Cover by me
Namanya Saga Bimantara, perwira tentara berpangkat letnan satu. Ia di jodohkan dengan anak dari komandannya di kesatuan yang bernama Nada queenza rahadi. Tentu saja Saga menerima perjodohan itu di karenakan dirinya juga membutuhkan istri agar sang ibu tidak sibuk menyuruhnya untuk nikah.
Namun di sisi lain Nada—gadis yang akan di jodohkan dengan Saga menolah mentah-mentah perjodohan tersebut, tentu saja dengan alasan dia tidak mengenal Saga lebih-lebih usia pria itu yang sangat jauh di atasnya. Dalam bayangannya pria dengan usia segitu sudah peot, reyot, dan tentu saja dekil mengingat pria itu berprofesi sebagai tentara.
Sampai suatu hari takdir mempertemukan keduanya dalam sebuah insiden yang dimana Nada dalam bahaya yang akan di perkosa para pembegal. Di situlah Saga datang sebagai penolong Nada dan di situlah Nada jatuh cinta pada pandangan pertama ke Saga. Tapi baik Saga maupun Nada tidak tau kalau merekalah yang di jodohkan.
Yuk, baca ceritanya disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
saingan bocil
"Hari ini kita mulai dengan kegiatan apa den?" tanya Nada.
"Hari ini kita ada kegiatan tensi keliling, dengan kaki lo yang begitu mana bisa ikut Nad" ucap Raiden menunjuk kaki kanan Nada yang masih terbalut perban.
Nada mengamati kakinya yang di perban "masih bisa kok kayaknya, tapi jalannya pelan-pelan aja"
"Jangan Gilak lo, orang tadi lo turun dari mobil aja pakai acara di gendong laki lo, mau sok-sokan jalan kaki segala" ucap Ilona.
"Laki gue aja tadi yang terlalu takut gue kenapa-napa. Gue bisa jalan kali Na. Ni liat" Nada berusaha berjalan walaupun pincang, karena kakinya masih terasa sakit.
"Kita keliling kampung loh, entar lo gak kuat" ucap Jihan mengkhawatirkan Nada.
"Iya, bener kata Jihan entar lo gak kuat Nad, lagian entar kalo lo kenapa-napa, kita langsung kenal headshot sama laki lo" ucap Rian.
"Sebelum laki gue, gue duluan yang headshot kepala lo" Nada memukul kepala Rian.
"Anjing Lo Nada!" maki Rian tidak terkira.
Nada tidak perduli dengan umpatan yang di keluarkan Rian untuknya, ia malah mengalihkan "Lagian Kalau gue gak ikut, entar mana dapet nilai. Sia-sia dong gue ikut ke sini" Nada mengerucutkan bibirnyanya.
"Ya itu mah salah lo sendiri. Ngapain lo pakek ke perbatasan segala. Jatoh kan jadinya. Sukur masih keseleo, sempet di makan sama babi hutan, meninggoy lo" ucap Ilona sedikit ngegas.
Nada mendelikkan matanya, andai Ilona tau kalau dia memang di kejar babi hutan. Pasti gadis itu yang tertawa paling keras.
"Ya namanya gue kangen Na sama suami, salah apa gue langsung kesana untuk liat dia" Nada langsung memasang wajah sendu. "Gue ikut ya, janji deh gak akan nyusahin" Nada memasang puppy eyes.
"Ahh sumpah! Gue gak tahan kalau dia masang mukak kayak anak anjing gitu" ucap Rian sambil memalingkan wajahnya dari Nada.
"Terserah lo deh Nada kalau mau tetep ikut, tapi awas aja kalau lo buat kita susah. Gue gantung lo di atas pohon" ketus Ilona gemas.
"Makasih Ilona cantik"
Ilona memutar bola matanya malas.
"Lo yakin kan bisa jalan?" tanya Raiden yang dari tadi diam.
Nada mengangguk cepat "Yakin banget, nih liat" Nada kembali berjalan dengan kaki pincang, sambil sesekali meringis menahankan sakit.
Raiden melihat itu malah meringis dan dengan ragu menggukkan kepalanya.
