Alana Shaabira Dewantara harus menelan pil pahit tak kala Calvin lebih memilih di jodohkan dengan pilihan orang tuanya daripada bersama Alana.
Ditengah kegalauan Alana, masa lalunya muncul kembali. Teman semasa kecilnya yang dulu Alana cintai sebelum Calvin.
"LEPASIN KAK!" Alana terus menghindari pria masa lalunya itu.
Tangan kokoh seseorang menarik tangan Alana "Jangan sentuh milikku! Alana tunanganku!" Ucap Erlando Agathias dengan gentle.
Seketika itu hati Alana berdesir dia menatap lekat Erlando dan berlindung dibelakangnya. "Tenang ada aku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Jodohkan?
Malam itu Erlando datang lagi menemui Alana diruang kerjanya. Sementara Alana sedang merapihkan bajunya dan mejanya karena prakteknya sudah selesai, dia kaget dengan kedatangan Erlando.
"Malam cantik." Sapa Erlando.
Alana tersenyum manis "Malam juga pak Erlando, ada yang bisa dibantu?"
"Eum bantu...kalau mencintai aku gimana? Mau enggak?" Dengan nada bercanda, Erlando makin berani dengan Alana.
Alana tersenyum kecil menanggapi pria konyol di depannya ini. Dia pun masih ragu soal hubungannya dengan Erlando.
Mamih Aleesya datang menemui anaknya. Alana dan Erlando sontak kaget dan salah tingkah saat mamih Aleesya datang. "Mamih." Alana berhambur ke pelukan mamihnya.
"Kita makan dulu yuk, nak Erlan ikut yah."
"Ehm Alana." Ucap papih Al baru datang menyusul istrinya, ternyata ada Erlando juga "Papih." Alana melirik papihnya juga.
"Ayo pih kita makan di cafe bawah, Erlando juga ikut." Ucap mamih Aleesya yang menggandeng suaminya itu.
Papih Al keheranan dengan istri dan anaknya, ngapain pakai ajak Erlando segala sih? "Oke."
Keempatnya ke cafe di lantai bawah rumah sakit, nampaknya Alana semakin dekat dengan Erlando, dan mamih Aleesya sepertinya sudah merestui hubungan anaknya.
Mereka makan malam disana dengan santai, sesekali Erlando bercanda pada Alana dan mamih Aleesya. Sorot mata papih Al bak ingin memakan mangsanya, tak lepas dari lelaki yang mendekati anak perempuannya.
"Jadi, kalian_?" tanya papih Al penasaran.
"Saya ingin meminta ijin dari om Alarich, untuk pendekatan dengan Alana. Semoga kami bisa sampai ke jenjang yang serius." ucap Erlando dengan gentle. Alana merasa Erlando sangat berani.
"Tetap dalam batas wajar! Kalian belum menikah, mengerti? Saya tidak mau anak saya di sakiti." jawab papih Al dengan tegas walau hatinya belum sepenuhnya ikhlas melepas anak perempuannya.
"Tenang aja om, Alana aman dengan saya, om tahu saya." Jawab Erlando tegas tanpa takut sedikit pun dengan papih Al, karena sifat mereka sedikitnya sama.
-
-
"Jadi...sama Erlando nih bener? Kayaknya anak mamih sebentar lagi nyusul kakaknya menikah hihi." Goda mamih Aleesya pada anak perempuannya itu didalam mobil.
"Hihi mamih apaan sih, temen mih temen." Jawab Alana malu malu.
Sementara papih Al hanya mendengus sebal mendengar dua orang wanita yang cintainya ini membicarakan Erlando. Biar gimana pun juga, dihatinya papih Al, bahwa Alana tetaplah putri kecilnya yang akan selalu ia jaga.
"Kamu harus bisa jaga diri ya sayang, mamih dan papih percaya sama kamu. Kalau memang dia jodohmu, insya Allah akan ada jalannya." Tutur mamih Aleesya lembut.
"Iya mamih sayang." Alana menyandarkan kepalanya dipaha mamih Aleesya. Sungguh dia sangat menyayangi kedua orang tuanya ini, terlebih papihnya. Dari dulu Alana bercita cita ingin mendapatkan suami seperti papihnya.
"Kamu enggak masalah sama status dudanya?" Tanya papih Al tiba tiba.
"Eum enggak pih, toh dia duda ditinggal meninggal, yaa setidaknya Alana enggak akan di terror." Jawab Alana datar.
"Mantannya si Asraf masih suka gangguin kamu? Pih gimana ini? Mamih enggak mau yah ada yang nyakitin Alana." Lirih mamih Aleesya.
Alana tak menjawab dia hanya menunduk dan semakin mengeratkan pelukan ke paha mamihnya. "Tenang aja dia enggak akan bisa mengusik lagi Alana, percaya sama papih." Ucap papih Al dengan tatapan tak terbaca.
-
-
Alana senyum senyum sendiri mengingat kebersamaannya dengan Erlando akhir akhir ini. "Ternyata si om duda itu enggak nyebelin hahaha, ihh apaan sih Alana." Dia malah geli sendiri.
