kehampaan dan kesempurnaan, ada seorang siswa SMP yang hidup dengan perlahan menuju masa depan yang tidak diketahui,"hm, dunia lain?hahaha , Hmm bagaimana kalau membangun sebuah organisasi sendiri, sepertinya menarik, namanya... TCG?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mult Azham, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AWAL ERA 2
Di Ruang Rapat
Azam masuk dan duduk di kursi yang memang disediakan khusus untuknya. Semua mata tertuju padanya.
Wajahnya masih tampak mulus, seolah waktu tak berpengaruh padanya. Wibawa seorang pemimpin begitu melekat. Setiap kata yang ia ucapkan terdengar seperti titah mutlak—bermakna dalam dan sulit disanggah.
Mereka mendengarkan dengan seksama.
Berjam-jam berlalu.
"Apa kalian mengerti?" Suara Azam tenang, tapi mengandung ketegasan.
"Kami mengerti!" Jawaban serempak menggema.
Azam lalu memperkenalkan beberapa Mantan Wakil dan menunjuk mereka sebagai Kabinet Luar Negeri. Ia juga memastikan dirinya yang akan langsung menangani permasalahan di Eropa dan Amerika.
"Kita berangkat besok," lanjutnya. "Kita akan membawa anggota TCG melalui jalur darat dan laut."
Salah satu Guardian angkat bicara. "Bukankah pergerakan kita bisa terdeteksi?"
Azam tersenyum tipis. "Tenang saja. Aku sudah mengatur semuanya dengan para pejabat dalam negeri. Mereka setuju untuk menutupi pergerakan kita—bahkan menyiapkan kapal untuk kita."
Suasana ruangan seketika berubah. Wajah para petinggi TCG mencerminkan satu pemikiran yang sama: Tentu saja pejabat setuju. Mereka tidak punya pilihan lain. Yang membuat mereka bertanya-tanya adalah—sejak kapan Abah merencanakan semua ini?
Azam melanjutkan, "Kumpulkan pengikut kalian masing-masing. Minimal 500 orang, maksimal 2.000 orang."
Lalu, ia menambahkan, "Sedangkan Abah sendiri akan membawa 20.000 pasukan khusus."
Pasukan khusus—unit elit yang hanya bisa digerakkan atas perintah langsung pemimpin. Mereka ditempa di bawah kondisi ekstrem, memiliki kemampuan yang melampaui militer biasa.
Salah satu Guardian mengangkat alis. "Jadi kita akan mengerahkan 50.000 pasukan? Dalam negeri mungkin aman, tapi bagaimana dengan luar negeri? Pemerintah setempat pasti akan memperhatikan pergerakan kita."
Azam menatapnya dengan tenang. "Masalah itu biar Abah yang urus. Kita juga tidak akan mengirimkan 50.000 orang sekaligus. Pergerakan kita akan terbagi—satu tim menuju Eropa, kecuali Rusia, dan satu lagi ke Amerika. Operasi ini akan berlangsung selama satu bulan. Dalam waktu itu, kita akan mengumpulkan informasi dan menilai apakah perlu menambah pasukan."
Rapat berlangsung hingga sore, menandai dimulainya operasi TCG.
Dua bulan berlalu.
Beban keuangan meningkat tajam.
Jumlah pasukan TCG di luar negeri kini melampaui 110.000 orang, berbaur dengan masyarakat setempat.
Amerika → 78.000 pasukan telah ditempatkan.
Eropa (di luar Rusia) → 50.000 anggota tersebar di beberapa negara.
...****************...
Gubuk Kumuh di Amerika
Seorang pria bertubuh besar duduk dengan santai, satu kaki bertumpu di atas lututnya.
DUAGH! DUAGH! DUAGH!
Di depan, seorang pria sekarat terbatuk darah di lantai, sementara orang yang memukulnya berdiri di sampingnya.
"Aku… benar-benar tidak tahu…" Suara parau keluar di antara rasa sakitnya.
Pria besar itu berdiri. Dengan tangan kekarnya, ia mencengkeram kerah korban dan mengangkatnya dengan mudah.
"Kau pasti tahu sesuatu," suaranya berat, dingin.
