Demi keselamatan jiwanya dari ancaman, Kirana sang balerina terpaksa dijaga oleh bodyguard. Awal-awal merasa risih, tetapi lama-lama ada yang membuatnya berseri.
Bagaimana kalau dia jatuh cinta pada bodyguardnya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kujo monku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3 : Bodyguard Baru
Di sebuah gudang yang digunakan sebagai markas suatu kelompok tertentu, terdapat ratusan manusia berpenampilan serba gelap, sedang berkumpul di tengah gudang. Di depan mereka semua, berdiri seorang pria tinggi besar yang menatap mereka dengan begitu serius dan dingin. Pria berkemeja hitam, dengan lengan yang tergulung hingga siku itu, terlihat sebagai pemimpin pasukan tersebut,
Davis Jeandra Khiel
Pria bermata coklat, berkulit putih dengan garis wajah tegas dan kaku berusia 30 tahun. Pria tersebut pemimpin sekaligus pemilik pasukan bodyguard yang berjumlah ratusan, yang bernama Jean'S Eagle.
Seperti namanya, mereka dilatih sekeras mungkin hingga memiliki insting yang tajam, jiwa tempur yang kuat dan berani, serta selalu tepat sasaran bagikan burung elang liar. Davis mendirikan jasa penjagaan tersebut sejak 10 tahun lalu. Sejak dirinya, mampu berdiri sendiri, tanpa bantuan siapapun.
Perlahan, dari yang awalnya membiayai pelatihan preman pasar yang membantunya lolos dari bandar narkob* yang membelenggunya. Saat itu Davis remaja sangat hilang arah. Dia memang ditinggali banyak uang, tetapi tidak dengan perhatian keluarga.
Davis merupakan anak yatim piatu. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal dunia saat dia berusia 17 tahun karena kecelakaan tunggal, katanya. Davis kecil mungkin saja percaya, tetapi Davis dewasa sudah tidak mempercayainya. Banyak hal janggal yang masih dia selidiki diam-diam.
Keluarga besarnya tidak ada yang mau merawatnya dengan alasan, Davis sudah cukup umur. Akan tetapi, semua harta yang terlihat fisiknya diakui mereka dan dibalik nama secara ilegal oleh orang-orang tua tersebut.
Beruntung, kedua orang tua Davis memiliki asuransi yang selama ini dirahasiakan dari siapapun. Davis sebagai anak satu-satunya, dia pun mendapatkan uang asuransi tersebut.
Tiga tahun hidup tidak terarah dan Davis juga putus sekolah. Hal itu membuat Davis sempat terjerumus ke dunia obat-obatan terlarang.
Saat usianya 20 tahun, dia mulai menyadari kalau yang dia lakukan salah. Ada yang menemukan dirinya sekarat di jalan saat overdos*s. Setelah rehabilitasi saat itu, Davis sembuh dan tidak lagi menggunakan obat setan itu.
Sejak saat itu, Davis berhenti dengan dunia obat haram itu. Makanya, dia dikejar oleh bandarnya, takut rahasia mereka dibocorkan oleh Davis. Beruntung pengejaran itu berakhir saat Davis berlari masuk ke dalam pasar yang lumayan ramai, meski malam hari. Biasanya, banyak truk sayur baru datang membawa hasil panen saat malam tiba. Preman pasar yang sedang menikmati hasil jarahannya, membantu Davis bersembunyi malam itu.
Davis sangat berterima kasih akan hal itu. Dia berteman dengan mereka setelahnya. Ada hal yang Davis ingat dan tersentuh, lalu memutuskan untuk membuat bisnis bodyguard tersebut. Sebenarnya mereka baik, buktinya dia ditolong meski tidak saling kenal. Akan tetapi, mereka salah profesi. Davis pun awalnya menawari mereka kerja sama. Davis membayar mereka untuk menjaga dirinya dari kejaran bandar tersebut.
Dengan sisa uang asuransi dari mendiang kedua orang tuanya, Davis akhirnya membuka bisnis bodyguard tersebut. Dari yang awalnya 7 mantan preman pasar, sekarang sudah ratusan. Jasa dari bisnis Davis banyak yang menggunakannya.
Davis datang ke markas setiap sore, setelah pulang bekerja. 4 tahun lalu, Davis sudah merebut kembali perusahaan kedua orang tuanya dari adik papanya yang sempat mengambilnya dahulu setelah keduanya meninggal. Davis menang dalam persidangan atas gugatan perdata yang dia layangkan. Perusahaan yang bergerak dibidang food and technology tersebut resmi menjadi miliknya.
"Ada evaluasi apa sore ini?" Tanya pria itu menatap semua anak buah yang dia miliki saat ini.