Berbeda dengan Erlando di apartmentnya dia menatap gadis cantik itu di laptopnya "Kamu lagi apa Alana? Rasanya aku rindu kamu setiap detik." Wajahnya tersipu kala ia ingat kedekatannya bersama Alana akhir akhir ini.
DDDRRRT DRRRT DRRRRT
Ponsel Erlando bergetar ternyata mantan ibu mertuanya menghubunginya, yaitu tante Sonya. "Ya Hallo..." Jawabnya, malas.
"Hai Erlan, apa kabar? Mamah besok pulang ke Jakarta. Nanti kita ketemu yah." Ucap tante Sonya sedikit manja disebrang telepon.
Erlando yang mendengar suara mantan ibu mertuanya sedikit sebal. "Ehm...saya tidak janji tante. Saya ada urusan penting besok, tapi saya usahakan." Jawab Erlan datar.
"Yah sebentar aja Erlan, mamah kangen sekali sama kamu." Sahut tante Sonya yang semakin manja.
"Eum maaf tante, Emil datang, nanti Erlan hubungi lagi." Erlando langsung menutup ponselnya. "Aneh banget sih."
Semenjak kematian Rania mendiang istrinya, Erlando sudah merubah panggilannya terhadap mantan mertuanya. Dia tidak ingin memberikan celah sedikit pun pada tante Sonya untuk mengusiknya.
-
-
-
Seperti biasa Alana menjalani pekerjaannya sebagai dokter. Hari ini sedang ada meeting besar dirumah sakit. Bahkan papih Al dan opah Arya selaku pendiri rumah sakit ini juga hadir. Dikarenakan ada beberapa dokter baru yang akan ikut bergabung.
Meeting itu pun selesai, tak disangka profesor.Han selaku pimpinan tertinggi di divisi lain, berniat mengenalkan Alana dengan anaknya yang baru saja mendarat di Indonesia tadi malam.
"Gimana nih pak Alarich?" Ucap prof.Han dengan nada bercanda.
"Hahaha bisa saja anda ini, tanya saja sama anaknya. Setahu saya, Alana sedang dekat dengan seorang pria." Ucap papih Al dengan senyuman manisnya.
Alana yang mendengar namanya disebut mendekat papihnya dan prof.Han. "Kenapa pih?" tanya Alana datar.
Papih Al menjelaskan obrolannya bersama prof.Han pada Alana "Eum...tapi Prof_"
"Yah bertemu saja dulu, kan dokter Alana belum menikah, jadi masih bisa pilih pilih toh hahaha." Sambung prof.Han
Alana hanya membalas dengan senyuman. Sementara papih Al menerima tawaran makan malam dari prof.Han untuk menyambut kedatangan anak prof.Han.
-
-
"Papih apa-apaan sih? Alana udah besar pih, enggak perlu di jodoh jodohin." Gerutu Alana diruang kerja papihnya.
"Hahahaha papih enggak mau jodohin kamu dengan siapa siapa, papih enggak enak aja tadi kalau nolak. Memang hati kamu udah mantap pilih Erlando?" Tanya papih Al dengan selidik.
Alana tak segera menjawab dia mengayunkan sebelah kakinya dan bersandar di depan meja kerja besar itu. "Bingung pih, semoga mas Erlando bisa setia kayak papih." Jawab Alana sendu.
Papih Al berdiri dan merangkul putri kebanggaannya itu "Yakin kan hatimu, kalau menyakiti, tinggalkan. Papih enggak akan biarkan siapapun menyakiti anak papih tersayang ini."
"Iya pih."
-
-
Ternyata obrolan mereka berdua didengar oleh Erlando di celah pintu masuk. Tadinya Erlando ingin ke dalam, namun sepertinya dia mengurungkan niatnya.
"Apa? Sepertinya sedang ada yang berusaha mendekati Alana. Enggak bisa!!! Aku harus gerak cepat." Gumam Erlando, dia buru buru segera pergi dari sana.
Tak lama Alana keluar dari ruang kerja papihnya, dia pergi menuju ruangannya. Ketika pintu dibuka, ternyata Erlando sudah ada disana. "Selamat pagi dokter cantik." Sapa Erlan manis.
"Eum pagi...kok udah disini? Maya mana?"
"Kata asisten kamu, prakteknya di mundurkan jam 2. Jadi kita masih ada waktu bersama. Baru jam 11 kita makan diluar mau? Atau mau kemana dulu?" Tanya Erlando sembari mendekati Alana.
Jarak mereka kini sangat dekat, kedua mata mereka bertemu. Dan itu membuat jantung Alana degdegan, begitupun Erlando. "Apa mas benar benar single?" Tanya Alana tiba tiba.
Erlando mengernyitkan keningnya dengan pertanyaan Alana. "Kenapa tanya begitu? Status aku duda, aku belum punya anak. Dan aku juga tidak memiliki hubungan dengan siapapun, kecuali kamu." Jawab tegas.
Alana seperti ingin memutuskan sesuatu dihatinya. "Ok."
"Ok doank?"
"Maunya gimana mas?"
"Aku mau kita menikah, Alana."
DEG