Kirani, bisa di katakan gadis yang malang. Hidupnya tak di inginkan oleh Ayah kandungnya sendiri bahkan saudara kembarnya pun ingin menghancurkan nya hanya demi kepentingan nya sendiri.
Bagaimana caranya Kirani melewati semua tantangan hidupnya yang sangat berat, apakah Ia mampu bangkit dan menemukan kebahagiaan nya sendiri tanpa merasa ketakutan oleh bayang-bayang masa lalu yang membuatnya trauma.
Yuk simak kelanjutan kisahnya di karya " Korban Saudara Kembar "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keguguran
🌻🌻🌻
Tedi membawa Rana kembali ke rumah atas keinginan wanita itu, Ia tidak ingin berlama-lama ada di rumah sakit.
Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan antara keduanya, bahkan sampai di rumah. Rana nampak diam saja, pikiran nya melayang entah kemana.
Tedi meminta Rana untuk istirahat, hanya itu yang di katakan Pria itu sebelum menghilang dari pandangan Rana.
Saat ini Rana tidak peduli kemana suaminya itu pergi karena pikiran nya memang sedang tidak tenang.
Rio mendongak sambil memijit dahinya, Ia terkejut mendengar penuturan Tedi. Rio tidak menyangka kalau hidup pernikahan Tedi akan seperti itu, yang Ia tau kalau Rana begitu sangat mencintai Tedi.
Ya, Rio juga mengenal baik istri dari kapten pilot tampan itu. Hingga sulit untuk Ia yakini, namun tidak mungkin juga Tedi berbohong tentang hal seserius ini.
" Lalu sekarang apa rencana mu Tedi. " Tanya Rio
Tedi menghela nafas namun tidak mengatakan apapun, Rio pun memilih diam karena tau masalah yang di hadapi Tedi bukan masalah sepele yang bisa di jadikan bahan candaan.
Tedi pun berpamitan, esok Ia akan kembali pada tugasnya. Malam ini Ia harus cukup istirahat, namun Ia bingung apa harus kembali ke rumah dan bertemu istrinya atau menepi ke lain tempat.
Sampai tengah malam, Rana tidak dapat memejamkan mata. Bukan karena Tedi di samping nya, namun karena pikiran nya sedang tidak tenang.
Pagi seperti biasa, Rana sudah bersiap. Ia mematut dirinya di depan cermin sebelum pergi, ketika sudah berada di lantai bawah Ia baru mengingat suaminya.
" Rana, kamu mau kemana Nak. " Tanya Sinta menilik penampilan Rana yang sudah rapi.
" Mau kemana lagi Bu, tentu saja aku kerja. " Jawab Rana ketus
Rana melenggang keluar bahkan tanpa menyentuh sarapan yang sudah di sediakan para pelayan di rumah itu.
" Ra..... "
" Sudah, cukup sayang. "
Gunawan menahan sang Istri agar tidak lagi mengejar anak menantunya itu.
" Tapi Mas, dia kan...... seharusnya dia di rumah saja. "
Gunawan menggeleng pelan dan mengajak sang istri untuk sarapan, karena harus segera berangkat kerja juga.
Sinta pun manut, meskipun tatapannya masih mengarah ke arah pintu. Ia menyiapkan sarapan untuk suaminya setelah itu ikut menikmati sarapan bersama.
Di tempat kerja Rana langsung menuju ke ruang rias, Ia mendapati gaun yang harus Ia kenakan hari ini. Tanpa pikir panjang Rana meminta seorang wanita yang adalah asisten pribadi nya untuk membuat nya bersiap.
Sehari dua hari Rana fokus pada pekerjaan nya, Ia bahkan tidak kembali kerumah. Lagipula suaminya juga pasti tidak ada di rumah, akan kembali tiga hari atau mungkin satu minggu lagi.
" Mbak, apa ini tidak berlebihan. Ini sudah sesi ke tujuh untuk hari ini, biasanya kita hanya ambil tiga atau paling banyak lima, tapi ini..... Bukan kah Mbak sedang......."
" Cukup Gina, soal tubuh ku hanya aku yang lebih tau. Tugas mu disini hanya untuk membantu segala keperluan ku, dan ini Sabuk nya, aku merasa tidak nyaman dengan ini. Cepat kencangkan lagi. "
Mau tidak mau, Gina hanya bisa menuruti kemauan Rana. Meski Ia khawatir dengan kondisi Bos nya itu.
Di saat Rana tengah melakukan pemotretan, Gina memilih menepi. Ia menghubungi seseorang.
Nampak pembicaraan mereka cukup serius.
