NovelToon NovelToon
MY BODYGUARD

MY BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Obsesi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Fantasi Wanita
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.

Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.


Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24_Meminta Izin

Alisnya saling bertautan saat gadis yang terus merengek padanya membawanya ke sebuah tempat dimana ia tidak pernah menduga sebelumnya. Tempat yang besar dan mewah, halaman rumah yang luas dengan desain klasik bercampur modern atau sebuah tempat yang akan membuat gadis itu tersenyum karena ke elokan tempatnya. Ternyata itu hanya pikiran Shaka saja. Jauh dari kenyataannya tempat yang ia kunjungi bersama Raya sangat jauh dari pikirannya.

Sunyi dan sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang berlalu lalang di tempat itu. Hamparan tanah yang terbentang dengan rumput hijau tumbuh subur di atasnya, mata Shaka terus melihat kesekitar tempat saat ini ia berpijak.

Raya melepaskan tangannya saat melihat penjual bunga yang tak jauh dari tempat saat ini mereka berdiri. Gadis itu terlihat sangat aktif dan bersemangat, senyum tipis di bibir merah delimanya terukir indah di wajah cantiknya. Wajahnya tak semurung saat pertama kali Shaka bertemu tadi pagi.

" Ayo!" Kembali Raya mengaitkan tangannya pada lengan Shaka, Sebuket mawar putih bertengker indah di tangan kirinya.

" Kita mau ketemu siapa?" Tanya Shaka lagi. Pertanyaan itu terus ia lontarkan bahkan saat mereka di perjalanan menuju tempat yang saat ini mereka pijak, Shaka tak bosan mempertanyakan pertanyaan yang sama.

" Nanti kamu juga bakal tau, ayo!" Pria itu mengesah. Jawaban itu yang terus ia dengar.

Raya membimbingnya menuju sebuah gundukan tanah yang di selimuti rumput hijau. Beberapa meter mereka berjalan di jalan setapak Raya berhenti tepat pada sebuah Batu nisan yang bertuliskan ' Soraya Abigail Jonshon ' lalu gadis itu berjongkok.

" Assalamualaikum bunda," Gadis itu mengusap lembut batu nisan itu. Matanya berbinar sembari berkaca-kaca, sekali kedipan buliran bening itu akan lolos dari tempatnya.

" Bunda?" Raya menoleh saat mendengar gumaman Shaka. Gadis itu tersenyum lalu mengangguk tangannya menghapus buliran bening yang sudah lolos dari tempatnya.

" Ini makam Bunda aku," Ucapnya sembari melihat kearah makam bundanya.

" Tapi, nama kamu dan Bunda mu?"

Raya mengangguk " Nama kami sama. Tapi Nama lengkap ku Soraya Aleycia abigal Jonshon. Ada perbedaan!"

" Sudah jangan dipikirkan nanti akan ku ceritakan." Imbuhnya lagi saat melihat keterbingungan pria di sampingnya. Shaka hanya mengangguk lalu terdiam memperhatikan curahan Raya yang teramat rindu dengan Bundanya.

Gadis itu terisak, entah apa yang membuatnya menangis memilukan seperti itu, gadis itu terdiam dan hanya memandang batu nisan bundanya. Sesekali dia berbicara, menceritakan rutinitas kesehariannya atau yang lainnya. Shaka masih setia menemani bahkan dia memasang telinganya dengan tajam permasalahan apa yang saat ini gadis itu hadapi, sehingga Raya terlihat terpukul dengan hanya melihat melalui air matanya.

" Ray," Shaka menyentuh bahu Raya yang bergetar. Terlalu hanyut dalam kesedihannya Raya lupa jika saat ini ia tidak seorang diri.

" Maaf. Aku terlalu asik berbincang dengan Bunda." Shaka tersenyum, lalu menggelengkan kepala pelan " Tidak apa. Aku tau kamu sangat merindukan Bunda mu."

" Bun, ini Shaka teman aku." Ucapnya memperkenalkan.

" Assalamualaikum Tante. Saya Shaka teman putri tante. Semoga tante tenang disana,"

" Amin!" Ucap Raya mengaminkan doanya " Bunda tenang saja Shaka orangnya baik, sopan dan perhatian yah meskipun nyebelin dan suka bikin bete. Tapi Shaka pria yang baik. Shaka seperti Duo R, selalu ada dan melindungi Raya."

