Sebuah kecelakaan beruntun membuat Malia Diandra, seorang dokter bedah muda meninggal.
Namun entah kenapa disaat ia kembali membuka mata, dirinya malah terjebak dalam dunia novel bergenre apocalypse dimana zombie bertebaran dimana-mana.
Dengan system yg menemaninya, mampukah dokter muda itu bertahan didunia yg dipenuhi zombie?
Bisakah ia kembali ke dunia-nya sendiri?
Atau malah ia akan terjebak di dunia novel ini selamanya?
Ikuti kisah lia di dunia apocalypse ditemani system dan juga rekan-rekan seperjuangan.
<note : alur lambat.>
<note : system tidak akan terlalu menonjol dalam cerita ini.>
terima kasih 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auroraserenity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Kebisingan di lantai 4 (bag.1) (revisi)
Berbeda dengan lantai 3, 2, dan 1 yg dalam keadaan damai. Di lantai 4 keributan mulai terjadi.
Bong-gu yg sedari tadi menahan kekesalannya, kini menampar chaeyoung hingga membentur meja yg ada disampingnya.
chaeyoung yg tidak sempat menghindar, menatap bong-gu dengan tidak percaya. Matanya yg berkaca-kaca mulai meneteskan air mata.
"kenapa oppa bong-gu menamparku?" ucapnya terisak menahan rasa sakit di pipi serta pinggangnya yg sempat terbentur.
"kau tanya kenapa aku memukulmu? Kau tidak tahu apa kesalahanmu? dimana otakmu kau simpan? Didengkul?" tanya bong-gu marah.
Tepat setelah mereka mencapai lantai 4, chaeyoung kembali mengambil makanan dari ruang dan memakannya. Bong-gu yg sedang bad mood memintanya untuk mengeluarkan setengah dari perbekalan, tapi wanita itu malah menolaknya.
Tidak lagi bisa menahan kekesalannya, bong-gu pun menampar keras chaeyoung sehingga sekarang sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah.
Ia mendekati chaeyoung, menyentuh dagu dan menekan rahangnya.
"apakah sekarang kau berubah menjadi j*l*ng? Kau pikir aku tidak tahu bahwa tadi kau mengedipkan mata kepada pria bernama lee mingyu itu?" tanya bong-gu lagi tersenyum menyeringai.
Sebelumnya, ia tidak memiliki hasrat ataupun keinginan untuk melakukan 'itu' terhadap chaeyoung.
Tapi melihat wanita itu menggoda pria lain tepat didepan matanya, tiba-tiba saja keinginan s*ks*alnya terbangun.
Bong-gu pun segera merobek pakaian chaeyoung.
Tanpa bisa dicegah, chaeyoung hanya menatap linglung kearah bong-gu yg kini menatapnya lapar. barulah setelah itu ia menjerit ketakutan, berharap seseorang dapat mendengar teriakannya dan mau membantunya.
"lepaskan aku.. Jangan.. Tolong jangan lakukan itu.."
"Toloonnggg... Hiks.. Toloongg.."
Suara jeritan chaeyoung berhasil terdeteksi oleh tristan dan malia yg baru saja kembali dari 'toilet'.
Mereka pun menengadah keatas, tepat ke lantai 4.
"sepertinya sesuatu terjadi dilantai 4?" ucap malia ragu.
"mungkinkah ada zombie baru lagi yg terbentuk?" tanya tristan ragu.
Ia ingat jika kelompok baru itu tidak terkena tetesan hujan saat kemari. Atau mungkin terkena cakar zombie?
Tapi suara teriakan itu, terdengar lebih ambigu.
"aku akan memeriksanya. Kamu tunggu disini!" ucap tristan tegas.
Jika tebakannya benar, tidak mungkin ia membiarkan lia ikut.
"tidak!! Aku ikut!" ucap lia keukeuh.
