Naina Simont, putri seorang Bangsawan bergelar Baron terpilih untuk menikahi Pangeran Kedua Xero Yamen.
Menikahi cinta pertamanya tak melulu membuat Naina menjadi bahagia, faktanya Pangeran kedua telah mempunyai wanita pujaan hatinya yang kini telah berstatus permaisuri, alias istri Kakaknya.
Bahkan saat Naina akhirnya mengandung dan mempunyai anak dengannya, sikap dingin Pangeran Xero tak meleleh. Pun saat Naina keguguran, suaminya lebih memilih menemani Calista, istri mendiang kakaknya yang tengah cidera.
Rumah tangganya diuji dan saatnya Naina harus memilih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Peri Bumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Bangunan Kekaisaran itu sudah di depan mata Sanya. Di Yamen sebagian Bangunan banyak terdiri dari batuan alam yang indah dan perpaduan kayu. Tapi Di Hiya disini banyak bangunan yang terlihat lebih modern.
Cuacanya cukup panas, mungkin karena dekat dengan pelabuhan dan juga itu musim panas.
Pangeran ketiga, Henner Von Smitt yang menyambutnya. Dia jangkung dan berambut emas berkemilau. Sepertinya 2 tahun lebih tua dari Sanya. Dia tampan, tapi entah kenapa sisi maskulinnya lebih menonjol Grand Duke.
-Tunggu... Kenapa aku jadi kepikiran dengan dia?
"Selamat datang di Kekaisaran Hiya." Tatapannya tajam tapi dia ingin terlihat ramah.
Aneh sekali kan, negara yang kalah di sambut.
Sanya sadar betul bahwa meski negaranya tidak sebesar kekaisaran Hiya, tapi negara Sanya itu melimpah kekayaan alamnya. Peran diplomatik yang Sanya mainkan harus berhasil.
Count Numerik membisikkan Sanya sesuatu.
"Salam Kepada Yang Mulia Pangeran ketiga Saya Sanya, Putri pertama dari Yamen."
Henner memberikan tangannya untuk memandu Sanya.
Aula tempat diadakannya pesta tersebut dihiasi dengan megah. Disini segalanya lebih berkilau, itulah kesan pertama Sanya. Lagi lagi dia terus membandingkan segalanya disini. Jelas saja berbeda. Hiya dan Yamen adalah dua tempat dengan keanekaragaman yang berbeda.
Di sudut tempat para lady berkumpul, kedatangan Sanya sepertinya menjadi perbincangan yang hangat. Mata Sanya yang mengendar mengamati setiap hal rupanya menjadi bahan cemoohan bagi para lady.
"Lihat Tuan Putri, Tawanan itu seperti baru pertama kali melihat kemegahan." Aliyah, Putri Seorang Count memulai pembicaraan.
Mereka semua membuka kipas dan menutupi wajahnya ketika berbicara. Menyembunyikan senyum mengejek.
Situasi Sanya menjadi terlihat lucu di mata mereka.
"Dia sedikit kampungan, aku rasa putri seorang Baron disini pun tidak akan senorak dia." Salah satu lady lainnya menimpali.
"Jangan seperti itu, bagaimana pun dia akan menjadi bagian dari Kekaisaran Hiya." Clara, Putri Marquess yang selalu menyembunyikan topeng nya dengan sangat baik. Dia selalu menjelma menjadi peri bagi orang yang tidak tahu.
"Astaga Lady Clara, bagiamana hati anda begitu baik."
Mendengar pujian tersebut, Clara hanya tersenyum. "Sebagai orang Nona bangsawan kita harus bermurah hati bagi orang yang lemah bukan." Meski terdengar baik hati, tapi sebenernya Clara sedang merendahkan Sanya.
"CK!" Kenaya mendecakkan lidahnya pelan. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kalau Ayahnya rubah, pastilah anaknya juga rubah. Pandai menyembuhkan taring. Menjelma bagai peri.
Sejujurnya menurut Kenaya, Sanya cukup cantik. Dia orang yang tenang. Dia punya pesona yang akan membuat para lelaki Di Hiya penasaran. Wanita seperti itu hanya akan mendatangkan bencana.
"Sayang sekali dia harus datang kesini."
Mendengar gumaman Kenaya, yang lainnya menoleh.
"Ah... Lupakan..." Kenaya tak menimpali obrolan soal Sanya.
Para Lady juga tahu kalau Kenaya itu Putri yang sombong. Dia putri satu-satunya di Kekaisaran Hiya, makanya dia bisa bertindak semena mena. Tapi karakternya blak-blakan dan jujur. Makanya dia tidak suka dengan Clara dan teman temannya. Hanya karena mereka putri bangsawan berpangkat dan Ayah mereka punya jabatan di istana makanya dia mau tak mau harus tetap bergaul dengan mereka.
"Komandan Kekaisaran, Grand Duke Justin Ground memasuki ruangan!" Pengumuman itu membuat suasana hening.
Aneh sekali, batin Sanya. Dia adalah tokoh utama hari ini, pahlawan yang baru pulang membawa kemenangan. Tapi sepertinya dia mengalami diskriminasi.
Kenaya mendengar itu, langsung berdiri antusias. Kakak kandungnya itu baru saja pulang. Tentu saja dia senang, terlebih pulang hidup dan membawa kemenangan.
Raja Arthur, di Kekaisaran Hiya memiliki 3 istri. Mendiang Ratu Pani melahirkan Pangeran pertama dan Putri pertama. Tak lama setelah Kenaya lahir, kesehatannya memburuk dan meninggal saat Kenaya berumur setahun. Kemudian Selir Greta naik menjadi Ratu menggantikan Ratu Pani, dia punya seorang Putra , Pengaran kedua, Philip. Dan istri ketiganya yaitu Selir Trisna yang melahirkan Pangeran Henner , orang yang tadi menyambut Sanya.
Setelah Greta naik ke posisi Ratu dia mulai membuat siasat untuk menjadikan anaknya sebagai Raja berikutnya. Orang yang pertama dia singkirkan adalah Justin. Dia terlalu menonjol di bidang akademis dan kekuatan. Makanya dia dikirim ke Medan perang sejak usia 14 tahun. Tekadnya untuk hidup kuat sehingga meski hampir tak selamat tapi dia berhasil bertahan hidup.
Tak lama setelah Grand Duke masuk, berikutnya adalah Putra Mahkota Philip. Anehnya para bangsawan lebih menyambut Philip dibanding Justin.
Sanya merasa kalau dia sepertinya akan diseret ke dalam politik kekaisaran Hiya.
"Sepertinya ini akan menjadi Medan yang sulit!"
"....?" Henner heran.
Sanya senyum, "Suasana nya sangat ramai Pengeran."
"Ah... Mari nikmati jamuan makanan yang ada."
"Anda akan menyapa secara resmi kepada Yang Mulia nanti setelah memasuki aula."
Sanya akhirnya pasrah dibawah bimbingan Henner.