bintang bergerak tak tentu karena geli.
"Zooo, sudah-sudah! Ini sangat menggelikan. Ah, geli Zo! Sudah, ih ini sangat geli." Kaki Bintang bergerak, berniat menendang Zo agar kedua tangannya bisa terlepas. Namun tak terduga justru Zo menahan kedua kaki Bintang dan mengungkungnya.
Saat itu juga Bintang terdiam, tak berani bergerak sedikit pun. Wajahnya dan wajah Zo hanya berjarak beberapa centi. Hembusan napas Zo mampu menerpa kulit wajahnya.
Jantung Bintang berdebar hebat, diposisi seintim ini membuat otaknya melanglang buana. Dan Zo tak kalah deg-degan, jantungnya melompat kuat. Melihat bibir Bintang yang pernah dia rasakan, membuat jakun Zo bergerak naik turun seiringan ludah yang dia teguk. Entah mengapa dia tak tahan untuk kembali merasakan bibir itu.
"Mmm..."
Kedua tangan Bintang mencengkram sprei ketika Zo mera.ub bibirnya dengan lembut. Kedua matanya pun terbelalak. Namun terpejam ketika kedua kalinya merasakan sesuatu yang dua kali dia rasakan.
"Egghhh..." Tanpa diminta, desahan lolos begitu saja ketika Zo melepas ciuman, dan kedua tangan Zo beralih meremas dua dadanya.
"Zo, ah!" Bintang tak bisa diam saat Zo menjelajahi le.hernya.
"Anak itu," DiAmerika sini, Sera mengakhiri panggilan karena melihat apa yang dilakukan oleh kedua anaknya.
Plakkk
"Arghhh...!"
"Jangan asal ci.um, bisa!?" kesal Bintang setelah Zo menyudahi aksinya.
"Kau juga menikmatinya, bukan?"