Ia sudah melihat dengan kekuatan mentalnya jika tidak ada bahaya seperti yg difikirkan tristan.
Hanya saja sudah lama ia berada di area layanan dan ia bosan hanya berdiam diri. Sekarang, dihadapannya terjadi drama bagus. Bukankah ia tak boleh melewatkannya?
"haahh, baiklah. Tapi hati-hati dan tetap dibelakangku!" ucap tristan tegas
"oke." ucap lia sembari mengangkat tangan kanannya membentuk lambang 👌.
Setelahnya mereka berdua pun hendak pergi ke lantai 4, namun saat di tengah jalan, mereka berpapasan dengan kolonel jeon dan lee mingyu yg sepertinya juga mendengar keributan disana.
"kolonel jeon, komandan lee." ucap lia tersenyum tipis.
"kalian juga ingin memeriksa mereka?" tanya lee mingyu sedikit melirik lia.
"haahh, orang-orang itu.. Entah apa yg mereka lakukan disituasi seperti ini." ucap kolonel jeon mendesah pelan.
Suara jeritan itu terus berlanjut, bahkan semakin terdengar jelas saat tristan, lia, kolonel jeon, dan komandan lee naik keatas.
"jangan.. Tolong jangan..." jerit chaeyoung yg tak bisa melawan.
Ia putus asa, sedangkan rekan-rekan yg lain hanya menonton, bahkan ada yg tidak peduli. Begitupun dengan para wanita disana, mereka hanya diam tanpa ada niat untuk membantu.
Chaeyoung putus asa.
Ia tak tahu lagi harus melakukan apa untuk menghentikan binatang buas yg sedang berusaha menerkamnya.
"AAKKKHHHH...." jerit chaeyoung kesakitan.
Dirinya tidak menyangka akan merasakan kesakitan yg sangat besar saat pertama kali melakukan 'itu'.
Dikoridor lantai 4, kolonel jeon dan yg lainnya mengerutkan kening saat melihat pemandangan di hadapannya.
Bahkan tanpa sadar, tristan segera mengerahkan tangan besarnya dan menutup mata lia agar tidak mengotori mata polos itu.
Sedangkan sang empu hanya mendengus kesal saat tristan menghalangi penglihatannya.
"apa yg kalian lakukan? Tidak tahukah jika suara kalian mengganggu orang-orang dilantai bawah?" ucap kolonel jeon.
"aku benar-benar minta maaf karena telah mengganggu istirahat kalian. kakak ipar ku sedang kesal sehingga dia banyak berteriak saat melakukan 'itu'" ucap ha-yoon, salah satu wanita yg berada disana.
"tenang saja, aku akan berbicara dengan mereka agar tidak berisik saat melakukan 'itu' agar tidak mengganggu istirahat kalian semua." lanjutnya lagi.
"bagus kalau begitu." ucap kolonel jeon yg sudah tidak mendengar jeritan atau teriakan chaeyoung.
Namun ia tahu bahwa dibelakangnya, tangan wanita itu telah diikat dan mulutnya juga disumpal oleh kain.
Kolonel jeon tidak peduli,, toh, mereka bukan bagian dari kelompoknya. Dan yg lainpun juga berfikir sama.
"tae oppa, ayo kembali. Sepertinya drama sudah berakhir." ucap lia manja juga menyandarkan kepalanya di bahu tristan, sembari melirik ha-yoon sekilas.
Tangan tristan sudah tidak lagi menutupi matanya, maka dari itu ia bisa memperhatikan sekelilingnya.
lia tahu jika wanita itu, ha-yoon terus melirik kearah tristan sejak kedatangannya kemari.
Sepertinya wanita itu tertarik dengan pria yg telah resmi menjadi kekasihnya, tapi ia tak akan membiarkannya berhasil.
lia telah menganggap tristan adalah miliknya saat pria itu menyatakan perasaannya saat didalam ruang giok beberapa saat lalu.
