Niara yang sangat percaya dengan cinta dan kesetiaan kekasihnya Reino, sangat terkejut ketika mendapati kabar jika kekasihnya akan menikahi wanita lain. Kata putus yang selalu jadi ucapan Niara ketika keduanya bertengkar, menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Reino yang di paksa nikah, ternyata masih sangat mencintai Niara.
Sedangkan, Niara menerima lamaran seorang Pria yang sudah ia kenal sejak lama untuk melupakan Reino. Namun, sebuah tragedi terjadi ketika Reino datang ke acara pernikahan Niara. Reino menunjukkan beberapa video tak pantas saat menjalin hubungan bersama Niara di masa lalu. Bahkan, mengancam akan bunuh diri di tempat Pernikahan.
Akankah calon suami Niara masih mempertahankan pernikahan ini?
🍁jangan lupa like, coment, vote dan bintang 🌟🌟🌟🌟🌟 ya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Dua orang yang trauma dengan masa lalu, saling mengobati satu sama lainnya. Dengan usia yang tidak muda lagi, mempertahankan sisa cinta yang dimiliki. Ketika semua hal yang dicintai datang dan pergi tanpa permisi. Aku ingin seperti ini, memeluknya, menangis dan tertawa bersamanya. Akan tetapi, mungkinkah?
BAB 34 ( Dia Masih Mengejarku )
Malam ini, setelah cafe mengadakan acara party. Aku diantar pulang oleh Prita. Sudah jam 12 malam, Mas Ridwan kelelahan dengan pekerjaannya. Untuk pertama kalinya Prita mengajakku pulang bersama. Katanya tak tega melihatku naik taksi sendiri malam-malam.
“Aku melakukan ini karena Chika masih membutuhkanmu, jadi kalau kamu ada apa-apa aku juga yang repot,” ketusnya, sambil melirik ke arahku dari kaca spion. Dia duduk di depan, aku di kursi belakang. aku yang tidak bisa bersikap ketus, selain kepada suamiku sendiri hanya bisa tersenyum.
Perjalanan terasa panjang, tubuhku lelah hari ini. Seseorang menyewa cafe kami untuk acara party melepaskan masa lajang. Aku yang dari tadi menahan kantuk, kali ini memejamkan mata sebentar.
Setttt….
Prita menginjak rem mendadak. Kepalaku sampai terjedot kursi depan. Seseorang menghadang mobil kami. Dia menghentikan motornya tempat di depan mobil Prita.
“Prita, sudah tidak usah ditanggapi,” aku dengan gemetar ketakutan. Orang itu terus menggedor kaca mobil, Prita mencari cara untuk putar balik. Aku mencoba menghubungi Mas Ridwan, takut jika terjadi apa-apa dengan Prita.
Dengan sepeda motornya, orang itu mengejar kami. Mas Ridwan masih tidak mengangkat teleponku. Mobil kami berhenti. Orang itu menodongkan pisau. Prita terlihat juga ketakutan, aku menyuruhnya untuk tidak membuka kaca jendela.
Prita membanting stir menancap gas dengan cepat, mencari jalanan yang ramai agar ada yang menolong kami. Namun baru beberapa menit, kami mendengar ban mobil Prita pecah. Mobil berputar-putar, kehilangan kendali. Aku menarik sabuk pengaman kuat-kuat, mataku masih tertuju ke arah Prita yang berteriak. Namun, beberapa saat kemudian mobil kami terbentur benda keras, dan aku tidak tahu apa itu. Pandangan mataku mulai berkunang-kunang. Di sisa penglihatanku aku mencoba memastikan Prita baik-baik saja. Mobil berhenti, orang itu mencoba membobol kaca jendela dan membuka kunci. Membuka pintu belakang, menatapku cukup lama. Aku melepas sabuk pengaman, berusaha mundur ke sisi lainnya. Orang itu semakin mendekat, dan memasukkan kepalanya kedalam mobil. Kemudian, membuka masker dan helm. Aku terkejut ketika mengetahui itu adalah Reino.
“Ikut denganku! Atau kejadian 1,5 tahun lalu, kembali terjadi!” gertak Reino, menodongkan pisaunya ke arah Prita yang setengah sadar. Aku melihat luka di dahi Prita. Membuatku semakin histeris dan berteriak. Reino lekas membungkam mulutku. Menarik kedua kakiku hingga keluar dari mobil.
“Jika kamu berteriak! Aku akan membunuhnya sekarang juga!” bentak Reino, menatap tajam ke arahku.
Aku mengikuti keinginannya, naik ke motor besarnya. Menggertakku untuk melingkarkan tangannya ke pinggangnya, lalu dia memborgol kedua tanganku. Reino melajukan motornya dengan cepat meninggalkan tempat kejadian.
“Kamu mau membawaku kemana?!” teriakku keras. Kakiku berusaha menendang kakinya dengan kuat. Namun, Reino seakan pura-pura tidak mendengarnya. Dia terus melajukan motornya, mataku berkeliling melihat jalan yang kami lalui. Tapi semuanya gelap, hanya pohon-pohon tinggi di sekitar kanan kiri.
