Niat awal Langit ingin membalas dendam pada Mentari karena telah membuat kekasihnya meninggal.Namun siapa sangka ia malah terjebak perasannya sendiri.
Seperti apa perjalanan kisah cinta Mentari dan Langit? Baca sampai tuntas ya.Jangan lupa follow akun IG @author_receh serta akun tiktok @shadirazahran23 untuk update info novel lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Di tempat lain…
Mentari berdiri di depan kompor, tangannya sibuk mengaduk-aduk masakan yang hampir matang. Aroma bumbu memenuhi dapur kecil itu. Namun tiba-tiba, sepasang tangan melingkar di pinggangnya yang ramping dari belakang.
“Lepaskan aku, Bi…” ucap Mentari lirih, nyaris berbisik.
Tapi pria itu tak bergeming. Ia justru menunduk, mengecup pundak wanita itu perlahan… lalu berulang, seolah ingin mengukir kembali rasa yang pernah hilang.
“Aku merindukanmu, Tari,” ucap Abi dengan suara serak menahan rindu.
Ia meraih tangan Mentari, mematikkan kompor, lalu memutar tubuh wanita itu agar berhadapan dengannya. Jemarinya menyibak helai rambut Mentari yang menutupi pipi pucatnya.
“Kenapa kamu jadi sekurus ini, sayang? Apa selama ini kamu nggak makan dengan baik?” tanyanya lembut namun penuh kegelisahan.
Mentari hanya menggeleng pelan.
“Aku nggak apa-apa, Bi. Kamu nggak perlu khawatir. Kembalilah ke meja. Aku mau siapin makanannya,” ujarnya, mencoba menghindar.
Namun tangan Abi menahan bahunya, membuat langkah Mentari terhenti.
“Tunggu, sayang… ada apa sebenarnya sama kamu? Selama ini kamu beneran nggak kangen sama aku?”
Mentari terdiam sejenak, kemudian menatap wajah Abi.
“Aku hanya perlu waktu, Bi. Aku baru saja keluar dari penjara… aku butuh penyesuaian lagi. Yang ingin kulakukan sekarang cuma makan. Aku merindukan masakan enak.”
Abi menatap hidangan di atas meja, lalu mengangguk pelan.
“Baiklah. Ayo kita makan.”
Pria itu melingkarkan tangannya ke bahu Mentari, memandunya menuju meja makan. Keduanya mulai menikmati makan malam dalam keheningan yang terasa aneh namun hangat di saat bersamaan.
Keesokan harinya.
Mentari membuka pintu rumah selebar mungkin. Udara pagi menyapa wajahnya,lebih segar daripada apa pun yang ia rasakan selama berada di balik jeruji.
Ia sudah rapi dengan penampilan barunya. Uang simpanannya hampir habis, dan sebelum semuanya lenyap, ia harus mencari pekerjaan.
Ketika Mentari hendak mengunci pintu, sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Abi turun dengan penampilan tertutup hoodie, topi, dan masker. Meskipun begitu, postur tubuhnya membuat Mentari langsung tahu siapa dia.
“Kamu mau ke mana, Tari? Aku bawain makanan enak buat kamu,” ucap Abi sambil mengangkat kantong kertas.
Mentari menatapnya datar, tanpa ekspresi.
“Aku mau cari kerja.”
“Kerja? Ke mana? Kenapa nggak di rumah saja, Tari? Lagipula… perusahaan mana yang akan menerima seorang mantan...”
Abi langsung menutup mulutnya. Ia sadar kalimatnya hampir melukai wanita itu.
“Aku bisa kerja apa saja, yang penting bisa hidup,” balas Mentari dingin. “Dan kamu ngapain pagi-pagi begini? Ibu nggak nyari kamu?”
“Aku ingin sarapan denganmu sebelum berangkat kerja. Ayo.”
Tanpa memberi kesempatan Mentari menolak, Abi meraih tangannya. Dengan sedikit paksaan, ia menarik Mentari kembali masuk ke dalam rumah.
Mentari membawa nampan berisi dua gelas teh susu panas. Mereka duduk sarapan di ruang tamu.
Abi sudah melepas jaketnya; kini terlihat jelas seragam dinasnya rapi, gagah, dan mencerminkan posisi pentingnya sebagai pejabat pemerintah. Pemandangan itu membuat Mentari tersenyum… namun senyum itu terasa miris.