Dengan kata lain, mereka sudah resmi menjalin hubungan atau sebut saja berpacaran.
Sedangkan tristan hanya membiarkan apa yg lia lakukan. Suasana hatinya tengah berbunga-bunga semenjak lia menerima perasaannya.
FLASHBACK..
diruang giok..
"jika instingmu memang sekuat itu. Kau pasti menyadari perasaan ku bukan?" tanya tristan menggoda.
Ia ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengatakan perasaannya kepada gadis dihadapannya.
Bahkan jika tidak terlalu romantis, itu masih lebih baik dari pada menyatakan perasaan dengan dikelilingi zombie.
"apa,, apa maksud tae oppa?" tanya lia berpura-pura tak mengerti.
Tapi lia tak bisa menyembunyikan rona merah yg terlihat di kedua pipinya.
"kamu tidak mengerti?" ucap tristan mendekati lia.
Ia pun merangkul pinggang gadis itu, sehingga jarak diantara mereka berdua menipis.
"tae,, tae oppa.." ucap lia gugup. Kedua pipinya benar-benar memerah semerah tomat hingga menjalar kearah leher.
tristan yg melihat itu semakin gemas. Ia memandang lia lekat hingga kedua hidung mereka saling bersentuhan.
Dan hanya tersisa beberapa centi lagi sampai bibir mereka juga akan saling melumat. Namun hal itu tidak terjadi.
tristan segera menjauhkan kepalanya, meski tangannya masih bertengger erat di pinggang lia.
"lia, aku tidak tahu sejak kapan perasaan aneh ini muncul. Ini adalah pertama kalinya aku merasakan debaran seperti ini." ucap tristan menatap lekat lia yg juga memandangnya.
Jantung lia sendiri berdetak kencang saat tristan mulai menyatakan perasaannya. Apalagi dengan posisi mereka yg terlihat sangat intim saat ini.
"awalnya aku bingung dan tidak mengerti apa yg terjadi padaku. bahkan aku sampai berfikir untuk menemui dokter jantung untuk memeriksakan kondisi ku." ucap tristan lagi sambil menertawakan kekonyolannya.
"sayangnya sebelum itu bisa terjadi, apocalypse datang dan apa yg ada difikiranku saat itu adalah menemukanmu secepat mungkin. Karena itu aku langsung saja menemuimu tanpa memikirkan hal lain." lanjutnya.
Malia masih mendengarkan, meski ia sedikit terkejut saat tristan berkata jika ia langsung mencarinya sesaat setelah akhir dunia terjadi.
Ia jadi berfikir, seberapa besar kasih sayang dan cinta yg dimiliki pria itu untuknya, Sampai ia rela datang kesini tanpa memikirkan resiko?
Namun tak bisa dipungkiri jika hati lia menghangat mendengarnya.
"jujur saja saat bertemu denganmu lagi saat itu, aku sedikit tidak suka saat pria bernama lee mingyu begitu perhatian terhadapmu. Dari situlah aku menyadari jika aku sedang cemburu." ungkap tristan.
"aku tak suka saat ia memandangmu begitu lekat. Aku juga tak suka saat dia melirikmu secara diam-diam. Dan yg lebih lagi, aku tak suka saat kau begitu dekat dengan pria itu. Aku kesal dan marah, tapi aku juga tak berdaya karena statusku yg hanya sebagai kenalanmu. jadi aku hanya bisa diam."
"namun kali ini aku memberanikan diri untuk mengatakannya dan berharap kau juga merasakan hal yg sama."
"dan kalaupun tidak... Aku harap kita masih bisa menjadi teman?" ungkap tristan panjang lebar.
Dia khawatir akan penolakan lia, tapi karena sudah terlajur.. Mau bagaimana lagi?
tristan hanya bisa menerima semua keputusan lia, bahkan jika itu terasa menyakitkan.
"akuuuuu....."
.
.
.
TO BE CONTINUE...
SALAM LEMPER