NovelToon NovelToon
Istri Yang Kesepian

Istri Yang Kesepian

Status: tamat
Genre:Tamat / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:17.3k
Nilai: 5
Nama Author: Vie Amza

Siapa yang tidak bahagia bisa menikah dengan laki-laki yang selama ini aku cintai. Laki-laki yang sangat sempurna menurut ku. Dia baik, perhatian dan pekerja keras.
Namun Aku salah menduga, ketika pernikahan tidak seindah yang Aku bayangkan.

Berharap akan menjadi teman hidup yang bisa berbagi cerita,tempat ternyaman untuk berbagi kisah berdua dengan suaminku, nyatanya itu tak sesuai harapan.
Akan kah bisa seorang istri menghilangkan rasa sepi di hatinya, meluapkan apa yang menjadi beban fikirannya selama ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Amza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meluapkan Emosi ku

  "Mas, Bagaimana bisa kamu bersikap ramah dan ku perhatikan kamu lebih nyaman ngobrol dengan teman-teman mu."

 "Emang kenapa ? Perasaan ku biasa saja."

 "Di rumah kamu cuek sekali sama aku dan Raya. Sekedar mengajak ku ngobrol saja tak pernah lagi."

 "Kamu jangan mulai lagi ya, aku cape berdebat soal ini."

"Aku bukan ingin berdebat, hanya ingin tahu saja. Kenapa seperti itu ?”

 "Tanya saja sama diri kamu. Aku gak tau harus jawab apa."

 Setiap kali aku ajak bicara, Mas Bagas selalu seperti itu.

  Hari itu, aku menunggu nya pulang dari kantor. Berharap dia meluangkan waktu untuk ku sedikit, namun nyatanya tidak demikian.

 Pulang ke Rumah dengan ke adaan lelah dan cape, aku tau sekali apa yang dia rasakan seharian bekerja.

Seperti biasa aku menyambut nya, menyiapkan satu gelas minum untuk nya. Ku biarkan dia istirahat sekejap agar nanti kita bisa ngobrol.

Sudah dua puluh menit aku duduk di samping nya. Namun, tak ada obrolan sepatah katapun. Dia masih fokus dengan ponsel nya, ponsel yang tak pernah lepas dari tangan nya.

 Aku membuka topik obrolan. Ingin tau apa dia akan merespon obrolan ku.

"Mas, hari ini Raya rewel terus. Aku sampe lelah membujuk nya."

"Kenapa dia?"

  Mas Bagas merespon obrolan ku, walau matanya masih fokus ke ponsel.

"Itu biasa berantem sama teman-teman nya rewel nya di rumah."

"Oh."

 Hanya segitu saja respon Mas Bagas. Padahal masih banyak sekali yang ingin aku ceritakan.

"Kamu gimana di kantor?"

 Tanya ku lagi kali ini dengan topik yang berbeda.

"Ya gitu. Biasa aja kaya sebelum nya."

 Aku tak bisa meneruskan obrolan seperti ini. Untuk apa jika respon nya dingin.

Akhir nya aku memutuskan beranjak dari duduk ku, dan masuk ke kamar. Jangan kan bertanya aku mau kemana, melihat ku pergi saja tidak. Benar-benar Mas Bagas ini bikin aku kesal sendiri.

 Aku melamun di kamar ku. Bulak balik melirik ponsel yang beritanya itu-itu saja. Bosan sekali rasa nya tak ada teman bicara.

 Raya masih kecil, mana mungkin aku curhat ke anak ku sendiri.

 Nuri, dia sedang sibuk mempersiapkan acara pertunangan nya. Aku tak bisa mengganggu nya saat ini.

 Setelah sholat magrib aku memutuskan untuk membeli makanan ke luar. Aku izin sama Mas Bagas untuk pergi sendiri, tentunya dia selalu mengizinkan.

 Dengan hati yang masih kesal, aku pergi dan sengaja memilih tempat makan yang jarak nya cukup jauh sekali dari Rumah.

