Fiona Amartha Dawson, hidup berdua dengan kakak perempuan seibu di sebuah kota provinsi pulau Sumatera yaitu kota Jambi.
Jemima Amelia Putri sang kakak adalah seorang ibu tunggal yang bercerai dengan suaminya yang tukang judi dan suka melakukan kekerasan jika sedang marah.
Fiona terpaksa menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal secara mendadak karena suatu insiden guna menyelamatkan harga dirinya sebagai seorang perempuan lajang.
AKBP Laksamana Zion Nugraha tidak menyangka akan menikahi gadis gemoy yang tidak ia kenal karena ketidakadilan yang dialami gadis itu. Niatnya untuk liburan dikampung kakak iparnya menjadi melenceng dengan menjadi seorang suami dalam sekejap.
Bagaimana reaksi Fiona saat mengetahui jika suami yang ia kira laki-laki biasa ternyata adalah seorang kapolres muda di kota Medan?
Akankah ia bisa berbaur pada kehidupan baru dikalangan ibu-ibu anggota bhayangkari bawahan suaminya dengan tubuhnya yang gemoy itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sambutan yang hangat
Dua mobil berhenti di halaman rumah yang bergaya tradisional dengan halaman yang luas. Tenda-tenda sudah berdiri tegak dengan orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Fiona membuang pelan napasnya sebelum keluar dari mobil dengan jantung berdebar kencang. Dari dalam mobil ia melihat seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik tersenyum lebar menyambut kedatangan mereka bersama sang kakak ipar yang menggendong anak keduanya. Tidak hanya mereka berdua, seorang pria paruh baya yang bertubuh tinggi dengan rambut sebagian yang sudah memutih berdiri disamping wanita paruh baya itu yang Fiona duga adalah kedua mertuanya yang selama ini rutin berhubungan melalui videocall dengannya.
Fiona keluar dan memasang senyuman manis saat Zion menghampiri nya lalu menggenggam erat tangannya.
"Mantu ku!" teriak Mama Widuri dengan wajah bahagia berlari kecil menghampiri mereka berdua dan dengan sengaja mendorong tubuh besar Zion hingga bergeser dan berjarak dari sang istri hingga genggaman tangan keduanya terlepas.
Zion terkejut saat menyadari genggaman tangannya sudah terlepas dan Fiona sudah ada dalam pelukan sang Mama dengan menyingkirkan dirinya.
Arimbi tergelak melihat Zion tersingkir oleh Mamanya yang lebih memilih memeluk tubuh besar Fiona yang sedikit membungkuk agar Mama mertuanya tidak berjinjit saat memeluknya.
Tidak hanya Arimbi, Papa Nugraha juga terkekeh melihat wajah masam sang putra karena ulah sang istri yang memonopoli menantu perempuan mereka.
Pipi Fiona terasa kebas diciumi Mama Widuri yang gemes dengan pipi chubby nya yang lembut dan kenyal hingga memerah.
"Ma, istri Laksa bukan anak kecil yang bisa diciumin kayak Firza dan Faisal! Tuh, pipinya sampai merah kayak gitu!" omel Zion dengan menunjuk muka sang istri tercinta.
Mama Widuri terkejut dan merasa bersalah karena terlalu bersemangat membuat menantunya kesakitan gitu.
"Astaghfirullah! Maaf ya, Nak! Mama terlalu bersemangat, jadi suka lupa!" ucap Mama Widuri dengan wajah menyesal.
"Gak papa kok, Ma! Ini bukan karena sakit tapi memang seperti ini kulit Fiona!" sahut Fiona dengan jujur.
"Duh, jadi tambah gemes Mama! Kulit kamu kayak kulit Faisal yang memerah kalau Mama cubit!" ucap Mama Widuri dengan mengusap lembut pipi Fiona.
"Tuh, ketahuan kalau Mama sering cubitin Faisal kan?" tuduh Zion dengan sengaja menggoda Mamanya.
"Is, Mama kan cubit karena gemes bukan karena jahat!" sungut Mama Widuri sebel.
"Hahahaha," Zion tergelak kencang sambil memeluk erat tubuh Mama yang membesarkan dirinya hingga sekarang ini.
Fiona menyalami Papa Nugraha dan memeluk Arimbi serta menyalami semuanya satu persatu termasuk para pelayan yang ikut menyambut mereka karena penasaran dengan Fiona tidak terkecuali Mbok Inem. Wanita paruh baya itu sampai menitikkan air mata karena Fiona tanpa malu dan jijik menyalami tangan keriputnya yang hanya seorang pelayan di rumah itu.
Sikap santun dan ramah Fiona menjadi nilai plus ia dalam keluarga Nugraha selain wajahnya yang cantik blasteran.
"Onty!!!" pekik Firza saat melihat Fiona dan langsung duduk dipangkuan wanita itu.
