Di sebut wanita mandul memang sangatlah menyakitkan bagi wanita manapun tak terkecuali Fana. kata mandul hampir setiap hari menjadi santapan sehari-hari bagi wanita cantik itu. suami yang sepantasnya memberi dukungan bahkan seharusnya menjadi tempat untuk mengadu seakan mendukung ibunya, dan itu semakin membuat Fana merasa semakin terpojokkan.
Hingga suatu saat pekerjaannya seolah mendekatkan dirinya dengan seorang pria muda yang merupakan model di agensinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhasil meyakinkan calon mertua.
"Kamu kenapa, Fan." tanya Chici saat mendapati Fana diam saja, seperti sedang melamun di ruang kerjanya.
Mendengar suara Chici, pandangan Fana sontak beralih pada sahabatnya itu. "Chi, saat ini Riza sedang berada di Bogor untuk menemui bapak dan ibu, dan kata ibu ditelepon tadi tujuan Riza datang menemui mereka untuk melamar aku." Fana yang cukup terbuka dengan Chici memilih berbagi cerita tentang hal itu pada Chici.
"What????." kedua bola mata indah milik Chici melebar dengan sempurna. belum habis rasa keterkejutannya pagi tadi saat Fana menceritakan bahwa semalam Riza melamar dirinya, dan hal itu terbukti dengan cincin berlian yang kini tersemat di jari manis Fana, kini Chici kembali di kejutkan dengan pengakuan Fana jika saat ini Riza sedang berada di Bogor untuk menemui kedua orang Fana.
"Aku benar-benar salut sama Riza, setelah kamu menerima lamarannya dia langsung ke Bogor untuk menemui kedua orang tua kamu. laki banget si Riza, untung kamu menerima lamarannya coba kalau tidak bisa dipastikan aku yang nawarin diri buat jadi istrinya." lanjut komentar Chici, dan tentunya Chici tak bersungguh-sungguh dengan kalimat terakhirnya.
"Lagi ngomongin apa sih kalian." timpal Luki yang baru saja bergabung bersama kedua Sahabatnya itu.
"Mau tau aja atau mau tau banget????." ujar Chici, sengaja ingin membuat Luki semakin penasaran.
Luki berdecak kesal mendengarnya, ia tahu betul jika saat ini Chici sengaja ingin membuatnya semakin penasaran.
"kamu tau nggak saat ini Arjunanya studio sedang berada di Bogor untuk menemui calon mertua." setelah cukup lama akhirnya Chici menyampaikan kabar tersebut pada Luki sembari mengulas senyum menggoda saat melirik pada Fana.
"Waaaahhhh... bentar lagi berubah status nih, dari Nona Nirfana aurelia jadi Nyonya Rizaidan Fathariano." tak jauh berbeda dengan Chici sepertinya Luki pun ikut melontarkan kalimat menggoda yang ditujukan untuk sahabatnya, Fana. Sebagai sahabat yang tahu betul bagaimana terpuruknya Fana saat berpisah dengan mantan suaminya, Luki Turut merasakan kebahagiaan saat mendengar jika Riza telah melamar Fana dan kini Riza bahkan sedang berada di kota kelahiran Fana untuk melamar pujaan hati pada kedua orang tuanya.
"Apaan sih kalian." hanya itu yang terucap dari mulut Fana ketika kedua sahabatnya itu terus menggodanya.
"Kamu beruntung banget Fan di cintai setulus itu oleh seseorang." Chici kembali berkomentar sembari membayangkan jika suatu saat nanti tuhan juga akan mengirimkan seseorang untuk menjadi pendamping hidupnya.
Fana mengulas senyum mendengarnya, tak dapat ia pungkiri bahwa apa yang dikatakan Chici memang benar adanya, ia sendiri bahkan tidak menyangka jika pria muda yang dulunya sudah di anggapnya seperti adik sendiri justru menyimpan rasa terhadap dirinya.
**
Setelah mengobrol panjang lebar akhirnya Riza pun berhasil meyakinkan kedua orang tua Fana jika dirinya bersungguh-sungguh ingin membina rumah tangga bersama Fana tanpa mempermasalahkan status Fana yang pernah merasakan kegagalan dalam rumah tangga sebelumnya.
Masih di tengah percakapan Riza dan kedua orang tua Fana, tiba-tiba saja ada tiga orang pria datang bertamu ke rumah pak Isman, dan salah satu di antaranya merupakan pria paru baya bertubuh tambun lengkap dengan sebuah topi koboi yang menutupi Kepala botaknya.
"Assalamualaikum." ucapan salam sontak saja mengalihkan perhatian mereka ke sumber suara.
