NovelToon NovelToon
Malam Yang Mengubah Takdir

Malam Yang Mengubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Kaya Raya
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Tyger

Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 - Kehidupan Baru

Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, mobil mereka mulai memasuki kawasan perumahan elit. Namun, mereka tidak berhenti di salah satu rumah di sana. Mobil terus melaju, masuk lebih dalam ke area yang lebih sepi dan jauh dari keramaian.

Mereka terus berjalan hingga sampai di depan sebuah gerbang besar nan indah. Gerbang itu tampak mewah, meskipun tak dijaga satpam. Hanya ada satu CCTV di salah satu sisinya.

Tanpa disentuh, gerbang itu terbuka otomatis begitu mobil Aiden berhenti di depannya seolah mengenali siapa yang ada di dalam.

Perjalanan masih berlanjut. Mereka menyusuri jalan pribadi selama hampir 15 menit hingga akhirnya, sebuah rumah besar dan megah terpampang di depan mata. Rumah bergaya modern itu berdiri kokoh, dikelilingi taman bunga yang sangat luas di bagian depannya.

“Iris... Cantik sekali…” gumam Anya pelan, matanya menatap taman bunga di depan rumah itu dengan pandangan takjub. Tatapannya seperti gadis kecil yang baru saja masuk ke dunia dongeng.

Aiden yang tadinya memejamkan mata langsung membuka matanya dan melirik Anya. Tatapannya lembut, berbeda dari biasanya.

Anya seolah bisa merasakan sorotan mata Aiden, sehingga ia langsung menoleh,

“Kenapa taman ini dipenuhi bunga iris? Bukankah orang biasanya lebih suka menanam mawar?”

Aiden membalikkan badan, membelakangi Anya.

“Seseorang pernah bilang... dia sangat menyukai bunga iris.”

Anya hanya mengangguk pelan mendengar jawabannya. Ia tidak tahu siapa yang dimaksud Aiden, tapi jelas taman itu dibangun untuk seseorang yang pernah sangat berarti baginya.

Pandangan Anya kembali tertuju ke taman. Matanya berbinar kagum. Ia terlalu terpukau hingga tak sadar bahwa rumah yang berdiri di depannya sangat luar biasa.

Begitu mobil berhenti di depan pintu utama rumah, sekitar sepuluh orang sudah berbaris rapi, berdiri menyambut kedatangan mereka.

“Selamat datang, Tuan!” seru mereka serempak saat Aiden turun dari mobil. Suara mereka terdengar tegas dan penuh hormat.

Anya langsung kaku melihat pemandangan itu. Ia tidak terbiasa menerima sambutan seperti ini. Kakinya terasa berat untuk melangkah keluar, seolah menempel di lantai mobil.

Beberapa menit berlalu, tapi ia masih tak bergerak. Aiden pun menoleh ke belakang, melihat Anya yang tampak gugup dan cemas. Tanpa banyak bicara, ia menyodorkan tangannya, mengajak Anya turun dari mobil.

Anya tertegun sejenak. Sejak awal pertemuan mereka, Aiden selalu tampak dingin. Ia tak menyangka pria itu akan menawarkan bantuan sekecil ini.

Perlahan, Anya menyambut tangan Aiden. Pria itu langsung menggenggamnya dan membantu Anya turun. Meski wajah Aiden tetap terlihat datar, Anya bisa merasakan kelembutan tersembunyi dalam sentuhannya.

“Selamat datang, Nyonya!” para pelayan langsung menyapa dengan serempak. Anya hanya bisa membalas dengan senyum canggung. Wajahnya kaku karena gugup.

Berbeda dari pelayan lainnya yang bersikap formal, seorang wanita paruh baya melangkah maju dan langsung memeluk Anya dengan hangat,

“Selamat datang, sayang.”

Anya terkejut dipeluk oleh orang asing, tapi kehangatan pelukan wanita itu membuatnya tenang. Ia pun membalas pelukan itu sambil tersenyum kecil. Aiden yang berdiri di sampingnya tidak menghentikannya.

“Bu Hana, tolong tunjukkan rumah ini pada Anya. Aku ke kamar dulu,” kata Aiden sebelum berbalik dan berjalan masuk ke dalam rumah. Para pelayan kembali menundukkan kepala saat pria itu lewat. Sementara itu, Anya hanya bisa menatap punggung Aiden dengan tatapan bingung dan panik. Ia belum mengenal siapa pun di rumah ini, dan kini satu-satunya orang yang ia kenal justru pergi meninggalkannya sendiri.

Menangkap kecemasan di mata Anya, wanita paruh baya itu menggenggam tangannya dengan lembut,

“Nyonya, saya Hana. Saya kepala rumah tangga di rumah ini.”

“Jangan panggil saya Nyonya, Bu. Panggil saja Anya,” balasnya dengan senyum kikuk.

Mendengar jawaban itu, Bu Hana langsung tersenyum lebar. Ia sudah bekerja di rumah ini sejak Aiden masih kecil, bahkan ikut mengasuh Aiden seperti anak kandung sendiri. Karena kesetiaannya, ia menjadi salah satu orang kepercayaan Aiden, sama seperti Harris.

