Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ban11
Setelah dokter memeriksa Alula yang baru saja sadar, kemudian Alula dipindahkan diruang VVIP. Sebab kondisi anak itu belum pulih betul sehingga masih harus dirawat dirumah sakit untuk menstabilkan kondisinya.
Setelah minum obat Alula pun tertidur kembali. Avica masih setia menemaninya sampai-sampai dia melupakan bahwa perutnya belum terisi makanan apapun. Sedangkan Abizar, pria itu izin keluar setelah anaknya tertidur.
Tak berapa lama pintu ruangan dibuka dari luar. Dan muncul lah Abizar sambil menenteng makanan. Avica yang tertidur disamping Alula tidak menyadari kehadiran Abizar.
"Avica." Panggil Abizar sambil mengusap pundak Avica supaya gadis itu terbangun.
Avica yang merasa tubuhnya ada yang menggoyang-goyangkan nya pun mulai mengerjapkan matanya. Setelah kesadarannya kembali ia menoleh kesamping, ternyata disampingnya sudah ada Abizar sedang berdiri sambil membawa sesuatu.
"Ini makan lah dulu. Saya tahu dari tadi pagi kamu belum memakan sesuatu." Ucap Abizar sambil menyerahkan sekotak makanan.
Avica menerimanya, karena ia benar-benar merasa lapar. "Terima kasih tuan untuk makanannya." Jawan Avica "Apakah tuan tidak pergi kekantor?" Tanya Avica kembali.
"Tidak." Jawan Abizar singkat.
"Jika tuan ingin pergi kekantor saya bisa menemani Alula sendirian."
"Tidak. Saat ini Alula lebih penting. Saya sudah mengatakan pada asisten saya jika saya tidak bisa masuk karena anak saya sedang sakit." Jelas Abizar.
"Kalau begitu saya izin untuk makan dulu tuan. Sekali lagi terima kasih untuk makanannya." Pamit Avica. "Apakah tuan sudah makan?" Tanyanya sebelum memakan makanannya.
"Sudah. Kau makanlah."
Avica pun memakan makanan yang diberikan Abizar. Gadis itu seperti orang yang tidak makan tiga hari karena makan nya begitu lahap. Ia tidak merasa gengsi meskipun diruangan tersebut ada pria tampan yang masih jomblo itu. Apalagi duda.
Setelah menyelesaikan acara makan nya, Avica memilih pergi kekamar mandi yang ada diruangan tersebut untuk membersihkan dirinya yang sangat lengket.
Malam harinya setelah Avica menidurkan Alula, Abizar mengajak nya untuk duduk disofa yang ada diruangan itu.
"Avica, bisa kita bicara sebentar." Pinta Abizar.
"Bisa tuan."
"Kita duduk disofa saja, supaya Alula tidak terganggu tidurnya." Ucap Abizar lagi.
"Baiklah." Avica pun mengikuti Abizar yang sedang duduk disofa. "Tuan mau bicara apa?"
"Ini tentang Alula. Tentang keinginannya yang menginginkan dirimu menjadi ibu sambungnya. Apakah jawabanmuu tadi sungguh-sungguh atau hanya untuk menyenangkan putri saya untuk sesaat?" Tanya Abizar sungguh-sungguh.
Avica menundukkan kepalanya karena tidak berani menatap majikannya. "Saya sungguh-sungguh tuan. Saya ingin Alula bahagia meskipun saya harus menikah dengan anda orang yang tidak saya cintai. Mungkin anda juga sama dengan saya yang tidak mencintai saya."
"Kita mamang tidak saling mencintai. Karena ini untuk kebahagiaan putri saya. Tapi saya tidak akan lepas tanggung jawab setelah kita menikah. Saya akan pergi kerumah orang tua mu setelah putri saya sudah sembuh untuk meminta restu dan melamarmu. Setelah itu secepatnya kita akan menikah." Ucap Abizar menjelaskan rencana yang akan dilakukan.
Avica yang mendengarkan penuturan Abizar sedikit terharu. Karena tuannya itu tidak mengajaknya menikah secara diam-diam atau hanya nikah kontrak seperti cerita novel yang sering ia baca. Buktinya Abizar mau mengunjungi orang tua Avica untuk meminta restu.
"Baiklah tuan. Nanti saya akan mengabari orang tua saya ketika tuan akan pergi kesana." Jawab Avica
"Ya. Sekarang kamu istirahat lah. Pasti kamu lelah. Besok saya tidak bisa menemani kamu menjaga putri saya. Karena ada meeting penting yang tidak bisa saya tinggalkan." Ujar Abizar.
"Baik tuan. Serahkan saja Alula dengan saya, saya bisa menjaganya sendiri."
"Terima kasih sudah mau merawat putri saya." Abizar bersyukur karena ada yang begitu peduli dengan putrinya meskipun mereka bukan keluarga.
"Sama-sama tuan. Itu sudah tugas saya. Kalau begitu saya istirahat dulu." Pamit Avica pada Abizar. Abizar pu hanya membalasnya dengan anggukan.