Zion mendengkus kesal karena sejak mereka datang istrinya dikuasai oleh Mama dan Ibu-ibu yang berkumpul di rumah mereka. Bude Sumirah hanya terkekeh melihat wajah masam Zion sambil memangku Faisal di samping Arimbi.
"Tuh lihat, Paklek mu mukanya kusut gitu kayak ayam tetangga yang bengong nunggu giliran disembelih!" kekeh Bude Sumirah berbicara dengan si kecil Faisal.
"Hehehehe, rasanya senang juga lihat ekspresi muka si kanebo kering yang mulai berubah semenjak punya istri!" sahut Arimbi ikut terkekeh.
"Beuh, kamu gak tau aja kalau si Tole sudah berubah seratus persen, Nduk! Bude aja sampai syok lihat perubahan nya!" cerita Bude Sumirah dengan semangat menggosipkan Zion.
"Beneran Bude?" sahut Arimbi mulai kepo.
Keduanya bisik-bisik cekikikan sambil melihat kearah Zion yang misuh-misuh sendirian dengan mata yang seperti laser mengawasi sang istri yang sedang asyik berbincang dengan sang Mama dan para tetangga sekitar rumah.
Puk!
"Ayo ikut Papa! Biarkan saja istrimu berbaur dengan mereka! Toh, gak ada yang akan bawa istrimu kabur dari sini! Dari pada bengong sendiri mendingan ikut Papa ke kolam!" tegur Papa Nugraha dengan menepuk pelan bahu sang putra.
"Ish, istri Papa itu memonopoli istriku!" sungut Zion dengan wajah datar.
"Hehehehe, biarkan saja Mama mu memanjakan menantu perempuan nya!" kekeh Papa Nugraha sambil merangkul bahu sang anak dan beranjak sama-sama keluar dari ruang keluarga.
Sifat Fiona yang humble dan ramah membuat ia disukai oleh para Ibu-ibu yang membantu masak dan ia sampai kekenyangan disuruh mencicipi camilan yang mereka buat. Apalagi Mama Widuri yang semua makanan di berikan untuk Fiona sampai Fiona kewalahan menolaknya.
"Aduh," pekik Mbok Inem agak meringis saat lengannya tersenggol bahu seorang ibu-ibu yang membereskan piring kosong.
"Loh, kenapa Mbok? Ada yang sakit?" tanya Fiona dengan muka khawatir.
"Iya, Mbok! Apa lukanya masih nyeri?" tanya Mama Widuri juga pada sang asisten rumahnya.
"Gak papa, Ndoro, Den Ayu! Masih sedikit nyeri kalau kesenggol!" jawab Mbok Inem masih agak meringis.
"Emangnya lengan Si Mbok kenapa Ma?" tanya Fiona penasaran.
"Kemarin gak sengaja ke siram air panas saat mau masak! Si Mbok gak sengaja menyenggol Ijah yang mau nganter teh untuk yang kerja, eh ke siram lengannya si Mbok karena si Mbok gak sempat menghindar. Untung aja langsung Ndoro suruh siram pakai air keran biar gak melepuh, meskipun sudah dikasih salep ternyata masih nyeri sampai sekarang kalau gak sengaja kesenggol," jawab Mbok Inem yang ekspresi nya mulai seperti semula sambil memperlihatkan lengannya yang tampak memerah pada Fiona.
"Ke siram air panas???" gumam Fiona pelan lalu matanya melotot saat teringat sesuatu.
"Astaga, jika lengan si mbok sampai kayak gitu setelah disiram air dingin, maka orang itu...," bisik Fiona bicara sendiri lalu ekspresi mukanya berubah seketika itu juga.
"Mama, Ibu-ibu semuanya! Fiona permisi sebentar karena ada hal penting yang akan Nana bicarakan sama Mas Zion!" ucap Fiona langsung berdiri sambil memasang wajah panik.
"Eh, ada apa Nak? Apa masalah apa yang bikin kamu panik begini?" tanya Mama Widuri khawatir melihat wajah panik menantunya.
"Sedikit, Mama! Tapi ini bukan masalah yang sangat mengkhawatirkan karena Nana mau bicara tentang keluarga yang dari Jambi!" jawab Fiona sedikit berbohong agar Mama mertuanya tidak ikut-ikutan khawatir.
"Owalah, ya udah, temuin sana syamimu! Pasti ia misuh-misuh sendiri karena kamu Mama kuasai!" kekeh Mama Widuri dengan lega.
Fiona mengangguk kecil lalu berjalan cepat mencari keberadaan suaminya mengelilingi rumah besar itu.
"Duh, Mas suami kemana sih? Kok gak keliatan batang hidungnya!" keluh Fiona yang tidak menemukan keberadaan sang suami padahal ia sudah mencari di semua sudut rumah.
Ia berjalan keluar rumah menuju halaman tempat para bapak-bapak berkumpul membantu menyusun kursi.
"Satria, Bima! Kesini kalian!" panggil Fiona pada dua ajudan sang suami yang berbaur dengan bapak-bapak tersebut.
Bersambung...