Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.."
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
"Tidak, Ibuku sudah tiada, dan aku ingin kau yang menjadi Mommy ku."
"Baiklah siapa namamu?."
"Namaku Daren, Daren Mikhael Wilson aku anak dari orang terkenal dan kaya di kota ini, jadi jika kau menikah dengan Daddyku kau tidak akan miskin dan akan hidup senang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TW 33: Perasaan Willy
"Hallo Daren, selamat pagi." Clara menyambut Daren di depan gerbang sekolah, wanita itu tersenyum sangat manis dan cantik.
"Pagi, Bu Guru." Daren menunduk hormat lalu berlalu masuk ke area sekolah.
Dari dalam mobil Isa memperhatikan Clara yang masih tersenyum dan menyambut murid- murid yang lain setelah Daren masuk.
Clara terlihat baik, gadis itu bahkan terus tersenyum entah itu menyapa anak- anak atau para orang tua yang mengantar.
Dari sisi mana Isa bisa tahu jika Clara itu bukan wanita yang baik untuk jadi Ibu Daren.
Lalu dari mana Clara tahu tentang perjanjian mereka. Dan apa tujuan Clara mengatakan itu padanya.
Tadi pagi Willy juga mengatakan untuk tidak banyak berpikir dan dia yang akan mengurus Clara. Namun, tetap saja pikiran Isa tak terima dengan apa yang Willy katakan, benarkah Clara tidak sebaik yang terlihat.
Bahkan Isa yang punya kemampuan kepekaan terhadap sekitarnya pun tidak akan berpikir jika Clara itu gadis yang buruk karena melihat keramahan Clara pada sekitarnya.
Isa mengalihkan tatapannya pada pengawal yang berbeda dari biasanya yang mengantar Daren, Willy sudah mengganti pengawal yang di anggapnya lalai karena meninggalkan Daren sendirian, entah alasan apa yang mereka katakan pada Willy Isa tak tahu. Dari yang Isa dengar mereka sudah Willy berhentikan. Willy juga tak ingin menjelaskan mengapa Clara itu tidak baik menurutnya. Setelah bangun pagi tadi Isa juga tak melihat Willy lagi bahkan saat sarapan, setelah sebelumnya Willy lagi- lagi menggodanya dengan meminta ciuman selamat pagi, yang tentu saja harus Isa turuti karena Willy benar- benar tidak melepaskannya. Jadi dengan wajah malu dan merona akhirnya Isa mengalah dan memberi kecupan di bibir Willy, meski pria itu melayangkan protes karena itu tidak bisa di sebut sebuah ciuman, tapi akhirnya Willy melepaskannya setelah dirinya sendiri yang mencium Isa.
Mengingat kejadian tadi pagi Isa merona hebat, pipinya terasa panas dengan senyum tersungging di bibirnya. Isa bahkan terus terbayang wajah tampan Willy saat tersenyum.
"Astaga.." Isa meraba dadanya yang tiba- tiba berdebar kencang. Perasaan hangat menjalari hatinya mengingat bagaimana perlakuan Willy padanya, bagaimana bisa pria dingin itu berubah menjadi manis saat bersamanya.
Isa menghela nafasnya beberapa kali untuk meredakan detak jantungnya yang terus berdebar tak normal, selain memikirkan Willy, Isa juga masih memikirkan tentang Clara apa yang harus dia katakan pada wanita itu, karena Willy sudah mengatakan jika Clara tidak baik. Tapi Isa juga tak bisa berspekulasi tanpa bukti, meski dalam hati Isa juga merasa bahagia mengingat dengan begitu berarti hanya dirinya yang akan menjadi Ibu Daren, sekaligus Istri Willy.
Bolehkan hati Isa mulai berharap lebih?
Setelah merenung beberapa saat Isa membuka pintu dan berjalan menghampiri Clara.
"Selamat pagi Bu Clara." Sapa Isa saat sudah berdiri di hadapan Clara.
"Oh, Nona Isa. Selamat pagi juga." Clara mengangguk dengan senyuman manisnya. "Jadi bagaimana apa kau sudah bersedia membantuku untuk mendekati Daren?" Isa mengeryit mendengar ucapan Clara, apa dia sungguh tak sabar hingga tak bisa berbasa- basi lebih dulu.
...
Willy membaca berkas yang di bawa Piter padanya beberapa saat lalu, dahinya mengeryit saat membaca laporan tentang latar belakang Clara.
"Maafkan atas kelalaianku Tuan, Aku tidak meneliti lebih lanjut tentang latar belakang Nona Clara, aku hanya mengambil secara acak data yang mendaftar untuk menjadi istrimu."