Selama puluhan tahun ia melihat Aiden tumbuh dari bocah menjadi pria dewasa, namun ia belum pernah melihat Aiden dekat dengan wanita mana pun. Saat usia Aiden melewati kepala tiga, Hana sempat khawatir—bisakah Aiden menemukan pasangan yang baik? Seseorang yang tidak hanya datang demi harta?

Namun kini, kekhawatiran itu sirna. Aiden menikah dengan wanita yang bukan hanya cantik, tapi juga sederhana dan rendah hati. Bahkan mau berbicara sopan pada pelayan sepertinya.

“Baiklah, Anya. Mari, saya antar berkeliling rumah.” ujarnya sambil mulai berjalan. Anya mengikuti dari belakang, sementara para pelayan lain membungkuk hormat saat Anya lewat, lalu kembali ke pekerjaan masing-masing.

Bu Hana mulai menunjukkan seluruh isi rumah. Rumah itu hanya terdiri dari dua lantai, tapi luasnya luar biasa. Ada lima kamar tidur.

Ruang keluarga memiliki jendela besar yang langsung menghadap ke danau pribadi milik keluarga Atmajaya. Dapur dilengkapi dengan peralatan modern kelas atas, seperti dapur chef profesional.

Taman bunga iris di bagian depan terasa seperti lukisan hidup, sementara halaman belakang dilengkapi kolam renang yang sangat besar, menjadikan rumah ini terlihat benar-benar mewah.

Taman bunga, kolam renang, danau pribadi...

Berapa miliar harga rumah ini? Keluarga Atmajaya memang bukan orang biasa.

Semakin banyak sudut rumah yang ia lihat, semakin ia tak habis pikir. Bagaimana bisa ada pria se-sempurna ini di dunia? Tampan, kaya, cerdas…

“Tuan Aiden jarang pulang. Biasanya dia tidur di kantor supaya bisa fokus kerja,” keluh Hana.

“Tapi sekarang, karena ada Anya, saya yakin Tuan Aiden akan lebih sering pulang,” sambungnya sambil tersenyum bahagia.

Anya hanya bisa membalas dengan senyum canggung. Ia tidak bisa menjelaskan bahwa sebenarnya pernikahan ini bukan karena cinta.

Ia dan Aiden menikah karena kebutuhan masing-masing. Ia butuh Aiden demi uang untuk menyelamatkan ibunya. Sedangkan Aiden... punya rencana yang belum ia ketahui.

Setelah selesai berkeliling, Bu Hana kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Sementara itu, Anya memutuskan untuk berjalan-jalan di taman bunga iris di depan rumah barunya.

Tadi, ia hanya bisa mengintip taman itu sekilas dari dalam mobil. Tapi ternyata, aslinya jauh lebih indah dari yang ia bayangkan. Hamparan bunga iris yang luas membentang di depannya, dan di tengah taman itu berdiri sebuah rumah kaca.

Saat ia melangkah masuk ke dalam rumah kaca itu, Anya tertegun. Ia seperti tak percaya dengan pemandangan di hadapannya. Rumah kaca itu bahkan lebih indah dari taman iris di luar. Aneka bunga berwarna-warni bermekaran, tertata rapi dan hidup seolah berada di negeri dongeng.

Di salah satu sudut rumah kaca, tergantung sebuah kursi ayunan putih yang dibalut tanaman rambat. Pemandangan itu benar-benar terlihat seperti dari dunia fantasi.

Tempat ini… akan menjadi tempat favoritnya. Tempat pelariannya. Tempatnya mencari ketenangan.

Anya menyusuri sisi rumah kaca dengan perlahan, menikmati setiap tanaman yang tumbuh di sana. Saat ia masih tenggelam dalam pikirannya, seorang pelayan muda menghampirinya dengan sopan.

“Nyonya, makan malam sudah siap.”

Anya terkejut. Ia terlalu asyik sampai tak sadar kalau langit sudah mulai gelap. Ia tersenyum pada pelayan itu dan memintanya kembali lebih dulu.

Ia menarik napas dalam-dalam, bersiap kembali ke rumah… bersiap untuk bertemu Aiden lagi.

"Anya, kamu pasti bisa menghadapi semua ini…" bisiknya pada diri sendiri.

Ia pun melangkah pergi, meninggalkan tempat yang terasa seperti negeri dongeng, dan kembali ke kenyataan.

Saat Anya masuk ke ruang makan, Aiden sudah duduk di salah satu kursi, tepat di ujung meja makan besar. Aneka hidangan mewah sudah tersaji, menunggu untuk disantap.

Anya segera duduk di kursi di samping Aiden.

“Sudah selesai berkeliling?” tanya Aiden tiba-tiba.

Anya tak menyangka pria itu akan memulai percakapan.

“Sudah. Rumahmu sangat indah,” jawabnya jujur.

Aiden hanya mengangguk, lalu memberi isyarat agar Anya segera makan.

Mereka makan dalam diam. Tak ada percakapan manis seperti pasangan pengantin baru lainnya. Hanya keheningan dan suasana canggung yang membuat Anya sulit menelan makanannya.

1
Syifa Aini
kalo bisa updetnya 3 atau 4 x dalam sehari. 🥰
Syifa Aini
alur ceritanya menarik, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!