" Tante tidak perlu cemas, Shaka akan berusaha untuk menjaga putri tante dan insya allah Shaka akan selalu membuatnya tersenyum. Shaka tidak akan membiarkan air matanya kembali jatuh dari tempatnya. Tapi Shaka gak janji tan, Shaka takut tidak bisa memegang perkataan Shaka dan tidak bisa menepati Janji Shaka. Shaka hanya akan berusaha semampu Shaka Tan."

" Tuh Bunda dengerkan? Dia emang pendiem dan Cuek tapi dia baik Bun!"

" Terimakasih tan karena sudah melahirkan Seorang putri seperti Raya, dia gadis yang ceria, cantik dan manis. Dia juga tumbuh menjadi sosok yang baik dan rendah hati." Shaka melirik Raya dan batu nisan Bunda Raya secara bergantian "Aku yakin Bunda mu di atas sana tersenyum bahagia melihat mu yang tumbuh manjadi pribadi yang baik dan Mandiri."

" Semoga begitu!" Balasnya " Bun Raya sama Shaka pamit ya, lain kali Raya main lagi kesini. Bunda yang tenang disana. Disini, semua orang menjaga Raya dengan baik termasuk Shaka."

" Tan Shaka pamit. Seperti yang barusan Raya katakan, Tante tidak perlu cemas Putri tante aman bersama kami. Shaka juga akan menjaganya dengan baik."

" Assalamualaikum!" Seru Shaka dan Raya bersamaan. Sebelum keduanya keluar dari pemakaman Raya menyimpan sebuket Mawar putih kesukaan bundanya di atas makam sang Bunda. Empat tangkai bunga yang sengaja ia pisahkan masih bertengker indah di tangannya.

" Itu buat Apa?" Tanta Shaka penasaran.

" ini?" Tunjuknya pada Empat tangkai mawar itu.

Kedua sudut bibir Shaka tertarik berlawanan Arah. Perhatian dan perlakuan Raya yang peduli dengan sekitarnya membuat hatinya menghangat. Raya menyimpan satu persatu bunga mawar itu pada makam yang bersampingan dengan makam sang Bunda.

" Ayo!" Raya mengajak Shaka keluar dari pemakaman setelah selesai. Dengan senang hati Ia kembali mengikuti langkah kecil gadis yang berjalan di hadapannya.

" Mau kemana lagi?" Tanyanya setelah sampai di tempat Shaka memarkirkan Motornya.

" Laper gak?" Bukannya menjawab Shaka malah tersenyum. Membuat Raya mengerutkan alisnya tak mengerti.

" Ko senyum sih? Aneh!" Ketus Raya yang merasa di abaikan.

" Kalo Aku gak laper kamu masih kuat nahan perut kamu yang keroncongan?"

" Emang kamu bisa denger? Denger Cacing cacing di perut Aku demo?"

Shaka menggelengkan kepala " Itu tangan kamu ngelus ngelus perut kamu, laperkan?"

Raya menggaruk tengkuknya yang tak gatal senyum lebarnya memamerkan deretan giginya yang putih " Iya. Makan dulu yuk?" Ajaknya.

" Ayo. Yaudah naik!" Titah Shaka mengecak gemas surai hitam milik Raya. Gadis itu mengangguk. Dengan cepat ia menaiki Motor Shaka.

" Bagaimana setuju dengan tawaran gue?"

" Cih. Nggak gue sangka ternyata lo sekeji itu. Tapi, gue tertarik dengan penawaran Lo itu. Meskipun alasan kita berbeda tapi tujuan kita sama. Sama sama ingin melihat kehancurannya!" Balasnya dengan senyum sinis di wajahnya.

" Jangan so munafik seperti itu. Kita itu sama. Jangan so lugu juga, selama ini gue udah tau siapa lo sebenarnya!" Balas pria itu menenggak minuman bersodanya.

" Benarkah?" Tanyanya pura pura terkejut " gue tersanjung mendengarnya!" Lanjutnya disertai kekehan kecil.