Akhirnya mereka pun menyiapkan barang-barang yang harus mereka bawa untuk tensi keliling hari ini, seperti stetoskop dan tensi meter.
Mereka mulai berjalan mengunjungi satu persatu rumah warga, dari tua sampai yang muda antusias dengan kegiatan pemeriksaan vital yang penting ini.
"Wah, dokter dari kota yang datang ke sini, cantik-cantik sama ganteng-ganteng ya" ucap salah seorang warga yang sedang di tensi.
Nada yang menanganinya pun hanya tersenyum ramah.
"Mbaknya uda punya pacar?" tanya warga yang seorang pria muda tersebut.
"Dia gak punya pacar mas" potong Jihan yang berada di sebelah Nada "tapi udah punya pawang" lanjutnya kembali.
"Maksudnya punya pawang itu gimana mbak? Mbaknya ini emang hewan buas? Pakek punya pawang segala" tanya pria itu bingung, perasaan gadis yang sedang memeriksanya ini manusia, kenapa harus memiliki pawang?
Mereka tertawa melihat kepolosan pria muda tersebut.
"Hewan buas gak tu, rauwrrr" ledek Rian.
"Lo minta di sleding ya yan" Nada mengayunkan sebelah kakinya yang tidak sakit untuk menendang bokong Rian yang memang berdiri di sebelahnya, Rian dengan refleks menghindar dan tendangan Nada hanya mengayun di udara tidak mengenai targetnya.
Rian malah menjulurkan lidahnya mengejek Nada karena berhasil menghindar. Nada mendelikkan matanya jengah.
Rekan-rekan mereka malah geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya.
"Gak usah kayak bocil ya Lo berdua" peringat Ilona yang geram dengan kelakuan keduanya.
"Maksudnya udah punya suami mas" ucap Raiden memperjelas yang di katakan Jihan tadi.
Nada beralih menatap pria yang di periksanya tersenyum mendengar Raiden yang menjelaskan statusnya, sementara wajah pria tersebut langsung berubah menjadi masam.
"Tekanan darahnya normal, 110/70 mas" ucap Nada.
__________________
Sementara di tempat lain, Saga baru selesai latihan bersama beberapa rekannya.
"Liat tu lettu Saga, padahal sebelum istrinya datang kayaknya susah amat buat senyum, sekarang istrinya nyusulin dia ke sini aura mukaknya langsung berubah langsung berseri-seri gitu" tunjuk Abhian pada Saga yang berdiri sedikit jauh dari mereka.
"Namanya juga pengantin baru" sahut Dirga.
"Manten baru stok lama" jawab Abhian mengundang gelak tawa para rekannya.
Walaupun jauh darinya, Saga masih mampu mendengar pembicaraan mereka yang meledek dirinya.
"Abhian! Saya masih mampu mendengar kalian bicara loh" pekik Saga sambil melepas helm yang ia pakainya.
Abhian memicingkan kedua matanya meratapi kebodohannya mengapa ia lupa kalau letnan satu itu telinga sangat tajam "Siap, salah bang" Abhian membusungkan dadanya.
Saga memutar bola matanya malas melihat itu, ia pun berjalan menjauh dari mereka.
"Mau kemana bang?" tanya Abhian melihat kepergian Saga.
"Mau ke desa"
"Mau nemuin mbak Nada?" tebak Dirga.
Saga hanya diam dan terus berjalan, karena waktunya sudah siang, Saga mau mengajak Nada makan siang bersama. Ia hanya mengangkat tangannya keatas kepala dan melambai pada rekan-rekannya yang berada bersama dengan Dirga dan Abhian tanpa menoleh.
Begitu tiba di posko, Saga tidak mendapati seorang pun disana. "Pada kemana mereka?" tanyanya pada dirinya sendiri, menatap sekeliling tempat posko tersebut.
Seorang yang melintas dari depan posko tersebut tidak luput dari pencarian Saga, ia pun menghampiri warga tersebut dan bertanya pada wanita paruh baya yang melintas itu "permisi buk, apa ibuk liat kemana anak KKN ini pergi?"
