Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Dari pagar Ira melihat kakak perempuanya tengah duduk di teras sambil menggerutu. Dalam hati Tika bertanya - tanya ada apa lagi ini. Biasanya jika sudah seperti ini ada satu yang buruk bakal terjadi.
"Assalamualaikum, kak. Kok duduk di luar." basa basi Ira saat sudah berada di hadapan kakaknya itu. Tiak mengambil tangan kakaknya menciumnya dengan takzim. Semarah - marahnya kakaknya Ira tetap menghormatinya.
"Waalaikumsalam, lama amat sih kamu pulangnya. Banyak nyamuk tau." jawab Mia angkuh.
"Maaf, kakak ada perlu apa kemari?" tanya Ira.
"Kamu ngadu apa sama mas Baskoro? tanya Mia ti the point.
"Ga ada, kak."
"Alah, kamu jujur aja. Kamu ngadu apa?" tanya Mia sekali lagi.
"Beneran aku ga ngadu apa - apa, kak. Ini ada apa Sih?"
"Aku habis di marahi sama mas Baskoro gara - gara rencana aku mau renov rumah ini. Kalau buka kamu yang ngadu sama mas Baskoro siap lagi."
"Beneran aku ga ngomong apa - apa, kak. Mas Baskoro cuma tanya apa betul kakak mau renov rumah ini dan aku jawab iya. Lalu salah aku dimana?"
"Kamu juga bilangkan kalau aku ngusir kamu dari sini?"
"Iya."
"Nah bearti kamu biang kerok keributan aku dengan suamiku."
"Loh kok aku sih, kak. Mas Baskoro sudah tau duluan, dia cuma konfirmasi kebenaranya saja kok."
"Apa pun itu gara - gara aduan kamu suamiku mengancam akan menceraikan aku jika aku bener - bener mau renov rumah ini." ucap Mia dengan geram.
"Ini kenapa lagi sih, tiap ketemu ribut mulu." hardik Haris yang baru masuk karna tadi ada pengurus mesjid yang meminta bantuannya untuk acara besok subuh.
"Mas Haris." wajah Mia seketika berubah lembut dan suaranya juga berubah lunak tidak keras seperti tadi. Setiap bertemu dengan suami adiknya itu Mia sama sekali tidak bisa marah, di sorot matanya masih menyimpan cinta untuk suami adiknya itu.
"Ada apa, dek?" tanya Haris pada istrinya.
"Itu mas, suaminya kak Mia marah padanya karna kak Mia mau renov rumah ini."
"Trus apa hubungannya sama kamu?"
"Tadi siang suami kak Mia telpon aku untuk konfirmasi kebenaran berita yang ia dengar, aku jujur aja jawabnya mas. Trus salah aku di mana? Yang nanya itu suaminya bukan aku yang ngadu." jelas Ira.
"Nah kamu dengar sendiri kan Mia, ngapain kamu nyalahin orang lain. Tanya dulu baik - baik jangan asal nyerocos aja." Haris bosan berurusan dengan Mia, selalu saja mencari gara - gara dengan istrinya. Padahal mereka itu saudara kandung tapi selalu saja ribut.
Beruntung dulu Haris menikahi Ira bukan Mia. Ira itu wanita penyabar dan penuh kasih sayang. Bawaannya lembut dan peduli terhadap sesama. Berbeda dengan Mia sifatnya bertolak belakang dengan adiknya. Apalagi sekarang ia dapat suami kaya, sifat sombongnya makin menjadi - jadi.
Mia yang merasa malu di hadapan Haris memilih pergi. Sebelum pergi sempat berbisik di telinga Ira.
"Ini belum selesai, tunggu saja." tekan Mia.
Ira hanya tersenyum dan tidak menggubris perkataan saudara perempuanya itu. Ia mengajak suaminya masuk ke dalam rumah. Ia harus mempersiapkan makan malam untuk suami dan anak - anaknya.
...****************...
Assalamualaikum kk,terimakasih supportnya dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen dan vote yang banyak biar thor semakin semangat untuk menulis bab selanjutnya 😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik