NovelToon NovelToon
Sakit, Dituduh Selingkuh

Sakit, Dituduh Selingkuh

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / nikahmuda
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ludia Tola

Pertemuan dianggap sebagai takdir dalam menjalani kehidupan berumah tangga, namun rasa sakit hati yang ditorehkan setiap saat karena dituduh selingkuh secara perlahan mengubah rasa cinta membeku. Kesabaran ada batasnya. Sampai di manakah batas kesabaran yang miliki oleh tokoh yang berperan sebagai istri (Naya)?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ludia Tola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari Perhatian

Untuk kedua kalinya Robin harus menunda hasrat yang sudah menggebu hingga ke ubun-ubun. Ia kembali ke rumah melalui jalan pintas dan keadaan rumah juga masih sepi karena istri dan anaknya sedang istirahat.

Robin masuk ke kamar mandi dan menyiram kepalanya hingga rasa segar segera menjalar ke tubuhnya yang memang sangat gerah.

Bayangan tubuh Tantri yang polos tanpa sehelai kain pun menari-nari di pelupuk matanya sehingga tanpa sadar ia mulai berhalusinasi sedang mencumbui wanita itu dalam bayangan.

Cukup lama ia berada dalam kamar mandi. Air dari kran dan suaranya yang rancu berpadu jadi satu dan tidak jelas.

Istrinya yang sudah kebelet untuk buang air kecil jadi gelisah di pintu. Ia pun hendak keluar dengan maksud untuk buang air kecil di kamar mandi yang ada di dekat dapur namun langkahnya terhenti karena mendengar pintu kamar mandi sudah terbuka.

Ia nyelonong masuk tanpa menghiraukan suaminya yang berdiri dengan kaki dan gugup di pintu.

(Jangan-jangan aktifitas yang kulakukan tadi di dalam direkam oleh istriku. Aduh, jadi malu sendiri.)

Robin segera mengenakan pakaian dan bergegas membuka toko lalu melayani pembeli untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan dari istrinya.

Sementara itu Naya yang merasa sangat lelah ingin menyegarkan tubuhnya. Ia pun segera mandi lalu kembali bergelut dengan pekerjaan rumah.

Selama tiga hari rumah ditinggal jadinya sangat berantakan dan kotor.

Tak lupa ia memasak bubur untuk Rona setelah ia membersihkan rumah dari debu-debu yang menempel.

Ketika ia hendak memasak ada bumbu dapur yang kurang sehingga ia bergegas ke toko untuk mengambilnya.

"Ehh, Mbak Naya udah pulang, rupanya," sapa Tantri dengan wajah manis dan ramah.

Naya yang hendak menjawab menutup mulut dengan telapak tangannya karena matanya tertumbuk pada sendal yang dikenakan oleh Tantri.

Bukankah sendal itu yang tadinya terletak di teras rumah?

Melihat hal itu Robin langsung paham. Ia pun mulai mencari kalimat yang tepat untuk menjelaskan agar Naya tidak curiga.

"Tadi pagi saya ke sini, pengen besuk Rona tapi baru aja saya ketuk pintu tiba-tiba seekor anjing muncul dan menggonggong dengan keras membuatku lari terbirit-birit, sendal saya sampai ketinggalan," tutur Tantri mendahului Robin yang masih kebingungan.

"Ohh, ternyata sendal kamu, tadi saya heran, kok ada sendal wanita di teras rumah," ucap Robin.

"Anjing siapa yah? soalnya kami nggak memelihara anjing," tanya Naya.

"Mungkin anjing lewat," jawab Robin sekenanya.

"Eh, ngomong-ngomong bagaimana keadaan Rona?" tanya Tantri untuk mengalihkan perhatian.

"Udah agak baikan," sahut Naya.

"Saya pengen menjenguknya," kata Tantri lagi.

"Yuk, kita masuk!" ajak Naya.

Tantri mengikuti Naya masuk ke rumah setelah mengedipkan matanya sebelah kepada Robin yang langsung dibalas dengan tatapan serta senyum yang penuh arti.

Naya mengantar Tantri ke kamar Rona lalu ia sendiri kembali lagi untuk mengambil bumbu yang tadinya menjadi tujuan utama ke toko.

"Maaf saya tinggal sebentar yah, mau ambil bubur dulu buat Rona, mumpung ia udah bangun!" ucap Naya setelah kembali dari toko.

"Iya, silahkan, nanti saya yang jagain Rona!" ujar Tantri serama mungkin.