Pria sekarat itu gemetar. "Aku… benar-benar… tidak tahu…"
Si pria besar mengangkat tinjunya. Tangan raksasa itu bisa saja membunuhnya dengan sekali pukulan. Namun, sebelum ia sempat menghantam—
"Bos!"
Seorang anak buah datang tergesa-gesa.
"Ada apa?" tanyanya, tanpa menurunkan pria yang masih dicekiknya.
"Ada penyusup… Mereka bilang mereka dari TCG!"
Tatapan pria besar itu berubah tajam. "TCG? Mereka berani kembali setelah aku menolak mereka bulan lalu? Sepertinya mereka meremehkanku."
Orion Teji.
Anak dari Bos salah satu perusahaan terkenal, sekaligus seorang yang mengatasnamakan TCG untuk berbuat onar. Namun, ia tidak pernah mengakui Azam sebagai pemimpin TCG.
................
Orion berjalan santai keluar dari markasnya.
Namun, apa yang dilihatnya membuat langkahnya terhenti.
Semua anak buahnya terkapar tak berdaya.
Namun, bukan itu yang membuatnya terkejut.
Di antara tubuh-tubuh besar yang bersimbah darah, berdiri seorang pria dengan pakaian rapi, memakai topi yang sedikit miring.
Wajahnya begitu bersih, tampak sempurna. Matanya jernih, ekspresinya tenang. Tidak terlalu kurus, tidak terlalu besar. Tidak terlihat lemah, juga tidak terlihat kuat.
Orion menyeringai. "Menarik."
Di belakang Orion, beberapa anak buahnya masih berdiri, menunggu perintah. Ia mulai melangkah maju.
Dua pria kekar dengan kulit sawo matang segera menghalanginya.
Namun, pria berpenampilan rapi itu hanya melambaikan tangan dengan santai.
Itu adalah kode untuk membuka jalan.
Kedua pria itu patuh, membiarkan Orion mendekat.
Kini, Orion berdiri tepat di hadapan pria itu, badan Orion Lebih tinggi, Lebih besar dan terlihat lebih kuat.
Dengan suara meremehkan, ia bertanya, "Jadi, kamu yang mengaku sebagai anggota TCG?"
...****************...
Hari Keberangkatan Azam sebelum menjumpai Orion
Yorde berdiri diam, wajahnya menegang.
"Abah yakin ingin pergi?"
Azam hanya tersenyum tipis sambil mengancingkan jasnya.
"Dengan kondisi Abah saat ini. Bagaimana jika penyakit Abah kambuh saat di luar negeri?"
Yorde bukan satu-satunya yang khawatir. Para Guardian dan Tetua pun mempertanyakan keputusan ini. Terutama Wakil, yang merasa berat hati harus tinggal di dalam negeri untuk menjaga stabilitas TCG.
Namun, keputusan Azam sudah bulat.
Dua Guardian yang terpilih menemani, bersama pasukan yang telah dipersiapkan. Mereka berangkat dengan pesawat, meninggalkan tanah air.
...****************...
Sesampainya di Amerika, semua sudah diatur.
Azam sudah membeli rumah. Tidak besar, tapi cukup nyaman untuk dijadikan tempat singgah. Sedangkan Yorde, para Guardian, dan beberapa Tetua memiliki tempat tinggal masing-masing yang telah mereka pesan sebelumnya.
Keesokan harinya, Azam menjalani rutinitasnya seperti biasa sebelum menemui Orion. Salah satu kegiatannya adalah push-up. Setelah itu, ia mengumpulkan 400 pasukannya. Tujuan mereka jelas—markas Orion Teji.
Agar tidak menarik perhatian, mereka berangkat secara terpisah dalam kelompok kecil, Azam pergi dengan mobil sedangkan yang lain pergi dengan truck pengangkut barang, ada juga yang memakai motor.
...****************...
Hutan Sebelum Markas Orion
Sesudah sampai, Azam menunggu sampai semua anggota datang, dan pergi memasuki hutan dengan pasukannya
Kicauan burung terdengar di antara pepohonan yang rimbun. Matahari menyelinap di sela dedaunan, menciptakan bayangan bergerak di tanah lembab.
Azam berdiri di barisan depan.
Ia mengangkat tangannya.
Sebuah kode.
Pasukan segera bergerak. 30 orang tetap di belakangnya, sementara sisanya menyebar. Ada yang bersembunyi di balik semak-semak, ada yang memanjat pohon, semuanya sudah dalam posisi siap tempur.