Pria bertubuh kurus, lebih pendek dari Davis, berjalan mendekati Davis. Dia adalah Jojo, nama lengkapnya Jovano Wibowo, yang merupakan anak dari ketua preman pasar yang dulu membantu Davis mengembangkan bisnis ini. Jojo lebih muda 2 tahun dibandingkan Davis. Jojo lah yang menjadi muka dari bisnis ini sejak 4 tahun lalu. Davis memilih fokus mengembalikan kejayaan perusahaan kedua orang tuanya yang hampir bangkrut karena ulah adik papanya itu.
"Lapor, Bang! Ada 30 bodyguard sedang menjalankan tugas ke istana Negara. Kami bekerja sama dengan keamanan khusus negara untuk menjaga tamu penting dari Belanda. Ada juga 5 bodyguard yang belum pulang sejak seminggu lalu, karena masih bertugas menjaga artis senior melakukan world tour concert." Jojo tampak fokus melihat benda pipih besar di tangannya.
Jojo dan Davis sebenarnya sebelas dua belas saja penampilannya. Hanya beda di warna kulit saja. Mereka sama-sama dikenal dingin dan kaku. Sifat mereka tidak jauh beda. Oleh karenanya, banyak yang menganggap dua sahabat tersebut adalah kakak beradik.
"Oke, Ada lagi?" Tanya Davis yang sedikit tersenyum mendengarnya. Jojo selalu bisa dia handalkan.
Kali ini Jojo tidak langsung menjawabnya. Dia malah menatap tajam Davis, dengan senyuman tipis yang hanya bisa terlihat oleh Davis.
"Apaan, Jo? Cepat katakan atau lo gue pecat!" Tegas Davis penasaran. Akan tetapi, dia masih berusaha tetep cool.
Jojo pun berusaha untuk tidak menghiraukan Davis. Dia pun kembali menatap layar tabletnya dan membacakan laporan selanjutnya.
"Ada permintaan 3 bodyguard untuk salah satu anggota keluarga konglomerat yang tinggal di Jogja."
Jantung Davis serasa berhenti saat mendengar nama kota tersebut. Apalagi Jojo mengatakan jika yang butuh jasa dari bisnisnya itu adalah anggota keluarga konglomerat.
Jojo menahan tawanya. Dia tahu, Davis pasti terkejut setelah ini. Ekspresinya sekarang saja, sudah membuatnya tahu jika Davis mulai kepikiran.
"Ck, cepetan siapa yang minta siapa? Jangan bikin gue nonjok lo sekarang." Davis jadi tidak sabaran.
"Sabar, Bang. Kali ini ada Tuan Alister Gautama mengajukan 3 bodyguard. Satu wanita dan dua laki-laki untuk menjaga anaknya yang bernama Kirana Nisaka Gautama."
Mendengar nama itu, Davis semakin terkejut. Dia tampak diam dengan ekspresi wajah yang tidak bisa diartikan. Tangannya sedikit terkepal di sisi tubuh tegapnya. Entah apa yang dia pikirkan.
Apakah marah atau yang lainnya? Entahlah! Hanya Davis yang tahu.
***
Akhirnya, Kirana mendapatkan tiga bodyguard yang dia pilih sendiri. Kirana pun memilih berdasarkan naluri hatinya saja. Dia teringat setiap kalimat yang omanya berikan saat berbicara dengannya.
Ikuti kata hati kamu.
Satu kalimat sederhana yang selalu menjadi prinsip omanya hingga saat ini. Kirana pun mencoba mengikuti hal yang sama. Dia terapkan dalam hidupnya, hingga menjadi balerina sukses sampai sekarang. Hanya masalah cinta yang belum sukses, dan itu juga dia tetap mengikuti kata hatinya agar suatu saat nanti dia bertemu pangeran sejatinya.
Kirana sekarang berada di Jakarta untuk beberapa hari saja. Dia akan menjalani syuting iklan suatu brand fashion lokal yang namanya juga sudah mendunia. Salah satu desainer terbaik yang ternyata masih ada hubungan darah dengan Kirana.
Oleh karenanya, sebelum dia ke lokasi syuting, Kirana mampir ke rumah utama keluarga besarnya. Dia beserta ketiga bodyguardnya, baru saja masuk ke halaman rumah mewah yang luasnya bisa dijadikan satu kelurahan tersebut.
Rumah itu ditempati secara turun temurun oleh keluarga pewaris utama keluarga besarnya. Bisa dikatakan yang menjadi pemimpin seluruh bisnis keluarga Gautama.
Kini, rumah ini ditempati oleh om dan tante Kirana, yang merupakan sepupu dari papinya Kirana. Kenzo dan istrinya bernama Helena. Keduanya hanya memiliki satu anak laki-laki.
