To heal & to grow
Remember,
when you forgive, you heal.
And when you let go,
you grow.
-unknown
Aku membaca tulisan di dinding ruang tunggu, yah aku juga tau teorinya namun kenyataan tak semudah teori, ucap Alena dalam hati.
Aku Alena, ini kisah percintaanku, dimana aku seorang pengecut yang merasa rendah diri, setiap ujian datang menghampiriku maka aku akan memilih untuk pergi, merasa menghindari masalah adalah jawaban yang tepat. Lagipula menjalani cinta dan jatuh cinta adalah 2 hal yang berbeda. Kamu bisa jatuh cinta tanpa perlu memikirkan latar belakang dan konsekuensi yang datang bersamanya. Sedangkan menjalani cinta berarti perjalanan panjang yang penuh dengan pertanyaan dan keputusan disetiap ujiannya.
"Al, aku berjanji untuk selamanya bersamamu menjalani kehidupan ini, apapun yang terjadi di masa depan, yakinlah, kamu akan selalu menjadi pilihan pertamaku".
Full of love,
Author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati ke Hati
Hampir 3 minggu sudah perjalanan konseling bersama bu Gita. Saat ini keadaan mulai membaik. Usaha Jason yang terus menerus mendekatiku, mulai mencairkan kecanggungan diantara kami. Aku mulai menerima sentuhan- sentuhan kecil yang ia berikan.
Hujan turun cukup lebat tadi siang, sekarang langit kembali cerah hanya menyisakan rintik kecil dan guratan pelangi yang menghiasi langit sore, dengan latar warna kuning menuju jingga, semuanya begitu cantik. Aku tenggelam duduk di kursi balkon menikmati itu semua. Aroma kopi tercium dari arah dalam menuju balkon, aku tau tanpa perlu melihatnya, Jason sekarang hendak duduk disampingku.
"Dulu kita pernah duduk bersama dan melihat pelangi seperti sekarang, apa kamu ingat Al?".
"Ya, kejadian itu persis diawal usaha papa bangkrut".
"Saat itu juga sore hari, seperti sore ini".
Ingatanku kembali ke sore itu, awal dimana pembulian terjadi. Lalu berlanjut ke sore itu, dimana kami pulang terlambat karena Jason membantuku mencari sepatu olahraga yang disembunyikan oleh beberapa anak yang tidak menyukaiku.
"Fans fanatikmu terlalu banyak Jas, aku sampai kewalahan gara-gara kamu", ucapku sambil tersenyum tipis.
Aku mengucapkan itu hanya sekedar ingin melontarkan sedikit candaan, namun aku kata-kata fans fanatik ternyata juga memberikan arti kata sendiri saat ini. Bukankah Alicia juga seperti fans fanatik Jason dulu? Dan sama seperti dulu, pada akhirnya Jason selalu memilih melindungiku.
"Maaf Al, aku selalu berakhir menyakitimu, meski aku tidak pernah bermaksud untuk itu".
Mendengar kata-kata Jason yang tulus, membuka perasaanku. Terngiang pesan bu Gita, bahwa aku harus belajar mengungkapkan perasaanku pada Jason, baik dan buruknya.
"Disaat tertentu aku merasa rendah diri dihadapanmu Jas, itu sebabnya dulu aku menghilang Jas".
"Al kenapa? aku tidak mengerti kenapa kamu merasa seperti itu. Apa karena seperti yang kamu bilang tadi? fans fanatik, bukankah ada beberapa lawan jenis yang menyatakan suka padamu juga?".
"Apa mereka benar-benar menyukaiku? Salah satu dari mereka pernah menjadikanku tameng pelarian, hanya karena ingin membuat cemburu mantannya".
"Lagipula bukan hanya itu alasannya Jas, mungkin karena aku pernah menyukaimu jadi aku merasa malu tidak bisa membela diriku sendiri dan harus terus menerus menerima pertolonganmu".
"Takdir memang lucu ya Jas, mau bagaimanapun aku menghilang, kamu selalu menemukanku lagi".
"Al, aku sungguh mencintaimu Al".
"Berapa bulan dari pertemuan ke pernikahan kita Jas? Sekitar 10 bulan ya Jas? Belum sampai setahun kan Jas?. Ga heran Alicia sulit menerimanya dan keluargamu juga pasti begitu".
"Mungkin karena singkatnya proses itu juga yang membuatku mempercayai beberapa kata-kata Alicia", ucapku berusaha benar-benar mengutarakan isi pikiranku.
"Apa sekarang kamu benar-benar telah mengingat semuanya Al?".
"Ya, sepertinya begitu Jas".
"Kamu tau kan Alicia itu sengaja melakukan itu Al", Jason memotong kalimatku.
"Ya, tapi aku bisa mengerti kenapa ia melakukan itu Jas. Saat itu ia benar-benar belajar mencintaimu kan Jas, sama seperti kamu yang juga belajar untuk mencintainya".
"Tapi itu berbeda dengan...".
"Jas mari kita sama-sama jujur dan terbuka, aku butuh itu untuk memulai kembali", potongku.
"Ya Al".
"Aku mengerti Jas, tidak ada yang menyangka kita dipertemukan lagi, jadi aku juga harus mengerti dan menerima kalau kamu juga punya masa lalu, sama seperti aku".
"Kalung itu Jas, meski kalung itu indah dan bermakna dalam, tapi sepertinya aku tidak akan pernah bisa memakainya lagi, karena kalung itu seperti pengingat bahwa dulu kamu pernah sempat berusaha mencintai orang lain selain aku, aku ini bisa egois dan cemburu juga Jas", ucapku tersenyum tipis.
