"Buka hatimu untukku kak Praja," mohon Ardina Rezky Sofyan pada sang suami dengan penuh harap. Air matanya pun sejak tadi sudah menganak sungai di pipinya.
Pernikahan sudah berlangsung lama tapi sang suami belum juga memberinya kebahagiaan seperti yang ia inginkan.
"Namamu belum bisa menggantikan Prilya di hatiku. Jadi belajarlah untuk menikmati ini atau kamu pergi saja dari hidupku!" Balas Praja Wijaya tanpa perasaan sedikitpun. Ardina Rezky Sofyan menghapus airmatanya dengan hati perih.
Cukup sudah ia menghiba dan memohon bagaikan pengemis. Ia sudah tidak sabar lagi karena ia juga ingin bahagia.
Dan ketika ia menyerah dan tak mau berjuang lagi, akankah mata angin bisa berubah arah?
Ikuti perjalanan cinta Ardina Rezky Sofyan dan Praja Wijaya di sini ya😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Sebuah Masalah
"Terimakasih banyak ya pak," ucap Selfina saat ia sudah sampai di depan rumahnya dengan selamat.
"Sama-sama. Istirahatlah. Kamu bisa masuk kerja besok pagi," balas Praja tersenyum.
"Titip salam sama papa dan mama mu. Aku tidak bisa mampir karena harus langsung ke Perusahaan setelah ini," lanjutnya.
"Iya pak. Gak apa-apa." Selfina pun masuk ke dalam rumahnya sendiri untuk beristirahat. Ia butuh kamar tidurnya sendiri.
Membuka kamar tidurnya, ia langsung masuk dan melempar tubuhnya di atas kasur empuknya.
Kelopak matanya sudah sangat berat tapi pintu kamarnya tiba-tiba terbuka.
"Sudah pulang Fin, gimana keadaan Jakarta?" tegur sang mama seraya memandang putrinya yang sedang berbaring diatas ranjangnya.
"Eh iya ma. Maaf, aku gak nyapa mama terlebih dahulu. Jakarta masih sama ma. Masih merupakan ibukota dari negara ini hehehe," jawab gadis itu terkekeh.
"Kalau itu sih, mama udah tahu. Ibu kota baru 'kan belum resmi. Yang ingin mama tahu, apa kabarnya hubunganmu dengan bosmu itu," ucap sang mama dengan wajah serius.
Ia sudah tidak sabar menunggu perkembangan hubungan putrinya dengan pria yang tampan dan juga kaya itu.
"Pak Praja bilang titip salam sama mama dan papa." Selfina langsung bangun dari posisinya dan memeluk sang Mama. Rasa kantuknya pun langsung hilang.
"Trus?"
"Trus apa ma?"
"Cuma titip salam aja?"
"Iya ma, memangnya mama mau yang seperti apa?" Selfina menatap sang mama dengan wajah serius. Ia sebenarnya tahu apa maksud dari perempuan yang telah melahirkannya itu.
"Mama mau hubungan kalian lebih dekat lagi ke arah pernikahan Fin," ujar sang mama dengan wajah serius.
"Pak Praja sudah bertemu dengan istri yang sangat dicintainya ma. Dan itu berarti aku tidak ada harapan lagi."
"Heh, kok bisa seperti itu? Bukannya dia sudah berpisah cukup lama dengan isterinya itu?"
"Iya ma. Tapi kenyataannya mereka bertemu dan saling merindu, jadi ya aku mundur aja."
"Oh ya ampun. Kok cepat sekali sih mundurnya. Kamu bahkan belum mencoba. Gimana sih?" Perempuan itu tampak kesal. Ia tidak suka kalau putrinya terlalu cepat menyerah.
"Mama rela aku jadi pelakor?" tanya Selfina dengan tatapan serius.
"Gak akan ada yang suka dengan yang namanya pelakor ma. Dan lagipula pak Praja sangat mencintai istrinya. Mana ada perasaannya untuk aku." Selfina menghela nafasnya.
"Tak ada perasaan apapun padaku meskipun itu hanya sekedar seujung kuku saja," lanjutnya dengan tatapan menerawang.
Sang mama terdiam. Ia merasa mendapatkan pencerahan dari putrinya itu. Ia pun memeluk Selfina dengan perasaan haru.
"Mama tak menyangka kamu akan berpikir sedewaa ini. Kamu hebat nak. Mama minta maaf."
"Iya ma, aku ngerti kok. Aku tak akan pernah mau mengganggu keluarga orang lain. Dan aku mohon doamu agar bisa menjaga diri."
"Iya, sekarang kamu istirahatlah lagi, mama akan membuatkan makanan untukmu."
"Iya ma, makasih banyak. Aku sayang mama."
"Mama juga sayang." Mereka berdua pun saling berpelukan. Selfina tidak jadi berisitirahat dan akhirnya keluar kamar untuk menemani mamanya untuk memasak.
Beda dengan Praja Wijaya, pria itu memasuki perusahaannya dengan langkah cepat. Beberapa laporan masuk ke telinganya kalau pabrik bahan baku sedang ada masalah.
"Ada pihak yang sedang berusaha menggangu keamanan pabrik pak," lapor seorang kepercayaannya yang bertugas di bagian pabrik.
"Tapi kenapa? Pabrik itu sudah puluhan tahun dan kenapa baru kali ini ada masalah?" Praja Wijaya rampak bingung dengan apa yang terjadi.
"Para pekerja disana juga mogok bekerja karena meminta kenaikan gaji pak," lanjut pelapor itu.
"Bagaimana mungkin? Gaji mereka sudah sesuai dengan UMR. Itupun dengan bonus yang lebih daripada pekerja yang lain." Praja tampak berang. Ia tidak suka mendengar kabar buruk ini.
"Tapi itulah yang terjadi pak. Dan kejadiannya baru hari ini. Mereka menutup pabrik dan membuat bahan baku yang sudah siap di kelola jadi rusak."'
"Kalau begitu kita berangkat kesana sekarang juga!" Praja langsung meraih kunci mobilnya dan melanjutkan lagi perjalanan ke sebuah daerah terpencil yang lumayan jauh dari tempatnya sekarang.
🌹🌹🌹
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
Nikmati alurnya dan happy reading 😊