"Mereka lagi keliling meriksa warga kampung mas" ucap wanita paruh baya tersebut.
"Oh makasih buk" ucap Saga.
Wanita paruh baya itu pun berlalu pergi meninggalkan Saga.
___________________
Kembali ke Nada, sekarang ia akan menensi gadis belia yang terlihat ketakutan mengira dirinya akan di suntik.
"Tenang ya dek, kakak gak nyuntik kamu kok, cuma mau tensi kamu aja" Nada mencoba merayu gadis kecil tersebut.
Tapi gadis kecil tersebut malah menangis kejer, membuat Nada gelagapan. Belum juga di apa-apain sudah menangis kejer.
"Lah kok malah nangis, saya juga belum apa-apain kamu. Diem ya. Cup, cup, cup" Nada berusaha menenangkan gadis kecil tersebut. Tapi gadis kecil itu masih tetap menangis malah semakin kencang.
Sebuah tangan mengelus puncak kepala gadis kecil yang sedang menangis tersebut, Nada mendongak menatap pemilik tangan tersebut yang ternyata adalah Saga. "Naila diem ya, kakaknya cuma mau tensi kamu kok, liat tu dia juga gak bawa suntik, jadi kamu jangan takut ya sama kakaknya. Dia juga gak gigit kok" Saga menenangkan gadis kecil tersebut.
Benar saja gadis bernama Naila itu berhenti menangis. "Asal Om tentara nemenin aku, aku gak bakalan nangis kok"
Wah, nih bocah tau aja yang ganteng-ganteng langsung modus.
Nada membulatkan matanya terkejut mendengar ucapan Naila "heh, kecil-kecil udah genit kamu ya" ucap Nada kesal. Naila malah buang muka tidak suka mendengar ucapan Nada dan malah memeluk perut Saga dengan erat.
Mata Nada semakin membulat sempurna. Wah ngajak perang ini bocah.
"Bwahaha, pelakor lo ngeri Nad, bocil! Mana agresif lagi!! Bwahaha" ledek Rian puas dengan tertawa tanpa henti.
Nada malah mendelikkan matanya pada Rian. "DIAM LO RIAN!!" emosi Nada sudah di puncak ubun-ubun karena melihat reaksi Rian.
Rian langsung berhenti tertawa dan mengantupkan bibirnya.
"Heh, bocil. Lepasin laki gue!" judesnya.
Naila malah menggeleng dan semakin mempererat pelukannya.
Nada tertawa sumbang dan kembali membulatkan matanya horor menatap Naila.
Enak saja, yang boleh peluk Saga itu cuma Nada, ingat cuma Nada.
Melihat aura wajah sang istri yang mengerikan pun dengan segera Saga membujuk Naila "Naila lepasin dulu ya pelukannya. Saya harus bicara sama dokter ini" ucap Saga lembut dan menunjuk Nada.
"Istri inget istri! Dokter dokter!" kesalnya tidak terima, bukan di akui istri malah di akui dokter. Apa gak makin mencak-mencak si Nada.
Rian yang melihat sepasang suami istri itu yang malah jadi ribut merasa geli, tapi ia berusaha mati-matian untuk menahan tawanya agar tidak pecah.
"Iya istriku" jawab Saga menggoda.
Apa? Istriku? Istriku? Om Saga panggil Nada istriku?
Langsung turun dah tu jantung si Nada ke lambung.
Rasa marah yang membuncah tadi langsung melebur begitu saja, pipinya sudah memerah seperti tomat. Ia tersenyum malu-malu.
"Mas Saga kok kesini?" tanya Nada mengalihkan salah tingkahnya. Ia melihat Naila sudah melepaskan pelukannya pada tubuh Saga.
"Iya, saya lagi cari kamu tadi di posko tapi gak ada, saya tanya orang lewat, rupanya kamu lagi keliling" jelas Saga.
"Emang ada apa mas Saga cari aku?"
"Kenapa gak boleh?" Saga bertanya "kaki kamu emangnya udah gak sakit lagi?" Saga menatap kaki Nada dan berjongkok untuk melihat kondisinya.