Cukup lama, akhirnya motornya berhenti. Dia melepaskan borgol di tanganku. Menyuruhku untuk turun dari motornya. Aku kemudian mengalihkan pandangannya dan berlari dengan sisa tenagaku yang hampir melemah. Semua hanya gelap, sepertinya Reino membawaku ke hutan.
Reino mengejarku dengan cepat, langkahku ia susul dengan mudah. Dia menangkapku dan memeluk tubuhku kuat-kuat. Aku berteriak sekeras mungkin meminta tolong.
“Apa yang kau lakukan hanya sia-sia?” ucapnya, kemudian melepaskanku. “hanya kita berdua disini,” imbuhnya.
Aku hanya bisa menangis, menendang tubuhnya yang tertidur di tanah dengan kedua kakiku. Namun, dia hanya tersenyum kearahku.
“Aku hanya ingin bersamamu, itu pun sangat sulit,” dia bangkit dan duduk, menarik kedua kakiku.
“Kau gila! Aku sudah istri orang lain!” gertakku, memukul dadanya berulang kali. Air mataku masih tumpah, ketakutan, seluruh tubuhku gemetar melihatnya.
Dia memelukku, menepuk punggungku dengan lembut.
“Sudah, sudah. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk bersamamu,” ucap Reino. Aku mendorong tubuhnya hingga kembali tersungkur ke tanah. Akan tetapi, dia hanya tersenyum dan memelukku kembali.
“Ayo kita jalan! Aku ingin menunjukkan kamu sesuatu,” ucapnya, bangkit dan berdiri, mengulurkan tangan kanannya ke arahku. Aku mendongak, dan menyingkirkan tangannya. Kemudian, dia berjongkok menggendongku. Tenagaku tak cukup untuk memukulnya lagi. Aku masih berteriak meminta tolong, dengan sisa suaraku yang mulai perlahan hilang.
Dia membawaku di sebuah tepi pantai. Kemudian, menurunkan tubuhku ke tanah.
“Apa yang kamu inginkan?!” bentakku, menampar pipi kirinya. Ketika aku menampar untuk kedua kalinya, dia menangkis tanganku. Menggenggam erat tanganku. Kemudian, membalikkan badanku ke arah pantai. Tangannya melingkar di pinggangku dengan kuat.
“Bukankah ini tempat impian kita?” ujarnya lirih, ke telinga kananku.
“Aku tidak menginginkannya sekarang!” ucapku tegas, masih berusaha melepaskan diri.
Hah..
Dia menghela nafas, kemudian kepalanya disandarkan ke pundak kiriku.
“Kau lihat disana!” Reino menunjukkan sebuah Villa di ujung pantai. “aku membelinya untukmu,” imbuhnya.
“Kau harusnya masih di penjara!” gertakku.
“Harusnya, tetapi Abel menginginkan perceraian. Agar aku mau menandatangani surat perceraian dan perjanjian untuk tidak mengusiknya lagi, dia berusaha membebaskanku dua bulan lalu,” jawab Reino. “aku tahu kamu masih mencintaiku,” Reino mencium leher belakangku. Aku menginjak kakinya kuat-kuat.
“Bisakah kita kembali seperti dulu, kamu bisa meninggalkan pria itu. Dengan tangan terbuka aku akan datang,” ucapnya.
“Aku sudah tidak mencintaimu, hubungan kita sudah berakhir!” gertakku.
Reino melepaskan tangannya, membalikkan tubuhku ke arahnya. Menatapku dengan senyum dinginnya.
“Setelah banyak yang kita lalui, aku tidak yakin kamu melupakan aku,” dia menyentuh rambutku. Aku dengan spontan menangkis tangannya. Aku hanya menatapnya dengan penuh kebencian kali ini, air mataku kering dan aku sudah tidak ada tenaga lagi untuk melawan. Aku hanya duduk, menutup mataku dengan kedua tanganku. Berharap ini hanya bagian dari mimpi buruk.
“Malam ini saja, ayo kita berkeliling sembari menunggu matahari terbit” Dia mengulurkan tangannya, aku menolak. Reino berjalan di depanku, aku hanya diam mengikuti langkahnya dari belakang.
Aku tidak bisa menghubungi Mas Ridwan karena tasku tertinggal di dalam mobil Prita. Aku hanya menunggu pagi tiba, berharap ada seseorang yang menemukanku disini.
Reino berbalik, berjalan ke arahku. Menggenggam tanganku dengan erat. Kami menyusuri pantai di dalam kegelapan. Aku merasakan tangannya yang dingin. Raut mukanya terlihat bahagia ketika melihatku. Matanya yang basah, berbinar menatapku. Namun, kebahagiaan yang dia rasakan, membuat hatiku semakin sakit. Aku terus menyebut nama suamiku di dalam hati. Bertahan, agar hatiku tak goyah.
mana main!!!!
tarik atuh!
nanti giliran di tinggal istri baru sesak nafas.
Kau yang lebih terluka.
gak bisa diginiin:(
bunga for you nael
btw bikin Reno mati atuh Thor
Thor...bawa reoni kesini!!
gak bisa gak bisa!
apaan baru baca udah ada yang mati:>