"Al, aku ingin menyangkal bahwa arti kalung itu berbeda, sungguh Al, kamu tau itu. Tapi tidak bisa dipungkiri aku memberikan kalung yang mirip, tanpa bermaksud buruk Al. Cintaku padamu tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan masa laluku dengan Alicia".
"Apa karena kita memiliki sejarah yang lebih lama Jas?".
"Jika aku baru bertemu denganmu diusia dewasaku, aku yakin cintaku juga akan seperti saat ini. Jadi ini bukan karena kita memiliki sejarah panjang Al. Alicia tidak sebanding denganmu, lagipula dari awal perasaanku dengan Alicia bukan hal yang tulus tetapi karena keadaan yang dipaksa".
"Jika aku balik pertanyaannya, jika kamu bertemu aku dan Ebel diusia yang sama tanpa ada sejarah sebelumnya, siapa yang akan kamu pilih? Aku juga kadang bertanya tentang hal ini setiap kamu menyebut atau bertemu mantanmu itu. Aku tau ia orang yang berbeda denganku, ia tipe ekstrovert yang mudah untuk disukai. Kamu pernah mencintai Ebel tulus sama seperti kamu mencintaiku kan Al. Tapi aku tidak mau berpikir panjang soal itu, bagiku saat ini kamu bersamaku dan itu artinya akulah pemenangnya".
"Jadi aku juga suka berpikir rendah diri dihadapanmu Al, pikiran itu yang membuat beberapa keputusan salah, itu semata mata hanya karena aku takut kamu pergi lagi Al".
Ya, kebersamaan kami saat ini yang penting bukan? Seperti yang Jason bilang, berarti akulah pemenangnya juga bukan? Pikirku dalam hati.
"Apa kamu masih berpikir aku berbohong tentang foto itu Al?".
"Entahlah Jas", sejujurnya aku dilema antara menerima akulah pemenangnya saat ini dengan hubungan intim Jason dan masa lalunya.
"Aku jujur Al, aku pertama kali melakukannya itu denganmu. Kami memang tinggal serumah, dengan pernikahan sebagai tujuan kami, tidak dipungkiri ada momen intim diantara kami, tapi tidak seintim itu Al".
"Sejauh apa Jas?".
Kenapa aku menanyakan ini? Pikirku dalam hati sesaat setelah aku menanyakan itu pada Jason. Bukankah aku juga pernah bermesraan dengan Ebel, kenapa harus menanyakan ini? Makiku dalam hati.
"Al... aku tidak mau menyakitimu Al, haruskah aku menjawabnya? Tidak bisakah kamu percaya kamu adalah wanita pertama yang memilikiku seutuhnya?".
Aku terdiam mendengarnya dan menanyakan ulang pertanyaan Jason pada diriku sendiri. Sebelum aku sempat menjawab Jason, ia berkata lagi,
"Sejauh layaknya orang berpacaran, kami memang pernah bermesraan tapi tidak melebihi norma. Aku ini pria normal yang tinggal serumah dengan lawan jenis. Dimana saat itu, keadaannya kami sama-sama pernah berusaha mencoba untuk membangun hubungan pernikahan".
"Al, tidak bisakah kamu memaafkan masa laluku, dan berfokus pada saat ini. Bukankah yang penting saat ini kita saling memiliki?".
Memaafkan masa lalu... aku mengilang kembali kata-kata Jason, sebenarnya tidak hanya Jason yang punya masa lalu aku juga. Jadi bukankah ia tidak perlu minta maaf? Bukankah yang bersalah disini hanya Alicia? Itupun sekarang aku bisa mengerti alasannya. Tapi mendengar penjelasan Jason bahwa ia pernah berusaha mencintai wanita lain itu menyakitkan, meskipun itu masa lalu, tetap saja sakit mendengarnya.
"Ya Jas, aku berusaha untuk saat ini. Kamu tau Jas, aku sedang menjalani konseling saat ini, agar aku bisa menerima keadaan dan kembali ke kehidupan normal lagi".
"Aku tau Al, apa kamu lupa kartu kreditmu itu pemberianku, ada 1 notifikasi biaya konselingmu ditagihanku".
Oh iya, aku pernah menggunakan kartu kredit sekali saat awal membuat janji melalui website, sisanya aku baru membayar debit. Aku tersenyum sendiri dengan kebodohanku.
"Al, terima kasih karena mau berusaha untuk masa kini Al".
Aku tersenyum menanggapinya. Lalu ia balas tersenyum padaku. Aku juga berterima kasih pada Tuhan karena memberiku kesempatan untuk pembicaraan ini. Lalu Jason memelukku, kali ini aku membalas pelukannya, cukup lama kami berpelukan, seakan kami berjanji untuk memulai hal yang baru.
Kedua tangan Jason melepas pelukannya dan beralih ke wajahku. Satu tangannya mengelus pipiku lembut, satu tangannya lagi memegang tengkuk leherku. Tangannya yang mengelus pipiku, mengelus bibirku lembut, lalu membawanya mendekatinya, lalu ia menciumku perlahan. Ciuman lembut yang menyatakan kerinduan.
"Al aku berjanji untuk selamanya bersamamu menjalani kehidupan ini, apapun yang terjadi di masa depan, yakinlah, kamu akan selalu menjadi pilihan pertamaku".
"Al maukah kamu berjanji? Apapun pertanyaanmu dimasa depan, berjanjilah untuk selalu memilihku pada akhirnya".
"Ya suatu saat nanti saat aku sembuh dari lukaku, aku berjanji untuk selalu memilihmu Jas".
Jason mencium bibirku lagi. Ya Jas, aku berjanji untuk selalu bersamamu menjalani kehidupan ini, tunggulah aku, suatu saat... aku akan benar-benar sembuh, ucapku dalam hati.