Willy menghela nafasnya, dia memang meminta Piter memberikan semua profil itu pada Isa tapi tak menyangka jika Clara ada di dalamnya dan di pilih Isa, bagaimana bisa dia ceroboh. Kemarin saat Daren di tinggal begitu saja oleh pengawal Willy tak tinggal diam dan penjelasan pengawal membuatnya lebih waspada, pengawal bilang mereka menerima pesan dari no ponsel Willy yang mengatakan bahwa mereka harus pergi ke suatu tempat dimana Willy berada, namun saat mereka datang Willy tidak ada disana, lalu saat mereka datang kembali ke sekolah tuan muda Daren sudah tidak ada di tempat dan ternyata pulang dengan di antar Clara yang baru satu hari jadi gurunya..
"Perketat keamanan Daren dan Isa, tambah pengawal jangan sampai mereka lengah.." Piter mengangguk, lalu hening beberapa saat. Piter menghela nafasnya sebelum mengungkapkan apa yang ada di pikirannya beberapa hari ini.
"Tuan.." Willy mendongak dengan alis terangkat seolah bertanya 'Ada apa?'
"Bolehkah aku bertanya?" lanjut Piter saat tak menemukan reaksi berlebihan dari Willy.
"Kau ingin bertanya, bertanya saja. Ada apa denganmu." Willy terkekeh dengan gelengan kecil.
"Aku ingin bertanya sebagai sahabatmu, bukan sebagai Asisten pribadi." Piter menegakkan tubuhnya mengangkat kepalanya lalu menatap Willy dengan serius.
"Baiklah katakan."
"Kau yakin akan menjadikan Nona Isa sebagai Istrimu?" Willy mengangguk yakin.
"Sudah di putuskan." katanya dengan tegas.
"Kalau begitu bagaimana dengan perasaan mu?" Willy diam. melihat Willy hanya diam Piter kembali bicara.."Jangan katakan kau tidak memiliki perasaan apapun untuk Nona Isa?" Willy masih diam, namun terdengar helaan nafas begitu berat dari pria itu.
"Will?"
"Kau tahu aku tak bisa melupakan Jo.."Willy menundukkan wajahnya
"Maksudmu kau tak memiliki perasaan apapun terhadap Nona Isa?" Piter mengerutkan keningnya tak mengerti dengan pemikiran Willy.
"Aku akan memperlakukannya dengan baik.."
"Untuk apa?" Willy mendongak menatap Piter yang berdiri di hadapannya "Untuk rasa terimakasih mu karena gadis itu menyayangi Daren, begitu?" Willy kembali diam, dia memang sudah memutuskan untuk menjadikan Isa istrinya, agar dia bisa menjadi Ibu Daren, meski dia belum memiliki perasaan apapun pada Isa, tapi Willy akan memperlakukan Isa dengan baik layaknya Istri yang di cintai Suaminya. Bahkan Willy sudah mulai melakukannya agar dia terbiasa kelak agar Isa merasa dicintai.
Sudah Willy katakan cintanya mungkin sudah mati bersama dengan perginya Joana untuk selamanya. Tapi demi Daren Willy rela menikahi wanita yang di bawa Daren tiba- tiba dan di inginkan bocah itu untuk menjadi Ibunya.
"Jadi kau akan menipunya seumur hidup? Berpikir jika suaminya mencintainya, nyatanya tidak?" Piter menggeleng tak percaya dengan pemikiran Willy "Pikirkan baik- baik Will, jangan sampai kau menyesal nantinya."
"Aku sudah berusaha.." Willy memejamkan matanya, tak dapat dipungkiri sejak kehadiran Isa, Willy merasakan kehangatan sebagai keluarga, namun entah kenapa Willy justru selalu melihat Joana lewat raut Isa.
Ini seperti de javu, beberapa bulan lalu dia juga melihat Joana pada diri Evelyn, dan ternyata dia tidak benar- benar mencintai Evelyn dan hanya terobsesi karena wajah Evelyn mirip dengan Joana.
Lalu kali ini saat melihat Isa pun Willy tetap saja terkadang seperti melihat Joana, ada apa dengannya hingga Willy tak bisa menghapus Joana dalam hidupnya, apakah karena rasa cintanya yang terlalu dalam, hingga pada siapa pun Willy seolah melihat Joana.
"Kau tidak berusaha Will, kau sama sekali tak mau membuka hatimu. Kau tahu bukan hati siapa yang paling tersakiti nanti?"
kau dtg kerana urusan bisnes bukan utk urusan hati.. teguh pendirian.. ingat perjanjian