Ia ingat betul betapa keras Abi berjuang untuk sampai ke posisi itu. Dan dulu, sebagai kekasih sekaligus calon istrinya, Mentari selalu mendukung tanpa ragu.
“Oh ya, malam ini aku nggak bisa datang. Kamu nggak apa-apa, kan?” ucap Abi sambil mengunyah burger yang tadi dibawanya.
Mentari tersenyum tipis.
“Nggak apa-apa,” jawabnya singkat.
“Aku harus dinas ke luar kota. Kemungkinan baru pulang besok. Kamu jaga diri baik-baik ya,” lanjut Abi, suaranya terdengar seolah sedang menegaskan ketidakhadirannya nanti malam.
Ia mengambil napas sebentar, lalu menatap Mentari serius.
“Satu lagi, Tari… kamu nggak usah kerja. Aku yang akan biayai hidupmu.”
Mentari menahan helaan napas.
“Aku nggak mau bergantung pada siapa pun, Bi. Aku tetap harus cari kerja. Setidaknya… aku nggak akan merasa bosan saat kamu nggak ada di sampingku.”
Abi terdiam sejenak, lalu tersenyum pasrah dan mengangguk.
“Baiklah kalau itu mau kamu. Tapi pesanku satu jangan capek-capek, ya?”
Mentari hanya menjawab dengan anggukan kecil.
Abi kemudian menggeser kursinya, mendekatkan tubuhnya pada wanita itu. Ia meletakkan burger yang belum habis, lalu meraih wajah Mentari dengan lembut, namun terasa penuh kerinduan yang menggebu.
“Aku merindukanmu… sayang,” bisiknya.
Tanpa memberi Mentari kesempatan bereaksi, Abi langsung mencium bibirnya keras, dalam, seolah menahan kerinduan yang selama ini ia tekan. Ia tak lagi bisa mengendalikan dirinya.
Mentari sudah tak bisa menghindar lagi. Cengkeraman Abi begitu kuat, menahan setiap gerakannya. Dan sebagai manusia biasa, ia pun terbuai. Sentuhan pria itu… seperti biasa, memabukkan, membuat pertahanannya runtuh sedikit demi sedikit.
Tanpa memberi kesempatan untuk berpikir, Abi mengangkat tubuh Mentari dan menggendongnya menuju kamar. Dalam hitungan detik, wanita itu sudah terbaring di atas kasur, napasnya tercampur gugup dan hasrat.
Dengan gerakan perlahan namun pasti, Abi mulai melucuti kain demi kain yang menempel di tubuh mereka. Namun tepat ketika jarak di antara mereka hilang sepenuhnya, sesuatu membuat Abi terhenti.
Matanya menatap tajam ke sebuah bekas luka panjang di tubuh Mentari.
Hasratnya padam seketika. Dahinya mengernyit tajam.
“Tari… ini apa?” tanyanya pelan, namun suaranya sarat kekhawatiran.
Pertanyaan itu seperti pukulan bagi Mentari. Kesadarannya langsung kembali. Ia panik, meraih baju yang tergeletak di bawah ranjang, dan buru-buru mengenakannya.
“Bukan apa-apa. Aku harus pergi sekarang, Bi. Sampai jumpa.”
Suara Mentari bergetar, tetapi ia memaksa dirinya tegar.
Ia tak memberi kesempatan bagi Abi untuk bangkit, bertanya, atau menahannya. Dengan langkah terburu-buru, ia langsung lari keluar rumah.
Begitu berada di luar, ia bersembunyi di balik tembok tinggi di samping rumah. Tubuhnya bersandar lemah, napasnya tersengal-sengal.
Air mata menetes tanpa ia sadari, seolah seluruh luka yang ia sembunyikan selama ini kembali menganga… dan berdenyut menyakitkan.
*
Mobil yang membawa Langit berhenti di perempatan ketika lampu merah menyala.
Ia menatap grafik candlestick di ponselnya, menghela napas panjang seraya memijat pelipis. Perusahaan yang ia kelola sedang mengalami guncangan besar. Namun, jauh di dalam hati, ia yakin masih mampu menstabilkannya… kalau saja pikirannya tidak seberantakan sekarang.
Saat matanya bergerak mencari udara di luar jendela, pandangannya jatuh pada seorang petugas kebersihan yang sedang menyapu taman median jalan.
Awalnya ia mengabaikan sekadar melihat sekilas.