Perlengkapan dan Senjata yang lengkap—senapan serbu, sniper, pelindung anti-peluru, bahkan beberapa granat.
Sedangkan Azam dan 30 pasukan yang bersamanya hanya membawa pistol dan pelindung anti peluru di balik pakaian.
Di pinggangnya, dua pistol kembar terselip rapi di saku kiri dan kanan.
Multazar.
Pistol berwarna hitam dan putih, desainnya yang unik, dengan laras sedikit lebih panjang. Di sekeliling bodinya, terdapat ukiran motif daun emas. Senjatanya bukan sekadar hiasan—peluru kaliber 10mm dengan kapasitas 15 peluru per magazen.
Azam melangkah ke depan.
Di antara pepohonan, sosok-sosok mulai terlihat.
Orang-orang Orion.
Salah satu dari mereka, berbadan besar dengan tato di lengan, melangkah maju.
"Who the hell are you?" suaranya kasar. "This area is off-limits."
Seorang lagi keluar dari balik pohon, lalu yang lain menyusul. Dalam hitungan detik, lebih dari 30 orang berdiri menghadang, mengisi jalan setapak hingga ke belakang.
Azam tetap tenang.
Ia mengangkat tangannya, menggambar pola garis horizontal di udara.
Pasukan TCG maju ke depan, memasang kuda-kuda.
Ketegangan memuncak.
Azam berkata singkat, "Mulai."
Sebuah tinju melayang, menghantam wajah pria di barisan depan tanpa peringatan.
DUAGH!
Orang itu terlempar ke belakang.
Pertarungan pecah.
................
Orion berdiri di depan Azam, tubuhnya menjulang tinggi, penuh percaya diri.
Azam hanya tersenyum.
"Hello, my name is Azam."
Orion mengerutkan dahi. "Azam? Apa kau pemimpin TCG?" tanyanya dengan sedikit keterkejutan, tentu saja dia menggunakan bahasa inggris.
Azam mengangguk pelan.
Hutan itu terasa lebih sunyi dari biasanya.
Udara dingin menggigit, angin bertiup pelan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang mulai membusuk. Burung-burung yang tadi berkicau mendadak diam.
Di tengah lingkaran pepohonan yang menjulang tinggi, Azam dan Orion saling berhadapan.
Orion menyeringai, sikapnya penuh percaya diri.
"Jadi, Bos TCG akhirnya datang sendiri." Ia melangkah maju dengan santai, kepalanya sedikit miring, suaranya penuh ejekan. "Kau juga ingin merekrut kami? Jangan buang waktumu. Kami tidak akan tunduk dengan orang lemah seperti kalian."
Azam tidak langsung menjawab.
Tatapannya tetap dingin, kosong, dan tanpa ekspresi.
Lalu, dengan suara pelan—namun terasa seperti pisau yang menusuk di tengah heningnya hutan—ia Berkata,
"Aku tidak menawarkan pilihan."
Orion berkedip. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ia tidak tahu kenapa, tapi tubuhnya terasa lebih dingin.
Azam melangkah maju. Setiap langkahnya seperti menambah beban di udara, menekan siapa pun yang berdiri di hadapannya.
"Aku hanya memutuskan…"
Ia berhenti sejenak. Diamnya lebih tajam dari pisau. Suasana menjadi semakin sesak.
"Siapa yang tetap hidup, dan siapa yang tidak."
Tiba-tiba, leher Orion terasa dicekik meskipun tak ada satu pun tangan yang menyentuhnya.
Matanya bertemu dengan tatapan Azam.
Namun, rasa terancam itu berubah menjadi kemarahan.
Orion mengangkat kepalan tangannya. "Kau pikir kau siapa—"
GUBRAK!
Tinju Azam melayang begitu cepat hingga Orion bahkan tak sempat beraksi.
Tubuhnya terhuyung, lalu jatuh dengan wajah menghantam tanah. Semua orang menahan napas. Orion, si raksasa, kini tergeletak dengan pipi berdenyut nyeri.
Wajahnya merah padam. Malu. Marah.
"Beraninya meremehkan aku! Keluarkan senjata kalian!"
Teriakan Orion menggema, memecah keheningan yang menekan.