 Memesan makanan dan duduk sendiri tanpa di temani anak dan Suami ku, pulang ke rumah jam 21:00 . Itu yang ada dalam pikiran ku saat itu. Asalkan pulang ke rumah dalam keadaan hati tenang kembali.

 Ketika perasaan tak lagi di dengar, hanya itu yang bisa aku lakukan. Pergi menjauh dan menyendiri.

 Tak bisa aku meluapkan emosi ku di Rumah, ada Raya di sana.

 Mas Bagas menelpon ku berkaki-kali, sama sekali tak ada yang aku angkat panggilan nya. Beberpa kali juga dia mengirimkan pesan padaku, tapi tak ada yang aku balas.

 Waktu menunjukan pukul 20:45 aku memutuskan untuk pulang ke Rumah. Karena sudah cukup lama aku pergi.

 Sampai di Rumah, ku lihat raut wajah Mas Bagas seperti ya marah padaku.

"Kamu darimana saja , beli makanan sampe dua jam seperti ini?."

"Dari depan Mas, cuman biasa ketemu ibu-ibu komplek aku keasikan ngobrol."

"Tau waktu kalau pergi, aku telepon gak ada yang di angkat, di chat gak di bales. Mau kamu apa sih?."

 "Ponsel ku di silent Mas, maaf."

 Aku duduk di kursi sambil melihat ke arah televisi. Mas Bagas yang masih mengomel aku dengarkan saja sampai dia selesai.

"Bikin khawatir saja!"

 Bentak nya lagi.

 Aku senang di balik omelan nya ternyata masih ada rasa perhatian dan ke khawatiran nya padaku.

 Walau aku harus berjuang dulu melakukan hal yank seharusnya aku lakukan, tapi hanya itu cara ku menarik perhatian nya.

...*****...

 "Kamu mau kemana Mas?"

 Tanya ku ketika melihat Mas Bagas bersiap-siap mengenakan jaket dan sepatu.

"Ke Rumah mamah."

"Ada apa ke sana ?"

"Pengen aja. Memang nya gak boleh?"

"Ya aku kan tanya, takut nya ada apa aku ikut."

"Sudah kamu di Rumah saja. Aku mau sekalian ke Rumah teman sehabis dari Mamah."

 Belum sempat Mas Bagas pergi, tiba-tiba Kak Irwan datang.

"Kemana Gas?"

 Tanya Kak Irwan sambil memarkirkan motor nya.

"Mau ke Rumah orang tua nih, dah lama gak kesana ."

"Sendiri ?"

 tanya Kak Irwan lagi.

"Iya. Kamu sendiri mau kemana ?"

"Lah, tadi kata nya suruh jemput kamu Gas."

"Emang iya ? Aku lupa."

"Lah, coba cek ponsel kamu. Kamu yang kirim.pesan ke aku."

 Mas Bagas langsung mengecek ponsel nya.

"Eh iya ya. Ya sudah ayo deh kita pergi saja."

 Motor yang sudah di keluarkan untuk di pake nya di masukan lagi ke garasi. Mas Bagas pun pergi dengan Kak Irwan.

"Jangan nunggu aku, aku gak akan pulang."

 Pesan nya ketika dia hendak pergi.

Lagi-lagi aku hanya ber dua di Rumah sama Raya.

Malam yang dingin. Hujan yang tak henti, membuat suasana Rumah semakin terasa sepi nya. Raya sudah tertidur pulas.

Aku merindukan suamiku. Pelukan hangat nya, bahu lebar yang menjadi sandaran ku. Aku merindukan semua nya.

Sesekali aku mengirimkan pesan, namun tak ada yang dia balas.

Tiba-tiba aku mendapat pesan dari nomor itu lagi, Kak Irwan.

Aku memang tak menyimpan nomor nya, tapi dari cara dia mengirimkan pesan aku sudah menebak kalau ini pasti Kak Irwan.

"Kamu jangan khawatir, Bagas sama aku dan teman yang lain. Dia gak akan berani macam-macam ko. Dia setia sama kamu. Biarkan dia memilih waktu nya sendiri untuk melakukan hal yang dia suka, kasih dia ruang sebentar."

