NovelToon NovelToon
Suamiku Seorang Berondong

Suamiku Seorang Berondong

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Elis Hasibuan

'Apa - apaan ini?'

Aira Tanisa terkejut saat melihat lelaki yang baru saja menikahinya.

Lelaki itu adalah salah satu juniornya di kampus! Disaat Aira sudah menginjak semester 7, lelaki itu baru menjadi maba di kampus mereka!

Brian Santoso.

Lelaki yang dulu adalah mahasiswa dengan sikap dinginnya.

Dan sekarang Lelaki dingin itu telah resmi menikahinya!

Aira sangat lemas memikirkan semua ini. Bagaimana ia menghabiskan setiap harinya dengan lelaki berondong yang dingin itu?

Terlebih saat mereka menikah karena dijodohkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

"Ini adalah Ari yang akan menjadi sekretaris Pak Brian di kantor ini."

Arsen selaku General Manager di perusahaan Santoso memperkenalkan Ari yang berdiri tepat di sebelahnya. Ia membawa Ari menuju ruangan CEO atas perintah sang direktur.

"Tapi saya ingin bertanya sekali lagi soal ini Pak." Arsen menatap sang atasannya dengan ragu.

"Benarkah Bapak memang menginginkan sekretaris seorang laki-laki?" Ia sedikit heran dengan keinginan CEO-nya yang menginginkan sekretaris laki-laki.

"Karena biasanya perempuan lah yang menjadi sekretaris untuk menghandle pekerjaan para CEO." Ia juga menyampaikan pemikirannya.

Mendapati pertanyaan dan penjelasan dari Arsen membuat Brian yang duduk di bangkunya menghela nafas. Ia memandangi lelaki itu dengan sorot tajam dan raut wajah yang dingin.

Lelaki ini adalah lelaki yang tertarik kepada istrinya. Dan Brian sebenarnya kesal karena melihat Arsen yang berbicara terlalu banyak. Ia sungguh tidak menyukai itu.

"Apakah ada masalah dengan pemilihan ku yang menginginkan sekretaris laki-laki?" Brian balik bertanya kepada Arsen.

'Sebenarnya tidak ada masalah Pak. Tapi tentu saja akan membuat kita merasa heran karena Bapak memilih sekretaris laki-laki." Arsen kembali bersuara.

"Aku tidak ingin direpotkan oleh para wanita dan sikap mereka yang mencoba merayuku, dan menyalahgunakan posisi mereka sebagai sekretarisku." Brian menatap Arsen tepat di kedua matanya.

"Apakah ada masalah dengan itu?' Ia kembali bersuara dengan sorot wajah yang begitu tegas.

"Tidak ada masalah Pak." Arsen mengangguk kaku mendengar ucapan CEO-nya yang sedikit mengintimidasi.

Namun arsen dan Ari yang berada di ruangan itu juga mengerti dan maklum dengan keinginan CEO mereka. Tidak jarang para sekretaris wanita yang bekerja,akan mencoba menarik perhatian seorang CEO untuk menjadi kekasih mereka. Terlebih jika CEO mereka tampan dan juga masih single.

"Kalau begitu saya permisi dulu Pak." Arsen kembali bersuara karena merasa tidak ada lagi yang ingin ia bicarakan.

Ia pamit kepada Brian dan bergerak keluar dari ruangan. Langkah lelaki itu berhenti saat mendengar seruan Brian.

"Pak Arsen." Brian meletakkan pulpen yang sedang ia pegang saat memeriksa sebuah berkas.

"Tolong manajer dari bagian marketing perintahkan ke ruanganku. Karena aku ingin memeriksa beberapa laporan soal marketing yang sudah dijalankan oleh perusahaan ini selama beberapa tahun ini."

Ucapan dari Brian membuat Arsen mengangguk.

"Baiklah Pak. Saya akan segera meminta manajer bagian marketing untuk menghadap ke ruangan ini."

Usai berkata seperti itu, Arsen keluar dari ruangan Brian dan menutup pintu. Sedangkan Brian menghela nafas sedikit merasa lega melihat Arsen yang sudah keluar dari ruangannya.

"Kalau begitu saya akan kembali kemeja saya Pak." Ari yang masih berada di ruangan Brian bersuara.

"Baiklah. Kamu harus segera mempelajari apa saja yang mesti kamu kerjakan."

Ucapan dari Brian membuat Ari mengangguk. Ia juga berbalik dan keluar dari ruangan Brian.

Untuk hari ini Brian memiliki pekerjaan yang cukup sibuk. Sejak pagi, ia sudah mempunyai seorang sekretaris wanita. Tapi ia meminta wanita itu di ganti, karena melihat senyuman wanita itu yang berniat merayunya. Brian sangat tidak suka hal seperti itu. Karena itulah ia meminta sekretaris lelaki untuk membersamainya.

Ia kembali memeriksa berkas yang berada di hadapannya dan larut dengan kegiatannya itu, sebelum ketukan di pintunya menyadarkan Brian.

'Tok!'

'Tok!'

Tok!'

Brian mengangkat wajah dari berkas yang ia periksa dan menjawab ketukan itu.

"Masuk!"

Usai berkata seperti itu pintu Brian seketika terbuka. Dan menampilkan Aira yang memasuki ruangan ini dengan membawa beberapa berkas di tangannya.

"Selamat siang pak Brian." Aira bersuara dan sedikit menunduk menyapa Brian.

"Tutup pintunya." Brian memerintahkan Aira menutup pintu ruangannya.

Aira yang mendengar ucapan Brian langsung berbalik dan menutup pintu itu. Ia melangkah mendekati meja Brian dan meletakkan berkas-berkas yang diinginkan oleh lelaki itu.

