Semua KARENA Kamu

Setelah perdebatan sengit, akhirnya Okan dan Esra memilih untuk tidur dirumah yang dulu Okan tempati selama diNew Zealand. Sementara satu kamar diAbimana Kafe & Bakery, ditempati oleh Abra. Irena tetap pada rencana awal, tidur dirumah Merve.

"Cantik capek enggak..?" tanya Okan yang sudah menindih sang istri seraya membelai wajah cintanya itu dengan gerakan sensual.

Esra menggeleng, meraih tengkuk sang suami kemudian mendaratan ciuman kebibir Okan.

"Kak...!" seruan lirih dibarengi desahan menyapa indra pendengaran Okan, kala pria itu bermain main diarea dada sang istri.

Saling menjamah, membalas ciuman, bertukar suara indah kenikmatan, kedua insan itu lakukan. Peluh kembali membasahi tubuh mereka, ungkapan cinta lagi lagi diucapan Okan.

"Kamu nikmat banget sih sayang..!" ucap Okan mengerang merasakan hangatnya lembah surga dunia sang istri.

Okan semakin liar dalam menggerakkan pinggulnya. Berulang kali Esra dibuat menjerit karena pompaan yang ia berikan begitu memabukkan.

"Aku enggak tahan cantik..!" geram Okan yang sudah sampai diambang batas kenikmatannya.

"Aku ju----

Ucapan Esra terputus, berganti jeritan karena gerakan Okan yang tidak terkendali.

"Cantik....!"

"Kak..!" jerit kenikmatan Esra disaat ia meraih puncaknya.

"Aaahh...!" dengan mata terpejam dan kepala menengadah. Okan mengerang disela sela pelepasannya.

Setelah tuntas, Okan merendahkan tubuhnya. Mencium kening Esra dengan penuh kasih lalu berguling kesisi istrinya. Diraihnya kepala Esra dan diletakan dilengan kekarnya, disusul dengan ia memeluk erat tubuh istrinya itu.

"Habis dari sini kita keBarcelona ya sayang..?" ajak Okan.

"Bukannya kakak harus mulai gantiin papa dikantor..?"

"Ada waktu dua minggu untuk kita bulan madu, kita manfaatin untuk berkunjung kenegara negara yang pengen aku datangi sama istri tercinta aku."

"Kak Abra gimana..?"

"Tanyain aja mau ikut apa pulang..?" jawab Okan mencium puncak kepala sang istri.

"Oke, aku patuh apa kata suami."

Mereka pun terlelap, dan dipukul sembilan pagi keduanya baru membuka mata.

"Selamat pagi cantik..!"

"Selamat pagi tampan..!"

Kembali, mandi bersama mereka lakoni. Setelahnya, Okan mengajak Esra berkeliling area rumah itu. Melihat keindahan danau dengan hamparan rumput hijau, serta bukit bebatuan dan jejeran pohon pinus.

"Indah banget kak..!"

"Banget indahnya, tapi dulu buat aku enggak indah. Karena aku dipaksa untuk melupakan kamu, dan disini tanpa ada kamu. Dulu aku enggak bisa menikmati semua keindahan ini, yang ada sepi, suram dan sakit." ucap Okan seraya memeluk Esra dari belakang.

"Maafin aku kak, pasti sakit banget ya..?"

"Banget..!" jawab jujur Okan "tapi sekarang semua sakit itu udah hilang, lenyap tanpa sisa."

Pelukan Okan semakin ia eratkan.

"Kamu kenapa akhirnya mau menikah sama aku yank..?" tanya Okan.

"Karena aku sayang sama kakak." jawab Esra jujur.

"Sayang...!" seru Okan yang tidak puas dengan jawaban sang istri.

Esra terkekeh "waktu kakak pergi, aku cuma bisa melihat kakak dari jendela kamar, bukan karena aku enggak perduli tapi karena aku enggak bisa melepas kakak. Aku sedih, aku bingung harus gimana. Dan disaat kakak udah berangkat, aku baru merasa benar benar kehilangan. Pada saat itu aku ngajak kak Abra untuk menyusul kakak, tapi sama papa enggak boleh."

"Selama dua bulan aku benar benar kesepian, aku selalu merindukan moment dimana kakak godain aku, menjaga aku, posesif sama aku. Aku selalu nanyain nomor kakak, dimana kakak, tapi enggak ada yang kasih tau."

Esra menghela nafas.

"Kakak tau..? selama dua bulan itu aku selalu membayangkan gimana kalau kita menikah, sebahagia apa kita. Rasa kehilangan aku yang membuat aku yakin untuk menikah sama kakak. Dan ternyata pilihan aku tepat, khayalan tentang gimana rasa menikah sama kakak menjadi kenyataan. Aku bahagia kak, benar benar bahagia menjadi istrimu."

"Sayang..!" lirih Okan sembari membalikan tubuh Esra menghadapnya.

"Mulai hari ini hanya boleh ada kebahagian, janji untuk enggak saling menyakiti dan membuat satu sama lain sedih. Kakak mau kan..?"

Okan tersenyum, matanya mulai berkabut haru bahagia. Pria itu kemudian mengangguk dan kembali memeluk erat raga sang istri.

"Selama bersamamu, aku pasti akan selalu bahagia. Dan aku janji, akan selalu membuat kamu bahagia, nyawaku taruhannya cantik." ucap Okan bersungguh sungguh.