‼️Harap bijak dalam memilih bacaan‼️
CEO tampan dan dingin itu ternyata seorang psikopat kejam yang telah banyak menghabisi orang-orang, pria itu bernama Leo Maximillian
Leo menjadikan seorang wanita sebagai tawanannya, wanita itu dia jadikan sebagai pemuas nafsu liarnya.
Bagaimana nasib sang wanita di tangan pria psikopat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 36 : Kenapa Harus Dihabisi?
...Bab 35 : Dijual Ke Hidung Belang ...
...Baca di Wattpad ya...
...•••Selamat Membaca•••...
Rasa lelah hari ini membuat Leo jenuh, dia segera pulang dan mencari Maureen, saat pintu dibuka, Leo langsung mencium bibir istrinya dan memeluk Maureen.
“Maureen, aku lelah,” lirih Leo di telinga istrinya.
“Aku siapin air panas ya, nanti aku bikin minuman segar buat kamu.” Leo mengangguk, mereka ke dalam kamar, Maureen menyiapkan air hangat untuk suaminya dan menyuruh Leo mandi.
“Mandi bareng yuk, aku kangen kamu,” ajak Leo.
“Oke.”
Mereka berdua melepaskan pakaian satu sama lain, Leo menciumi seluruh wajah Maureen, mulai dari kening, kedua mata, pipi, hidung, dagu dan bibir Maureen. Leo memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Maureen, membelit lidah itu dan memberikan gerakan sensasional.
Maureen mengalungkan lengannya di leher Leo, dengan perlahan, Leo membuka pakaian yang dikenakan oleh Maureen hingga bagian atas Maureen tidak lagi mengenakan apapun.
Ciuman Leo menjalar terus ke leher Maureen, membenamkan wajahnya serta menghirup dengan rakus aroma tubuh istrinya.
Mereka berdua memasuki bathub lalu berendam di dalam sana sambil berbincang ringan, Leo mengusap lembut perut Maureen yang mana saat ini ada anaknya.
“Jaga kesehatan ya, aku akan selalu menjaga kalian semampuku.” Maureen menyandarkan kepalanya ke dada bidang Leo.
“Iya, kamu juga, nggak cuma aku.”
“Iya sayang.”
Leo mengecup pundak telanjang Maureen, memberikan sensasi menggoda. Tangan Leo kini tak berada di perut Maureen lagi, melainkan di kedua buah dada ranum itu, memberikan pijatan lembut yang membangkitkan gairah.
Jika ini yang bisa mengobati lelah suaminya, tentu Maureen tidak akan menolak.
Leo semakin liar menciumi Maureen, kali ini libido mereka berdua telah tumbuh, desahan lembut dari bibir Maureen semakin membuat Leo bersemangat.
“Aaahh,,sshh.”
Leo tak mengambil banyak waktu, dia meminta istrinya itu untuk duduk di pangkuannya dengan batang keras Leo menusuk masuk ke dalam liang hangat Maureen.
Dengan perlahan, Maureen bergerak dengan tangan yang memegang kedua sisi bathub. Gerakan Maureen sedikit cepat lalu ditahan oleh Leo.
“Jangan cepat-cepat begini, kamu lagi hamil, Maureen.” Leo kini memutar posisi, dia berada di depan Maureen dan menahan pinggul istrinya, menghentakkan miliknya sedalam mungkin, Maureen menerima rangsangan di G-Spot yang tersentuh oleh kemaluan Leo.
Leo terus memeluk istrinya sambil memberikan dorongan nikmat di bawah sana, mereka keluar dari bathub lalu melakukan sambil berdiri, Leo menahan Maureen agar tidak jatuh karena lantai yang basah.
“Ahhhh...sshhh....aahhh.” Desahan mereka menggema di dalam kamar mandi tersebut.
Leo mempercepat gerakannya lalu menyemburkan lahar hangat itu ke dalam rahim Maureen dan memeluk erat istrinya.
“Terima kasih ya sayang, dalam keadaan begini, aku merasa begitu butuh kamu, kamu benar-benar membuat aku tenang.”
“Itu gunanya pasangan bukan, sekarang kita mandi, aku akan masak makan malam kita.”
“Nggak usah, kita makan di luar aja nanti.”
“Tapi kamu lagi capek.”
“Capekku udah hilang.” Mereka berdua kini terkekeh.
...***...
Leo sibuk dengan pekerjaannya, sedari tadi Leo mengabaikan Maureen.
“Masih banyak ya kerjaan kamu?” tanya Maureen sambil menjejalkan keripik ke dalam mulutnya.
“Sedikit lagi sayang, bentar lagi.”
“Oke.”
