KETOS ALAY yang sedang mengincar murid baru disekolahnya, namu sitaf pria itu sangat dingin dan cuek, namun apakah dengan kealayannya dia bisa mendapatkan cinta Pria itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayinos SIANIPAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 12
Berpindah Hati?
Tidak semua yang kamu pikirkan itu kenyataan. Salinglah percaya untuk memulai hubungan, karena apa pun yang akan terjadi kalau kita percaya tentang hal positif, maka hal positiflah yang akan menghampirimu.
Oh Jadi Sudah Pindah Hati
Daripada memikirkan si culun, mendingan gue ke kantin menyusul Refan. Farel pun menyusuri jalanan, entah kenapa dia selalu memikirkan Nifa yang sering memanggilnya waktu di koridor, sering memberi bekal, mengajak ke kantin, dan bahkan sampai dia tersedak, sekarang tidak ada lagi. Farel pun tiba di kantin dan langsung mendapatkan pemandangan yang membuatnya beribu-ribu tanya.
"Oh, sekarang sudah enggak mau mencari gue, karena lo sudah nyaman sama Agung? Pantas saja gue selalu merasa Agung peduli banget ke itu cewek," ujar Farel ketus.
"Maksud lo apaan sih, Rel?" ucap Nifa pada Farel, yang datang tiba-tiba.
"Pantas saja lo enggak datang ke kelas gue, nyatanya lo sudah sama Agung. Kemarin minta kesempatan biar bisa dekat sama gue, nyatanya lo sama Agung, segitu doang antusias lo," ujar Farel menyeletuk. Refan kaget melihat abangnya tiba-tiba arogan banget.
"Gue sama Agung cuma bicara-bicara doang sambil makan bakso, apa salahnya coba?" tanya Hanifa kesal menatap Farel.
"Mau lo bicara, ataupun sekali lo jadian, enggak ada ruginya sama gue," Farel pun meninggalkan kantin, hatinya berkecamuk, dia kecewa dengan keadaan ini. Kenapa Farel tiba-tiba sensitif begini?
"Rel, Farel, tungguin aku!" Farel tak menggubrisnya sedikit pun, dia terus berjalan hingga akhirnya langkahnya berhenti. Farel pun menatap indahnya taman, sedangkan Nifa berusaha terus mengejarnya, namun dia kalah cepat, hingga Desti menemui Farel di taman tanpa sengaja.
"Hai, Rel, lo lagi apa?" tanya Desti lembut ke Farel.
Farel menatap Nifa di belakang sekilas dan menjawab pertanyaan Desti. Yah, Hanifa tetap mengejarnya sejauh apa pun itu. Dasar Hanifa bodoh.
"Gue cuma mau melihat pemandangan saja," jawab Farel sembarangan.
"Pagi-pagi suasana di sini menenangkan, ya," ujar Desti pada Farel. Yah, jam masih menunjukkan pukul 10:15.
"Lumayan," jawab Farel lembut. Nifa melihat mereka, serasa dadanya sesak, bagaikan luka yang diberi asam, perih.
"Gue suka bicara sama lo, lo orangnya asyik, kece lagi," ucap Farel yang sengaja meninggikan suaranya agar Hanifa mendengar.
"Gue orang yang bodoh melihat kalian bermesraan, tapi aku senang, Rel, lihat lo bahagia, karena gue sadar cinta enggak bisa dipaksa, gue akan pergi dari lo, gue akan berusaha sebisa mungkin, agar lo bahagia, karena cinta harus mampu mengikhlaskan," ucap Nifa lirih dalam hatinya, aku mungkin hanya angin yang mengetahui ucapannya. Nifa pergi dari taman tersebut dan menghapus air matanya. Sakit rasanya, padahal dia sudah berusaha agar tidak berharap lagi pada Farel, namun tak ada yang dapat dilakukan karena hatinya sudah bicara.
"Sial, di mana Nifa? Kenapa dia enggak marah? Dia malah biarkan gue sama Desti," kesal Farel dalam hatinya. Entah apa yang dipikirkannya pada saat ini, kenapa rasanya dia selalu kesal jika Nifa cuek padanya? Kenapa dia selalu memikirkan gadis itu? Mungkinkah Farel mulai jatuh cinta padanya? Ada apa dengan Farel?
"Rel, lo lihatin apa sih di belakang?" tanya Desti bingung melihat Farel yang sedari tadi fokus melihat ke arah belakang.
"Enggak kok, gue enggak lihat apa-apa," ujar Farel berbohong dan mengubah arah pandangannya ke arah lawan bicaranya.
"Lo sama Nifa lagi dekat, ya?" tanya Desti to the point.
"Gue? Sama Nifa? Yah, enggak lah, mending gue sama lo daripada sama dia," ujar Farel sembarangan.
"Lo apaan sih, Rel?" ucap Desti tersipu malu.
"Iya, lo sama dia beda jauh banget, dia itu cocoknya jadi pembantu, bukan pasangan, ngapain juga gue sama dia, dia saja yang terus-menerus mengejar-ngejar gue," ujar Farel sembarangan tanpa memikirkan risikonya. Anak orang baper kali, Rel.
"Gue sayang sama lo, Rel, gue mau teman hidup lo," ujar Desti yang tiba-tiba baper. Farel yang mendengarnya hanya diam. Apa yang harus ditanggapi, dia bingung.
"Rel, lo suka sama gue kan?" Desti menyandarkan kepalanya ke lengan Farel yang kekar.
"Gue duluan ya," ucap Farel, dan pergi meninggalkan Desti yang menatapnya penuh harapan. Farel pun meninggalkannya dan tanpa sengaja berhadapan dengan Sarah.
"Kenapa lo jahat banget sih sama sahabat gue, Rel, apa sih kurangnya dia? Sampai lo segitunya, sampai-sampai lo enggak ada memberi dia tempat," ucap Sarah kecewa dan kasihan melihat sahabatnya yang benar-benar terluka saat ini.
"Tapi gue enggak tahu sama perasaan gue, Sar," ucap Farel frustrasi.
"Cukup, lo enggak usah kasih dia waktu untuk membuktikan semuanya," ucap Sarah yang muak dengan semuanya ini.
Sarah pergi meninggalkan semuanya, dia tak mau tahu apa yang telah terjadi, yang dia tahu Farel telah membuat sahabat kesayangannya terluka, dia tidak bisa diam saja melihat perlakuan orang-orang kepada sahabatnya. Cukup dia diam selama ini, tapi sekarang waktunya melindungi sahabatnya, Nifa. Sarah hanya ingin melihat Nifa yang super alay, dan super bawel. Dia tahu akhir-akhir ini Nifa berubah gara-gara Farel.