" Maaf Mas, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mbak Rana tetap keras dengan kemauannya, bukan hanya itu saja. Mbak Rana bahkan tidak menyentuh makan siangnya sama sekali. "
Hari ketiga seperti biasa, Rana tetap mengambil job yang melebihi kapasitas tubuhnya, apalagi saat ini Ia di haruskan
memberikan penampilan yang sempurna.
Gaun yang Ia kenakan memiliki sabuk yang harus Ia gunakan untuk menunjang penampilan nya.
Hingga ketika menjelang siang Rana mulai merasa kurang nyaman, peluh membasahi sekujur tubuhnya.
Ia merasakan nyeri yang teramat sangat di bagian perutnya, namun Rana berusaha mengabaikan nya.
Wanita harus menyelesaikan pemotretan sebelum istirahat makan siang.
" Mbak, apa Mbak baik- baik saja. Bagaimana kalau kita istirahat saja dulu. " Tanya Gina, sang asisten yang juga sebagai penata rias Rana.
Rana menggeleng pelan, Ia harus menyelesaikan pekerjaan nya dengan baik dan tepat waktu.
Namun keinginan hanya tinggal keinginan, semakin lama Rana semakin merasa tidak nyaman, bahkan nyeri di perutnya semakin menjadi-jadi.
Ia menunduk sambil meremas perutnya yang terasa sakit.
" Rana ! Rana ! " Seru semua yang melihat kondisi Rana.
Sekonyong-konyong tubuh Rana jatuh sempoyongan, untung saja seorang Pria yang tadi menjadi rekan kerjanya spontan menahan tubuhnya.
Pemotretan langsung di hentikan dan Rana langsung di larikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
Beberapa jam kemudian, seorang Pria masuk ke dalam ruangan tempat Rana di rawat.
Rana memasang wajah sedih, padahal yang sebenarnya terjadi dirinya sama sekali tidak merasakan kesedihan apalagi merasa kehilangan.
" Kamu ini Ibu macam apa ha.... bisa- bisanya kamu keguguran. Kamu sudah melenyapkan anak kita. "
Rana tertawa sinis mendengar ucapan Pria di depannya yang ternyata adalah Alvaro.
" Anak kita, hei ini bukan anak mu tapi anak Mas Tedi. Kamu jangan mengada- ngada. "
Rana masih bersikeras kalau janin yang Ia kandung adalah milik suaminya sendiri.
" Rana, kamu pikir aku bodoh dan percaya begitu saja dengan ucapan mu. Lebih baik kamu mengaku saja, bukannya kamu yang bilang sendiri kalau kalian jarang melakukan hubungan itu, bagaimana mungkin itu bisa jadi anak kalian. "
Rana akhirnya memilih berkata jujur, lagian tidak ada untung nya juga untuk menyembunyikan semua. Toh anak itu juga sudah tidak ada.
" Kalau benar memang kenapa dan ya benar. Aku memang sengaja ingin melenyapkan nya dengan cara menggunakan sabuk dengan sangat kencang. Lagipula tidak ada gunanya juga Dia hidup. "
Alvaro mengepalkan tangannya, andai saja di hadapannya adalah seorang Pria. Mungkin saat ini Ia akan menghajar orang di depan nya itu habis- habisan.
Bulir bening jatuh ke pipinya, cinta nya memang tulus namun caranya yang salah.
Alvaro menyayangkan darah dagingnya yang harus pergi sebelum sempat Ia lihat.
Alvaro berbaik badan menuju ke jendela, melihat ke arah luar. Kebetulan kamar tempat Rana di rawat ada di lantai dua.
Tanpa sepengetahuan mereka di luar sana ternyata ada dua orang Pria yang mematai- matai mereka.
" Apa, jadi benar. Pria itu datang menemui istriku di rumah sakit. "
Di tempat lain Tedi benar- benar marah besar setelah mendapat laporan dari orang suruhannya.
" Andai bisa pulang aku pasti akan langsung pulang, aku harus menangkap basah mereka berdua. Agar mereka berdua tidak dapat mengelak lagi. " Gumam Tedi.
Di dalam ruangan tempat Rana di rawat, ketegangan masih terasa disana
🌻🌻🌻
duh cinta lama bertemu kembali....apa akan jadi rintangan buat Rani dan Azka nih
moga kamu bisa kuat hadapi hidupmu
takutnya kamu hamil
iya pikiran kamu juga ntah kemana2 .... kasian
sungguh alur cerita yg indah, semangat author semoga rezeki nya lancar disini, bisa masuk bab terbaik, agar bisa berbagi ke sesama yg membutuhkan, Aamiin🤲