Kehilangan suami yang sangat di cintai membuat Gina depresi namun dia sama sekali tidak akan menyangka bahwa orang yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri justru mempunyai perasaan khusus terhadap dirinya hingga dia jatuh ke dalam peristiwa yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Berhentilah berpura-pura Raka, bukannya aku lebih cantik dari istrimu?" Anita tidak menyerah dengan perasaannya.
"Tolong hentikan Anita!! aku masih berbaik hati kalau bukan karena istriku pasti aku gak mau mengajakmu. Cukup! sekarang lebih baik kamu turun"
Raka tampak sangat geram namun Anita menanggapinya dengan senyuman.
"Hah!! kenapa dia malah senyum? apa Anita sudah gila?" benak Raka.
"Baiklah sayang, aku turun sesuai dengan keinginanmu. Tapi.. apa boleh aku pegang tanganmu, sebelum istrimu datang" pinta Anita tak punya rasa malu.
"Cukup! aku gak akan mau bicara lagi denganmu Anita" Raka keluar dari mobil dengan sangat kesal.
Kemudian dia menutup pintu mobilnya dengan sangat kencang.
Brak!
Bukannya kecewa dan sedih justru Anita tersenyum melihat respon Raka yang marah terhadap dirinya.
Kata menyerah tidak ada dalam kamus Anita, dia pun akhirnya turun dari mobil sambil tersenyum.
"Ckck.. sayang, jangan marah-marah" ucapnya berjalan di belakang Raka.
Raka tidak memperhatikan Anita yang semakin keterlaluan, dia berjalan dengan cepat untuk masuk ke dalam restoran menunggu Gina datang.
Meskipun sangat keberatan dengan keberadaan Anita namun Raka tidak mungkin asal mengusirnya karena Gina yang memintanya untuk mengajak Anita.
Mereka berdua duduk di tempat yang berada di tengah restoran tersebut karena hanya disana yang kosong.
Datanglah Gina yang kembali dari toilet, dia terkejut karena Raka sudah duduk di dalam restoran.
"Lho, kalian sudah disini ya. Apa aku membuat kalian menunggu lama?" ucap Gina sembari duduk di samping Raka.
"Gak sayang, aku baru duduk beberapa menit yang lalu" jawab Raka sambil menyentuh tangan Gina.
"Pfftt.. iya, kami baru saja duduk kok" sambung Anita.
Anita menyeringai dan berharap Gina menaruh kecurigaan terhadap dirinya dan juga Raka.
"Hmph! begitu ya? yasudah, kita pesan makanannya sekarang ya" kata Gina membalasnya dengan tersenyum.
"Aneh, kenapa perempuan ini malah biasa saja? apa dia gak marah atau curiga dengan suaminya? aku kan masih gadis dan lebih cantik dari dia" benak Anita sambil melihat menu dengan sesekali melirik Gina.
Sedangkan Gina dengan santainya tidak peduli dengan Anita.
"Sayang, kamu mau makan apa? lihat deh, ini sepertinya menu baru ya? aku baru lihat yang ini" ucap Gina dengan bersikap manja.
"Kamu pasti lupa sayang, ini menu yang sudah lama ada. Apa kamu mau coba makan yang ini?" jawab Raka menawarinya.
"Eum.. boleh. Aku pesan ini, kalau sayang yang mana?"
"Yang ini"
Keduanya tampak mesra dan kembali tidak memperdulikan Anita.
*
*
Sampai akhirnya mereka pun selesai makan malam di restoran tersebut.
Saat itu Raka sedang membayar di kasir dan pergi sebentar untuk ke toilet.
Disana hanya ada tinggal mereka berdua saja di meja itu.
"Anita" panggil Gina.
"Iya, kenapa?" jawab Anita dengan ketus.
"Aku diam bukannya gak tahu tapi aku menunggu waktu berdua denganmu. Gak perlu basa-basi tapi tolong mengerti lah kalau rumah tangga kami sedang bahagia. Berhentilah mencoba masuk dalam kehidupan kami" kata Gina dengan kata yang masih sopan.
"Hah?! apa maksudnya? kamu gak berhak mengatakannya, semua ini antara aku dan juga Raka. Kamu itu cuma beruntung karena berada di rumah yang sama dengan Raka. Kalau bukan, mana mungkin Raka mau menikah dengan mu yang bekas kakaknya" jawab Anita dengan sombongnya.