Saat Aira sedang sibuk di ruangannya dan bekerja. Arsen memerintahkannya menghadap ke ruangan CEO dengan membawa berkas-berkas marketing, membuat Aira bergerak dengan cepat. Karena itulah ia berada di sini dengan beberapa kertas yang telah Ia bawa.

"Pak Brian menginginkan berkas-berkas ini bukan?" Aira menunjukkan berkas yang ia bawa.

"Iya. Aku bisa mempelajari itu nanti." Brian mengangguk kecil melihat Aira yang menunjuk berkas yang ia bawa.

"Baiklah kalau begitu, saya akan kembali bekerja ke ruangan saya." Aira mencoba bersuara dan berbalik.

Hari ini ia memiliki pekerjaan yang cukup banyak dan ia ingin menyelesaikan itu sebelum pulang dari kantor nantinya.

"Apakah kamu tidak mempedulikan makan siang suamimu Ai?" Brian yang telah menyandarkan tubuhnya bersuara dan memandangi Aira yang telah berbalik.

Sontak saja ucapan Brian membuat Aira kembali berbalik. Ia mengerutkan kening memandangi Brian yang bersandar dan menatapnya cukup tajam.

"Apa maksudmu berkata begitu?"  Aira jelas merasa bingung.

"Bahkan saat ini sudah jam 02.00 lewat. Jam makan siang telah lama berlalu. Tapi kamu tidak memperdulikan suamimu sudah makan siang atau belum." Brian kembali bersuara dan tersenyum miring melihat Aira yang kebingungan.

"Jadi maksudmu kamu belum makan?!" Seketika Aira berseru karena kalimat yang penuh dengan sindiran itu.

"Bagaimana aku bisa makan, jika istriku sendiri tidak mengingatkan aku untuk makan siang?" Brayan balik bertanya kepada wanita itu.

Aira menghela nafas melihat Brian yang sedikit kekanakan.

"Jika aku tidak datang kemari dan mengantarkanmu makan siang. Seharusnya kamu bisa memesan makan siangmu sendiri Brian." Ia mencoba bersabar berbicara kepada lelaki itu.

"Kamu bukan anak kecil lagi. Memesan makanan adalah hal yang mudah bagimu." Ia juga kembali mengingatkan.

"Untuk apa aku melakukan itu semua, jika aku memiliki Istriku yang bisa mengurus makananku?" Tidak mau mengalah terhadap Aira yang menjawab perkataannya. Brian menatap wanita itu semakin tajam.

"Ayolah Brian. Ini di perusahaan." Aira melihat Brian yang keras kepala.

"Jadi jika di perusahaan, kamu bisa mengabaikan makanan suamimu begitu?" Sebelah alis Brian terangkat lebih tinggi melihat Aira yang berdecak kepadanya.

"Jangan bersikap kekanakan seperti itu Bri!" Aira akhirnya mulai kesal dengan sikap Brian yang menurutnya terlalu kekanakan.

"Hanya karena aku ingin makan siangku dibawakan sendiri oleh istriku. Aku kekanakan begitu?" Brian menegakkan tubuhnya dan menatap Aira dengan geram.

Melihat Brian yang semakin kesal. Aira memilih mengeluarkan ponsel dari pakaiannya. Memesan sebuah makanan dari sebuah restoran yang selalu menjadi langganannya, jika ia memesan makanan dari luar.

Ia tidak ingin jika lelaki itu menahan rasa lapar, hanya karena pekerjaan dan merasa tidak diperhatikan.

'Seperti Inikah rasanya jika memiliki suami berondong, yang usianya jauh lebih muda?' Aira menekan sedikit pelipisnya agar tidak merasa semakin pusing.

"Aku sudah memesankan makan siang untukmu, jadi kamu harus makan setelah makanan itu tiba." Aira memperingatkan dengan tajam. Ia tidak ingin jika Brian bersikap lebih kekanakan lagi.

"Apakah kamu tidak ingin menemaniku makan siang di sini?" Ucapan dari Brian membuat Aira memejamkan mata

"Brian, jika aku terlalu lama di ruanganmu. Maka para pegawai yang berada di ruanganku akan bertanya-tanya kenapa aku bisa terlalu lama berada di ruangan CEO." dengan penuh kesabaran ia kembali menjelaskan kepada Brian.

"Apa kamu mau aku menjadi bahan gosip hari ini?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh Aira membuat Brian kembali mengalah.

Mungkin saat ini ia akan diam dan melepaskan Aira pergi.

"Baiklah aku akan makan siang sendiri kali ini. Tapi mulai besok kamu harus mengurus makan siangku setiap hari."

Ucapan dari Brian membuat Aira melotot tajam. Tapi ia juga tidak menolak perkataan lelaki itu. Menurutnya itu tidak membuat ia kerepotan jika hanya harus membawakan Brian makan siang.

"Baiklah aku akan mengurus makan siangmu mulai besok."

Sebuah senyuman simpul terbit di mulut Brian mendengar ucapan Aira.

.......................

1
partini
ada batas waktu nya loh suami istri kalau nafkah lahir dan batin salah satu tidak di penuhi
partini
banyak brondong yg dewasa ko,kamu aja yg terlalu lah mentang ga ada cinta di jodohkan tapi sok gayan behhhh
partini
aihhh aneh ga optimis smaa pernikahan di grepek grepek mau
partini
ko bisa ilang ,itu tanda berhari hari loh baru ilang pakai apa ngilangin nya
nabila Nisa
Plot yang rumit, tapi tetap mudah diikuti.
Getoutofmyway
Seru banget thor, penasaran sama kelanjutannya!
SimplyTheBest
Wah thor, chapter sebelumnya seru banget, terus jangan berhenti disini dong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!