Kali ini isi pesan nya memang menyenangkan segaligus sedikit menyinggung.

Kapan aku tak membebaskan nya? Kapan aku banyak mengatur nya?

Aku hanya ingin sedikit perhatian saja dari Suamiku. Sekalipun aku bilang semua keinginan ku, itu malah menjadi tuntutan bagi nya.

Hak ku sebagai istri seharusnya tak harus mengemis seperti ini. Mengemis perhatian, kasih sayang, waktu dan bahkan ungkapan pujian dari suami.

Ku abaikan lagi pesan dari Kak Irwan. Setidak nya aku lega, kalau Mas Bagas baik-baik saja.

...*****...

Langit yang indah, matahari bersinar begitu terang. Cuaca kala itu sangat panas, membuatku tak ingin keluar Rumah sama sekali.

Aku bermain di teras Rumah bersama Raya. Sesekali menyapa tetangga yang lewat depan Rumah ku.

"Bu Fatma makin Kurus saja. Bagi resep nya dong."

Salah satu tetanggaku tiba-tiba menghampiri aku dan berkata demikian.

"Resep apa Bu Dewi ? Kalau Resep masakan mah saya kalah saing sama Bu Dewi."

Jawab ku sambil tersenyum geli. Bu Dewi pun sama demikian.

"Bukan, itu aku mau dong diet juga seperti Bu Fatma "

"Saya gak diet Bu. Gak tau kenapa badan saya makin ke sini semakin kecil. Padahal saya gak da rencana untuk diet loh."

"Hebat sekali Bu Fatma. Coba aku yang seperti itu ya. Biar Suamiku semakin tergila-gila sama aku."

"Bu Dewi bisa saja."

Kami berbincang panjang lebar, sampe tak terasa waktu nya adzan dzuhur tiba.

Bu Dewi berpamitan padaku, dan aku juga masuk ke dalam Rumah untuk mengambil wudhu lalu melaksanakan solat dzuhur.

Ku ajarkan Raya sholat perlahan demi perlahan. Dia pun sudah memahami dan bisa sedikit demi sedikit melakukan nya.

Dalam kegundahan, aku selalu merasa tenang jika ku sholat.

Aku memang tak bisa tenang melihat sikap suamiku yang cuek dan dingin seperti itu.

Makanya aku selalu ber do'a, supaya Allah senantiasa meluluhkan hati ku agar terbiasa dengan sikap suami yang kadang seperti butuh tak butuh pada ku.

Jika Allah tak bisa merubah suamiku, maka luluh kan lah, lembutkan lah hati ku ketika pertengkaran dan perdebatan itu datang.

...*****...

1
Ma Em
sudahlah Fatma untuk apa dipertahankan rumah tanggamu suami dan mertuamu saja sudah tidak menghargai kamu daripada hidup menderita lebih baik kamu berpisah dari si Bagas.
Micke Rouli Tua Sitompul
lanjut
Ma Em
sudahlah Fatma untuk apa dipertahankan suami yg tidak menghargai kita dari pada makan hati lebih baik kamu hidup berdua bersama anakmu Raya biarkan Bagas bebas yg nantinya dia pasti akan menyesalinya.
Uthie
coba keep dulu 👍
Micke Rouli Tua Sitompul
teman makan teman
Dindamc14
semangat update kak
Vie Amza: Terima kasih kak🤗
total 1 replies
Ma Em
Fatma jangan terlalu percaya sama suamimu si Bagas selidiki lah kelakuan suamimu jangan apa apa ditanyain sama Bagas mana ada orang yang selingkuh ngaku.
Vie Amza: sabar bu sabar🤭
teri ma kasih sebelumnya sudah jadi pembaca yang setia. tunggu cerita selanjut nya ya🥰
total 1 replies
Mashiro Shiina
Salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, mantap!
Vie Amza: Terima kasih kak🙏
saya yakin semua author mempunyai cerita yang hebat☺️
total 1 replies
Mar Briyith ER
Terus berkarya, ya author, bahagia jangan lupa buat kita semua 👋
Vie Amza: Terima kasih kak atas suport nya ☺️🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!