Gina terdiam menahan emosinya namun berusaha untuk tetap tenang.
"Ehem.. memang benar aku beruntung tapi aku berhak karena aku istri Raka. Kalau kamu gak mau di permalukan, lebih baik berhenti sekarang!" pinta Gina.
"Hahaha.. dengan cara apa? memangnya kamu bisa apa? aku gak akan menyerah, aku mencintai Raka dan aku punya hal berharga yang gak bisa kamu beri" jawab Anita masih bersikeras.
"Baiklah, aku tahu kalau kamu masih gadis tapi apa kamu gak malu, mendekati pria yang sudah beristri?" Gina bertanya kembali.
"Tinggal cerai saja kan? apapun itu aku gak peduli karena yang ku inginkan cuma Raka dan itu harus"
Rupanya kini Gina paham perasaan Raka yang sangat terganggu dengan Anita karena sikap keras kepalanya itu sulit di taklukkan.
"Kalau kamu masih bersikeras, baiklah" Gina berjalan keluar meninggalkan Anita.
Perilaku Gina sangat mencurigakan hingga Anita merasakan perasaan yang terintimidasi hanya dengan ucapan yang singkat itu.
"Tunggu!" ucap Anita.
"Apa maksudmu? kenapa tiba-tiba pergi? apa yang akan kamu lakukan?" tanya Anita panik.
"Hmph.. apa sekarang kamu takut?" jawab Gina dengan berbisik ke telinganya.
"Haah.. apa yang kamu lakukan sekarang?" Anita menutup telinganya karena merasa tergelitik.
Gina hanya tersenyum dan tidak menghiraukan Anita.
Dia menuju ke mobil namun Anita yang takut dengan sikap Gina yang berubah menjadi dingin itu, mengikutinya dengan tergesa-gesa.
"Hei.. tunggu!" Anita meraih tangan Gina.
Grep!
"Sekarang apa lagi!" Gina mengatakannya dengan tatapan yang tajam.
"Cepat katakan, apa yang kamu rencanakan?" Anita sangat panik.
"Oh? sekarang kamu takut? bukannya kamu gak mau di ajak bicara baik-baik?" Gina menyeringai.
Anita sangat takut dengan tatapan Gina dan ucapan yang terasa menusuknya.
"Aku paling gak suka di buat penasaran, cepat katakan?" kata Anita.
"Baiklah, karena kamu sangat ketakutan. Dengarlah dengan benar!" Gina menunjukkan rekaman suara dari handphone nya.
Sontak Anita sangat kaget karena percakapannya dengan Gina terekam dengan jelas.
"Berikan rekaman itu!" Anita mencoba meraih handphone Gina namun tidak bisa.
"Kamu pikir aku bodoh? meskipun ku serahkan handphone ini, percuma saja karena rekaman ini sudah ku kirim ke orang lain untuk berjaga-jaga"
"Hah?! kamu benar-benar perempuan licik! katakan apa mau mu"
"Rupanya kamu cukup pintar ya meskipun masih saja bebal. Dengar! kubur semua angan dan hayalmu itu dan jangan pernah mengganggu rumah tangga ku lagi atau suara indahmu ini tersebar luas. Paham?!" Gina mendekatkan dirinya untuk menekan ucapannya agar Anita takut dengan ancamannya.
"Yasudah aku gak akan ganggu kalian lagi. Sungguh gak di sangka, ku pikir kamu cuma perempuan pendiam ternyata kamu perempuan kejam" jawab Anita.
Dia akhirnya merasakan ketakutan akan aibnya yang bisa saja terbongkar.
Gina memberikan surat perjanjian agar Anita benar-benar berhenti menggoda Raka, bukan hanya ucapan belaka.
"Silahkan tanda tangan disini" pinta Gina menyerahkan pulpen hitam itu.
"Haha.. bahkan sampai sudah di persiapkan semua ini? ck"
Anita tidak berkutik dan menandatangani perjanjian itu dan berjanji tidak akan mengganggu rumah tangga mereka.
Dan akhirnya Anita pulang dengan sendirinya karena tidak suka berada di dekat Gina yang dia pikir telah menjebak dirinya.
Dia pikir Gina seorang wanita yang mudah tapi nyatanya cukup pintar demi menjaga suaminya tak tergoda dengan perempuan lain.