"Waallaikumsalam." jawab Ketiganya hampir bersamaan.
"Pak Memed." Pak Isman terdengar berseru saat menyadari keberadaan juragan beras di desanya itu kembali datang bertamu ke rumahnya.
"Silahkan masuk dulu, pak." timpal Bu Mia mempersilahkan pak Memed masuk ke dalam rumah.
"Terima kasih." pria bertubuh tambun tersebut nampak senyum senyum, dari raut wajahnya seperti sedang merasakan kebahagiaan yang luar biasa, dan itu berhasil membuat Riza mengerutkan dahi melihatnya.
Sementara pak Isman dan Bu Mia justru kompak saling melempar pandangan satu sama lain.
Kini pak Memed telah menempati sofa yang tepat berhadapan dengan Riza.
"Maaf jika kedatangan saya sudah menganggu, saya ke sini hanya ingin menanyakan perihal neng Fana. Kira-kira kapan ya neng Fana kembali ke kota ini???." dengan gelagat malu-malu layaknya ABG yang sedang jatuh cinta pria tambun itu berucap, terlebih ketika menyebut nama Fana, pria bertubuh tambun tersebut semakin nampak malu-malu, lebih tepatnya sih malu-maluin.
Baik pak Isman dan Bu Mia hanya bisa menghela napas melihat tingkah pak Memed yang hampir setiap hari datang ke rumahnya hanya untuk menanyakan tentang kapan putrinya akan kembali, bukan hanya itu pak Memed bahkan tak malu mengungkapkan rasa sukanya terhadap Fana dihadapan pak Isman dan Bu Mia. Dan semua itu dilakukan pak Memed setelah mengetahui jika Fana telah bercerai dengan mantan suaminya, indra.
"Kedatangan saya hari ini sekaligus ingin menyampaikan pada bapak dan ibu jika Saya sudah meminta izin pada anak anak saya untuk menikahi neng Fana dan mereka sama sekali tidak keberatan." lanjut ucap pria tambun itu.
"Begitu ya, pak." Bu Mia hanya bisa mengulas senyum kaku saat mendengar kalimat menggelikan yang baru saja diucapkan pak Memed.
Kini pandangan Pak Memed tertuju pada Riza yang sejak tadi hanya diam saja mendengar ia bercerita. "Adik dari kota ya???." tentu saja pertanyaan itu ditujukan pak Memed pada pada Riza.
"Iya pak." sahut Riza dengan nada dan raut wajah datarnya.
"Kamu ganteng sekali, bapak jadi keinget waktu masih muda dulu, soalnya gantengnya bapak waktu muda dulu sebelas duabelas sama kamu." pak Isman dan Bu Mia nampak melipat bibir berusaha untuk menahan tawa mendengar pengakuan tak masuk akal dari pak Memed.
Riza hanya merespon ucapan pak Memed dengan anggukan sekilas yang disertai seulas senyum tercipta di sudut bibirnya.
"Keponakannya ya pak, ganteng banget???." kini pertanyaan serta pandangan Pak Memed beralih pada pak Isman dan Bu Mia.
"Bukan pak, ini nak Riza calon suaminya Fana." sahut Bu Mia.
"A_pa.....calon suaminya neng Fana???." sepertinya pak Memed benar-benar terkejut mendengar pengakuan Bu Mia, untungnya penyakit jantung pria itu tak sampai kumat.
Tatapan kagum yang tadi sempat dilayangkan pak Memed pada Riza seketika berubah menjadi tatapan kesal, pria itu menganggap Riza telah merebut Fana darinya. dengan wajah kesalnya pria tambun tersebut beranjak meninggalkan rumah orang tua Fana tanpa berpamitan, di saat harapannya untuk menikahi saja pujaan hati pupus begitu saja.
Asisten Adnan yang tadi ikut masuk ke dalam untuk memastikan keamanan Riza setelah kedatangan pak Memed dan kedua anteknya nampak menggelengkan kepala, ia tak habis pikir ada pria tua bangka yang ngebet ingin menikahi wanita muda.
Setelah kepergian pak Memed, Bu Mia dan pak Isman pun menceritakan sedikit tentang sosok pak Memed pada Riza. Bukannya marah setelah mendengar cerita Bu Mia tentang pak Memed yang begitu tergila-gila pada Fana, Riza justru tersenyum geli mendengarnya. "bagaimana bisa pria tua bangka sepertinya masih bertingkah seperti ABG yang lagi kasmaran." batin Riza tak habis pikir, apalagi dari wajahnya usia pak Memed di atas usia ayahnya.