Tantri pikir, akan lebih mudah untuk mendapat cinta dan perhatian Robin menggunakan cara yang halus seperti ini.

"Sini, biar saya yang suapin!"

"Apa nggak merepotkan?"

"Nggak kok, silahkan kerjakan yang lain, saya tahu pasti pekerjaan di dapur lagi numpuk soalnya ditinggal beberapa hari, lagian juga saya bosan di rumah sendirian,"

"Yah, Udah kalau begitu, terima kasih sebelumnya!"

Naya memberikan mangkuk yang berisi bubur itu kepada Tantri lalu mendekati anaknya.

"Kamu ditemani oleh Tante dulu yah, soalnya Ibu mau cuci pakaian kotor yang dari rumah sakit!" katanya dengan lembut kepada Rona.

Rona menganggukkan kepala dengan lemah. Naya mengusap kepalanya lalu kembali ke dapur.

Setelah Naya berlalu, Tantri mulai menyuapi Rona sambil sesekali melirik ke pintu kamar dan berharap Robin akan lewat dan melihat aktifitasnya, ingin memperlihatkan kepada laki-laki itu bahwa ia sangat peduli dengan Rona. Dengan begitu akan lebih memudahkan untuk berkomunikasi setiap saat.

"Ayo buka mulut, Sayang!" kata Tantri dengan suara yang dibuat selembut mungkin.

"Udah kenyang Tante,"

Samar terdengar langkah yang semakin lama semakin dekat ke arah kamar. Tantri pun mengambil posisi duduk menghadap ke arah pintu yang terbuka agar dirinya kelihatan bagi siapa pun yang akan lewat.

"Ayo, Sayang, tinggal dua suap lagi!" ucapnya lagi dan bersamaan dengan itu pula pemilik langkah yang terdengar muncul di pintu.

Tantri memperlihatkan sikapnya yang manis untuk mencari perhatian dan tersenyum penuh arti.

"Aduh, rupanya anak cantikku sedang makan, yah! Ayo, dihabisin Sayang!" kata Robin dengan hati senang melihat anaknya bisa sedekat itu dengan tetangga yang cantik dan menggiurkan.

Rona menggelengkan kepalanya.

"Tolong ambilkan air minum dulu buat Rona!" pinta Tantri kepada Robin.

Robin segera menuju ke dapur. Di sana ia mendapati istrinya yang masih bergelut dengan cucian. Saking sibuknya, Naya tidak menyadari kedatangan suaminya.

Usai menuang air ke dalam gelas, Robin kembali ke kamar dan ia sengaja duduk di sebelah Tantri tanpa jarak.

Tantri segera mengarahkan pipet ke bibir Rona dan anak tersebut minum hingga setengahnya dari gelas tersebut.

"Nah, sekarang anak cantik sudah boleh istirahat!" kata Tantri dengan penuh kasih sayang.

Rona berbaring memunggungi mereka dan kesempatan ini tidak disia-siakan. Robin segera melumat bibir merah milik Tantri dengan buasnya sedangkan kedua tangannya meremas-remas bukit kembar yang menantang.

Tangan Tantri juga tidak mau diam. Ia mengelus lembut dada bidang yang berbulu dengan bibir yang masih menyatu.

Baju ketat yang dikenakan oleh Tantri dengan belahan panjang di bagian depan memudahkan tangan Robin untuk menyusup ke dalam dan menggapai bukit kembar yang masih kenyal mirip kepunyaan seorang gadis itu secara sempurna.

Tangan yang satu mulai menjalar turun dan menyibak rok pendek yang berbahan lembut untuk menggapai sesuatu yang sudah mulai basah.

Akhirnya ia bisa menyentuh dan memainkan jemarinya dengan leluasa di sana sambil matanya awas melihat tubuh mungil anaknya, jangan sampai ia berbalik dan melihat aktifitas mereka yang sebenarnya terlarang.

Suara Tantri hampir saja keluar karena merasakan sensasi yang luar biasa tapi dengan lincah tangan Robin membekap mulutnya.

"Udah dulu, nanti kita lanjutkan lagi!" bisik Rona di telinga Tantri.

Ia khawatir jika tiba-tiba saja istrinya muncul dan memergoki mereka.

"Janji yah! Kamu harus cari cara agar sebentar malam kita bisa menyelesaikan permainan ini. Saya udah nggak kuat bila harus menunda-nunda terus," bisik Tantri pula penuh harap.

Robin bergegas kembali ke toko sebelum Naya melihatnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!