Namun, sebelum anak buahnya sempat bereaksi—
CRACK! CRACK! CRACK! DOR!
Suara tembakan tajam terdengar dari kejauhan.
beberapa anak buah Orion ambruk seketika, Darah menyembur dari kepala mereka.
BRRRRT!
Tiba-tiba, rentetan tembakan senapan serbu bergema. Dari dalam hutan, pasukan TCG yang tersembunyi mulai bergerak, menembaki pasukan Orion yang panik.
Salah satu orang Orion mengarahkan pistol ke Azam.
Namun sebelum pelatuknya sempat ditarik—
DOR! Seketika, peluru menembus tengkoraknya. CRACK! Suara tulang retak terdengar samar sebelum tubuhnya limbung dan ambruk ke tanah
Orion, yang masih di tanah, menggertakkan giginya. Dia tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Namun, bukannya panik, dia justru menyeringai. "Heh, kau pikir bisa lolos? Orang-orangku akan datang dengan lebih banyak senjata! Kau sudah tamat, Azam!"
Azam hanya menatapnya dengan ekspresi datar.
"Benarkah?"
Orion terkesiap.
"Mana mereka?"
BRRRT! BDOOM! BDOOM! BDOOM!
Suara bom dan tembakan bergema dari kejauhan.
Orion menoleh ke kanan—tidak ada siapa-siapa. Ke kiri—juga kosong.
Tidak ada bala bantuan.
Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa seperti burung dalam sangkar yang terkunci rapat—tidak berdaya.
Azam mengangkat tangannya, memberikan kode sederhana—sebuah garis vertikal di udara.
Salah satu anggota TCG melangkah maju.
Orion merangkak mundur dengan tangan gemetar, "A-Apa yang kalian lakukan? K-Kalian tau siapa aku? Kalian b-bakal menyesal!"
DUAGH!
Satu pukulan mendarat di rahangnya.
Orion terkapar. Pingsan.
Azam menghela napas pelan, menatap tubuh besar itu dengan ekspresi kecewa.
Dia mengira Orion akan memberikan lebih banyak perlawanan.
Namun ternyata, kesombongannya sendiri yang menjatuhkannya.
Seluruh pasukannya, 10.000 orang yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun, tumbang hanya dalam waktu beberapa jam oleh 400 pasukan TCG.
Bagi yang menyerah ,pilihan pun diberikan.
Keluar dari TCG, atau tetap tinggal dengan tunduk pada struktur utama.
Sebagian memilih tetap berada di TCG.
...****************...
Tempat itu gelap.
Cahaya samar dari lampu gantung redup menerangi ruangan sempit dan lembap. Bau darah bercampur keringat memenuhi udara.
Di tengah ruangan, dengan dua pasukan TCG di sampingnya, Orion terkulai setelah menerima pukulan demi pukulan.
Tubuhnya gemetar. Ia merunduk, seperti bersujud, dengan tangan menekan perut. Darah mengalir dari hidung dan mulutnya, menetes ke lantai.
"Khokh! Hhhaaak—"
Ia terbatuk keras, bercampur darah. Suaranya serak, lemah.
"Aku benar-benar tidak tahu… Dia hanya menawarkan aku untuk masuk TCG… dan membiarkan aku menggunakan nama ini sebagai pembuat onar."
Nada suaranya nyaris tak terdengar.
Kepalanya masih menunduk, tangannya mencengkeram perutnya.
"Aku bahkan baru tahu pemimpin asli TCG adalah kau… saat pertama kali anak buahmu menemuiku…"
Kata-katanya menggantung. Napasnya tersengal sebelum akhirnya tubuhnya lunglai. Ia tertidur—atau pingsan.
Azam tetap berdiri diam, tatapannya tajam.
Amarahnya belum reda.
Orion hanyalah bidak. Di balik semua ini, ada sosok lain—seseorang yang berani menggunakan nama keluarganya tanpa izin.
...****************...
Keesokan harinya, Azam melangkah keluar untuk menghirup udara segar setelah kejadian kemarin. Udara pagi terasa dingin, namun pikirannya masih dipenuhi hal-hal yang belum terselesaikan.
lalu sesuatu tertangkap di sudut matanya.
Gerakan halus.
Ia menoleh cepat.
Di kegelapan, seseorang sedang merekamnya.