Maureen kembali fokus pada ponselnya, dia merasa jenuh dan bosan lalu mengambil ponsel milik Leo. Hampir satu jam dia bekerja dan akhirnya selesai, Leo menggeliatkan tubuhnya yang terasa begitu kaku.
Leo menoleh pada Maureen yang sedang asik memainkan ponselnya.
“Ngapain sih yang?” tanya Leo sambil membaringkan tubuhnya di samping Maureen.
“Main game.” Leo melihat layar ponsel itu dan kaget.
“Game baru lagi?”
“Iya, gamenya seru.”
“Udah banyak aja isi hp-ku sama game kamu, mana isinya masak-masak sama salon-salon lagi.”
“Ya biarin aja, jangan dihapus ya.”
“Kan kamu bisa download pake hp kamu sendiri.”
“Aku nyamannya pake hp ini.”
“Ya udah, kalo gitu kita tukeran.”
“Nggak mau juga, aku maunya pake hp kamu.”
“Terserah kamu aja deh.”
Maureen menaruh ponsel tersebut lalu tiduran di atas tubuh Leo yang saat ini sedang tengkurap. Pipinya menempel di pipi Leo dengan tangan yang memegang bahu Leo.
“Aku menginginkanmu Maureen.”
“Bisa nggak sih, kalo aku begini, pikiran kamu jangan urusan ranjang terus.”
“Nggak bisa, aku ingin kamu se-ka-rang.” Leo langsung membalikkan posisi dengan menindih Maureen, tentunya dia menjaga agar perut Maureen tidak terganggu.
“Jangan iseng, tadi udah, aku tau kalo sekarang kamu itu lelah. Sekarang coba bilang sama aku, kamu itu kenapa dan apa yang terjadi hari ini?” tanya Maureen sambil menangkup wajah suaminya.
“Tadi aku disamperin Axelo, dia bilang mama sakit dan memintaku untuk ke Meksiko, aku masih ragu untuk pergi,” jawab Leo seraya memeluk istrinya itu.
“Kalo dalam waktu dekat ini, aku nggak bisa nemenin kamu, aku ada ujian.”
“Ya karna itu aku bingung sayang, Axelo di sini juga hanya 2 hari saja, dia berharap aku akan pergi bersamanya dua hari lagi.”
“Ya sudah, kamu pergi aja, kan cuma sebentar, aku bisa kok jaga diri.”
“Aku nggak akan pernah ninggalin kamu, apapun itu.”
“Terus mama kamu gimana?”
“Biarin aja, toh selama ini aku nggak pernah berharga buat dia.”
“Kok kamu ngomongnya gitu sih.”
“Aku ini dua bersaudara, pertama Axelo dan kedua aku, kami sedari kecil selalu mendapat kekerasan dari daddy, baik fisik maupun mental. Disaat kami membutuhkan perlindungan dari mama, dia selalu menghindar dan lebih mementingkan keselamatannya sendiri dari amukan daddy,” terang Leo.
“Aku membencinya Maureen, itu kenapa aku selalu bercita-cita ingin membangun rumah tangga sendiri yang lebih bahagia ketimbang keluargaku dulu.” Maureen memeluk erat suaminya, dia mengerti karena dia pernah berada di posisi Leo.
“Ternyata kita senasib ya, walaupun yang sering siksa aku bukan papa kandung.”
“Herry itu sering nyiksa kamu?”
“Sering, dia bahkan nggak segan buat lecehin aku, berharap ibu akan melindungi, justru dia mendukung perbuatan bejat suaminya dan aku yang jadi korban.”
“Untung mereka aku bunuh, kalau enggak, pasti bakalan jadi bumerang dalam hidup kita.” Maureen kaget, dia langsung duduk dan menatap Leo.
“Kamu bunuh siapa?” Leo ikutan duduk dia mengatakan pada Maureen bahwa dia sudah menghabisi nyawa kedua orang tua Maureen.
“Kenapa kamu bunuh ibu aku juga Leo?” mata Maureen memerah, air matanya mulai turun.
“Aku membenci orang-orang yang sudah menyakiti kamu Maureen, asal kamu tau, ibumu itu bahkan membantu Herry untuk menculik kamu dan akan menjualmu.”
“Kan masih bisa dengan cara lain, kenapa harus kamu bunuh sih?”
“Untuk menyelesaikan masalah dengan orang-orang begitu, ya harus mematikan mereka, kalau mereka masih hidup, pasti bakalan ganggu kamu.”
...•••BERSAMBUNG•••...
campur aduk, semua jadi satu 🥺🥺🥺
Kok malah adu mekanik mereka,,,,, panik kan kamu Leo... udah tau istrinya ounya trauma di masa lalu... malah dikasarin, keterlaluan inj si leo anjjj
leooo. kau bodoh sekali/Sob//Sob/