Mata Nada dan Rian melotot ingin keluar melihat Saga yang kini sudah berjongkok dan memegang kaki Nada yang sakit dengan hati-hati.
"M-masih sih, cuma udah agak lumayan" jawab Nada gugup, ia sudah pasrah.
Saga mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sementara Rian sudah merasa muak dengan sinetron yang di suguhkan di depan matanya "Gue tinggal deh Nad, masak gue jadi anti nyamuk" Nada menganggukan kepalanya. Rian pun pergi meninggalkan mereka di rumah gadis bernama Naila tersebut.
"Kamu udah makan siang?" Saga bangkit dan kembali berdiri.
Nada menggelengkan kepalanya "belum"
"Rupanya mbak ini istrinya Lettu Saga ya, saya kira lettu belum punya pacar, tapi ternyata malah udah punya istri" ucap ibu gadis bernama Naila tersebut yang keluar dari dalam rumah membawa secangkir teh untuk Nada dan menatap terang-terangan Saga dengan penuh damba.
Nada yang menyadari itupun menyipitkan pandangannya menatap ibu Naila.
Wah, gak bisa, ini gak bisa!! Anak emak ini sangat meresahkan Nada.
"Ehh, kok malah repot-repot buk. Kita malah mau pergi" ucap Nada basa-basi.
"Iya buk, ini istri saya" ucap Saga sopan membenarkan ucapan ibu dari Naila itu. Bisa ngereog nanti istrinya kalau tidak di jelaskan.
"Saya kaget lo denger lettu udah punya istri. Saya pun mikir itu cuma gosip, eh ternyata bener. Lettu bahkan datangin mbaknya tugas" ucap ibu Naila dengan wajah yang sedikit tidak rela.
Nada menatap wanita tersebut, ini semakin meresahkan. Apa lagi ibu Naila ini janda, gak bisa gak bisa! Kata orang kan janda lebih menggoda. Apalah daya Nada yang berstatus istri dari Saga tapi masih segel. Tidak! Tidak akan Nada biarkan itu terjadi.
Nada menjadi tidak suka melihat orang selain dirinya menatap suaminya penuh cinta seperti itu. Tatapan itu hanya Nada yang boleh memberikannya.
"Kalau begitu kami permisi dulu buk" Pamit Nada tanpa ba-bi-bu lagi langsung menarik tangan Saga pergi bersama dengannya.
Ibu Naila ingin kembali membuka suara tapi mereka sudah jauh.
Mereka pergi dari sana, berjalan sambil bergenggaman tangan. Saga sedikit salah tingkah karena Nada menggenggam tangannya.
Wajah Nada tampak memerah menahan amarah. Ia bejalan tanpa mengucapkan apapun.
Saga tidak menyadarinya ia memperhatikan Nada yang berjalan masih pincang karena kakinya masih terasa sakit. "Yakin, kaki kamu udah gak papa?" tanya Saga khawatir. Memecah keheningan.
"Iya, ni buktinya aku udah bisa jalan!" sungutnya.
Saga jongkok, lalu menepuk punggungnya "sini naik, biar saya ngendong" Nada menepuk punggungnya.
Nada membulatkan matanya melihat reaksi Saga yang kini telah berjongkok bersiap untuk menggendong Nada.
"A-aku bisa jalan kok" ucap Nada gagu.
"Saya gak sabar liat kamu jalannya begitu, ayo naik!" ucap Saga tidak sabar.
"Aku berat loh Om" peringat Nada.
"Nada!" Nada suara Saga mulai meninggi, membuat Nada cepat-cepat melompat ke atas punggung Saga.
Teman-teman Nada yang baru saja selesai memeriksa warga pun menyaksikan keuwuan pasangan suami-istri itu.
"Astagfirullah! Pacar mana pacar? Gue mau di gendong juga" teriak Jihan frustasi.
Ilona malah mendengus sebel.
"Woy, Nada lo mau kemana?" Raiden berteriak.
"Bentar gue nemenin suami dulu, bye"
"Pasti mau nganu-nganu dia" ucap Rian asal.
"Otak lo yan" Jihan geleng-geleng kepala melihat mulut Rian.