Namun detik berikutnya, tubuhnya menegang.
Wajah petugas kebersihan itu… sangat ia kenali.
Jantungnya seperti dipukul dari dalam.
Tanpa sadar, Langit membuka pintu mobil dan keluar begitu saja, membuat sopirnya kaget. Ia berjalan cepat menghampiri wanita itu, matanya memeriksa keranjang sampah yang dibawanya. Tanpa peringatan, Langit meraih keranjang itu dan menumpahkan seluruh isinya ke tanah.
“Hei! Apa yang kamu lakukan?!” seru wanita itu, terkejut dan marah.
Namun sebelum ia sempat menunduk untuk meraih sapunya, Langit mencengkeram lengannya. Cengkeraman kuat, dingin, dan penuh dendam.
Wanita itu terpaku ketika melihat tatapan Langit tajam, gelap, penuh kebencian yang lama terpendam.
Langit menariknya sedikit mendekat, suaranya rendah namun mematikan.
“Sampah sepertimu… tidak pantas berada di tengah masyarakat.”
Napasnya bergetar karena emosi yang selama ini ia pendam.
“Kau pembunuh.”
mentari menjadi tumbal kekasihnya
hampir runtuh,,,jadi Abi pura pura koma
kayanya pakai seragam polisi nya makanya di kira penjaganya dan pasti
pergi pelan pelan mungkin juga ada teman nya yang membantu nya,,,apa pakai ilmu
menghilang 😄 kocak si baru akan bahagia kupikir tidak selamat tapi biar selamat tetapi namanya tupai melompat
suatu hari akan terjatuh jadi biarlah
kena tuai dulu,,, jahat
sangka kan ternyata yang katanya orang
tua tidak menjerumuskan anak anak nya
nah sekarang entu malah benar benar di
dorong ke jurang kesakitan senang sesaat
kesakitan seumur hidup,,,, manusia emng
ga ada yang sempurna tetapi harus kita
ingat kepada sang pencipta karena beliau
yang punya segalanya,,,,nasib sudah di
tanggung badan mana ada kata ampun
sudah dah kehendak ilahi takdir,,🥺
orang baik cuma ambisi mama nya dan
Abi mencintai gadis miskin mentari bubedesss ga terima harus selevel
dan kini justru tidak dapat kan apapun
karir ancur hidupnya masih kembang kempis,,,,antara hidup dan mati hanya
keajaiban tetapi hidup nanti akan di
masukan ke hotel juga wahhh ngenes
lama menerima perasaan pait dan getir
jadi buat bubedesss dan Abi saja yang pait gantian Langit pun sudah berbesar hati merawat Mina yang lemah,
sudah menjadi pasangan suami istri jadi
mentari tidak harus takut atau was was
lagi karena sudah ada bodyguard sekali
Gus Suami Langi sang pangeran berkuda
telah menjemput mu di kala hati terluka
dan mulai saat ini jangan lagi resah di
kemudian hari akan selalu bersama hingga menua bersama menjadi pasangan
yang solid dan penuh kebahagiaan dan
kini sudah ada pendamping ada anak yang
harus di jaga,,, semoga benih nya langsung jadi tumbuh 🤣❤️lope lope sekebon bunga' 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
belum menemukan nya. ternyata sudah tau milina di besarkan Pangit,
dan mentari akan hidup bersama Anak dan ayahnya yang mengadopsi putrinya
semoga cepat ya Lang. ,,,mumpung
nenek lampir bubedesss belum menemukan. cucunya yang sudah di buang,,, ayo mentari sebentar lagi ada
yang akan selalu mendampingi mu
dan ada malaikat yang butuh kasih sayang
kalian berdua dan yang mau di laporkan
koma over dosis dan bubedesss juga
jadi penjaga bahaya,
hidup segan mati pun mau,,,dan bubedesss merasakan penyesalan
panjang jadi sama sama tersiksa dengan
masa lalunya,
kira mentarilah yang sudah membunuh sila ternya Abi ,,,dan mentari yang di jadi
kan kambing hitam oleh Abi demi jabatan
agar tidak gugur,,,,maka itu langit kerja
sama dengan makdes,,,, untuk mengambil
putrinya mentari tak lai tak bukan adalah
cucunya sendiri ,,,, sekarang langit yang
beruntung bisa dapat. mentari dan putrinya biarpun lain Ayah' ga masalah
to 👍👍 semangat