Glen Gautama, 31 tahun.
Pria bermata sipit mengikuti mata maminya itu, berusia satu tahun di bawah Kirana. Glen bekerja di perusahaan keluarga, karena nantinya dia yang akan meneruskan semua usaha keluarga tersebut. Glen yang soft spoken, sangat menyayangi semua saudaranya, tentu saja termasuk Kirana.
Bagusnya persaudaraan mereka adalah, tidak adanya drama rebutan harta. Sang pewaris pun tidak tamak. Semua mendapatkan porsinya masing-masing meski ada beberapa yang tidak ikut andil dalam mengurus mega bisnis tersebut. Semua terlihat kompak dalam segala hal.
Oma opa buyut Kirana juga masih ada di rumah itu. Sedangkan, Nevan dan Tabitha yang merupakan orang tua Kenzo si pemimpin Gautama's Group sekarang pindah ke Surabaya. Menempati rumah kakek nenek Kenzo dari pihak Tabitha yang sudah kosong.
Keluarga Gautama, satu diantara beberapa keluarga old money yang masih bertahan sampai sekarang. Mereka begitu disegani sampai sekarang.
Kirana sampai di rumah utama masih pagi sekali. Dia terbang ke Jakarta setelah subuh tadi menggunakan jet pribadi. Dia ikut bersama opa omanya yang memang juga akan ke Jakarta. Beliau berdua ingin mengunjungi tante Kirana- adik papinya.
Kirana memilih langsung ke rumah utama, karena selama di Jakarta dia akan tinggal di rumah utama. Itu sudah menjadi kebiasaan dan juga demi keselamatannya. Dia sudah tidak mau membuat kedua orang tuanya khawatir.
Lagi pula, dia belum ingin mati dahulu. Dia belum menikah dan dia masih ingin menikmati masa independent woman-nya hingga suatu saat nanti ada yang menafkahinya.
Ternyata pagi itu, adik sepupunya belum berangkat bekerja. Glen sedang berada di teras saat dia datang. Kirana segera keluar mobil saat pintu mobil sudah dibuka oleh salah satu bodyguardnya. Dia terus berlari tanpa memikirkan orang disekitarnya.
"GLEEEEEEEN SAYAAAAAAANG!" Teriak Kirana pagi itu hingga membuat Glen dan para pekerja di rumah itu yang berada di area depan terkejut. Setelah tahu siapa yang berteriak, mereka tampak biasa.
"Kiran? Wah sayangkuuuuuuuu." Glen langsung tersenyum sumringah melihat siapa yang berteriak dan berlari ke arahnya.
Mereka akhirnya berpelukan erat dan saling mencium pipi masing-masing. Siapapun yang melihatnya, pasti mengira mereka berdua adalah sepasang kekasih yang saling melepas rindu. Mereka memang bagaikan saudara kembar sejak dulu. Maklum, kedua mami mereka juga dulunya sahabat sejak lama. Bahkan sebelum bertemu dengan papi mereka masing-masing.
"Kangen." Rengek manja Kirana pada Glen. Keduanya masih saling berpelukan.
"Sama dong. Nginep?" Kirana mengangguk.
"Ehem, Nona, ini tasnya." Tiba-tiba keduanya disela oleh salah satu bodyguard Kirana. Hal itu membuat atensi mereka teralihkan.
Kirana langsung melepaskan pelukan Glen. Dia mengambil tasnya dari tangan sang bodyguard.
"Siapa? Bodyguard baru?" Tanya Glen yang tajam mengamati pria bertubuh kekar itu dan wajahnya tertutup kacamata dan masker tersebut, dari atas ke bawah, lalu kembali lagi ke atas. Glen merasa tidak asing.
Kirana mengangguk dengan semangat. Kedua bodyguardnya yang lain juga menyusul rekannya.
"Kenalin. Mereka bertiga guardian angel aku, Glen. Yang perempuan ini namanya Saki. Keturunan Jepang. Dia masih muda lho."
Glen hanya tersenyum tipis saat Saki membungkuk setelah diperkenalkan nona-nya. Saki memang masih muda. Dia masih 26 tahun dan bergabung menjadi bodyguard sejak usia 22 tahun.
"Yang cowok ini. Namanya Berto." Glen dan Berto pun saling berkenalan.
"Lalu, dia siapa?" Glen tampak tidak ramah menatap bodyguard terakhir yang belum diperkenalkan oleh Kirana. Pria itu yang tadi menyela kegiatan keduanya.
"Oh, dia Davis. Dia yang menjadi koordiantor kedua bodyguardku yang lain." Jawab Kirana sambil menatap Davis.
"Davis?"
...****************...