" Sudahlah. Seperti awal kesepakatan, kita kerjakan tugas kita masing masing!" Ucapnya bangkit daningin pergi.

" Ingat. Walaupun kita melibatkannya, jangan sampai dia terluka, dan jika itu terjadi," Matanya menyipit menatap tajam pada Pria yang sedang berdiri di depannya " gue nggak akan pernah lepasin lo!" Imbuhnya membuat pria itu tertawa.

" Tenang aja, Lo bisa pegang perkataan gue!" Selepas pria itu pergi Dua pria lainnya ikut bergabung dengannya. Ikut duduk dan membicarakan rencana mereka selanjutnya.

Senyum devil kembali tercetak jelas di wajah tampannya. Tangannya mengusap layar handphone yang terdapat Foto rivalnya.

" Bersiaplah sebentar lagi Lo bakalan hancur!" Ucapnya di sertai tawaan di ikuti kedua temannya.

" Apa!" Rey mematikan sambungan telponnya sepihak setelah mendengar kabar dari orang suruhannya.

" Kenapa?"

Rey menggusar wajahnya kasar dia melirik pada sang adik - Randi pria yang kini duduk disampingnya lalu melihat kearah Ayahnya yang menuntut penjelas darinya.

" Cia Ayah," Lirihnya pelan.

" Kenapa dengan Adik mu?" Tanyanya dengan bersikap tenang.

" Cia. Dia bolos tidak masuk kampus Ayah. Dan.....

" Dan Apa?" Tanya Ayah Liam saat Rey menggantung perkataanya. Rey melirik kembali pada adik laki-lakinya.

" Keberadaannya tidak di ketahui!" Ucapnya hati hati.

" Apa?" Bukan sang Ayah saja, tapi Randi pun ikut terkejut mendengarnya. Suasana yang awalnya tenang tiba tiba menjadi mencekam dan serius. Rey dan Randi sudah tak sabar ingin segera keluar dari ruangan ayahnya dan segera mencari keberadan adiknya. Tidak berbeda jauh dari sang putra Ayah Liam pun terlihat cemas namun ia berusaha mengendalikan emosionalnya.

" Kenapa ini bisa terjadi? Bukankah kalian sudah menyuruh orang kepercayaan kalian untuk mengawasi Cia? Lalu apa yang mereka kerjakan sehingga Cia lepas dari pengawasan mereka? Dan satu lagi, bukankah kalian selalu memasang alat pelacak pada Ponsel Cia, cepat cari keberadaannya!"

" Ayah?" Panggil Rey dan Randi beberapa menit kemudian

" Apa lagi? Apa kalian sudah tau keberadaan Cia?!"

Keduanya menggelengkan kepala menunduk seperti menyesali sesuatu

" Kami tidak dapat melacaknya. Sepertinya Cia mematikan ponselnya!" Tutur Rey membuat kedua tangan Ayahnya yang berada di atas meja terkepal kuat.

" Ayah!"

" Cepat cari adik kalian. Ayah akan mengerahkan semua anak buah Ayah untuk membantu mencari Cia!"

" Kami pamit Ayah!" Pamit Rey dan Randi

" Hati-hati. Segera kabari Ayah jika ada kabar mengenai Cia!"

" Iya Ayah!" Rey dan Randi segera keluar dari ruangan Ayahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul Sebelas dan orang kepercayaannya kehilangan jejak Raya sejak Raya keluar dari rumah pamit pergi ke kampus. Dan itu membuat Kedua kakaknya kesal. Jika mereka sudah kehilangan jejak Raya sejak pagi kenapa baru mengabari mereka?

Sial. Randi dan Rey mengumpat semua kata serapah terlontar dari mulut mereka. Tidak terima dengan pekerjaan orang suruhannya yang tidak becus mengawasi malaikat mereka. Jika terjadi sesuatu pada Malaikatnya, Baik Rey maupun Randi mereka tidak akan pernah melepaskan dan memberi ampun pada orang yang sudah berani mengusik ketenangan keluarganya mereka. Berani sekali mereka menyentuh berlian mereka, dan itu tidak termaafkan.

1
Juprianto
Karyanya bagus cm kurang seru dan panjang thooor/Smile/
Juna: makasih udah mau mampir, masih proses menuju konflik nya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!