Bagaimana jadinya jika seorang muslimah bertemu dengan mafia yang memiliki banyak sisi gelap?
Ketika dua hati berbeda warna dan bertemu, maka akan terjadi bentrokan. Sama seperti iman suci wanita muslimah asal Indonesia dengan keburukan hati dari monster mafia asal Las Vegas. Pertemuannya dengan Nisa membawa ancaman ke dunia gelap Dom Torricelli.
Apakah warna putih bisa menutupi noda hitam? Atau noda hitam lah yang akan mengotori warna putih tersebut? Begitulah keadaan Nisa saat dia harus menjadi sandera Dom Torricelli atas kesaksiannya yang tidak sengaja melihat pembunuhan yang para monster mafia itu lakukan.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LiBaW — BAB 28
ADA APA DENGAN MASALALU DOM??!
Selang beberapa detik, Nisa yang berbalik badan, seketika dia tersenyum melihat keberadaan Ellie yang membawakan sebuah makan siang untuknya.
“Maaf Nyonya, aku masuk tanpa izin.”
“Tidak apa!” balas Nisa hingga wanita tua tadi memberikan nampan tersebut kepada Nisa seraya tersenyum ramah.
“Makan siang Anda. Tuan Dom menyuruh Anda untuk tetap di dalam kamar sampai dia kembali.” Ujar Ellie membuat Nisa bertanya-tanya. Apa sebahaya itu tempat di sini?
“Kenapa?”
“Saya kurang tahu, tapi sebaiknya Anda turuti saja ucapan tuan Dom, karena itu untuk kebaikan Anda.” Jelas Ellie yang akhirnya membuat Nisa pasrah dan mengangguk kecil.
Melihat nyonya barunya itu, seakan Ellie yakin bahwa Nisa berbeda dari majikannya yang lain, toh dia merasa lebih nyaman saat berbicara dengan wanita berjubah hitam dengan hijab hitam tadi.
Sadar akan keberadaan Ellie yang masih di sana, Nisa menoleh dan tersenyum tipis. “Kau ingin menemani ku? Apa kau baik-baik saja?” tanya Nisa membuat Ellie tersenyum tipis.
“Ah, maaf! Tapi ada sesuatu yang ingin saya katakan, jika Anda tidak keberatan.”
“Tentu, kemarilah!” ujar Nisa yang memintanya untuk duduk di sampingnya, tepatnya di atas sofa berwarna hitam.
Sedikit ragu, namun karena dipaksa, akhirnya Ellie memberanikan diri untuk duduk di samping Nisa.
“Katakan?”
“Maaf jika saya bertanya masalah pribadi. Bagaimana Anda bisa menikah dengan tuan Dom? Maksudku ku... Selama ini tuan Dom tidak pernah ingin dekat dengan seorang wanita jika untuk menikahinya.” Tanya Ellie yang sungguh penasaran saat pertama kali melihat kedatangan Nisa.
Tentu, dia sudah bekerja bersama keluarga tersebut, bahkan dia dulu adalah pelayan setia Amor Vesper sebelum akhirnya wanita itu tewas dan dia memilih ikut menjadi pelayan Dom di mansion lain.
Mendengar pertanyaan itu, Nisa terdiam memikirkan bagaimana awal pertemuannya dengan Dom yang sungguh memuakkan baginya.
“Itu... Itu pertemuan yang tidak sengaja.” Jawabnya singkat dan hanya menatap lurus tanpa senyuman.
“Kenapa Anda tidak mencoba kabur jika memang, maaf—”
Seketika Nisa tersenyum kecil saat dia kembali mengingat Tuhan nya. “Sebagaimanapun aku kabur, jika Tuhan ku sudah berkehendak dan menakdirkan seperti saat ini, apa yang bisa kita lakukan?” Nisa tersenyum tipis menoleh ke Ellie yang nampak faham.
Dia lebih tua dari majikannya, namun melihat Nisa dia seperti tengah berguru.
“Anda seorang muslim, keberadaan Anda di sini tidak akan aman. Apalagi saat— ” Seketika Ellie terdiam saat dia hampir saja kebablasan menceritakan tentang keburukan keluarga ini.
“Ada apa?” tanya Nisa yang terlanjur penasaran.
Ellie menggeleng dan bangku dari duduknya. “Tidak, maaf saya sudah mengganggu waktu Anda. Semoga Anda selalu terlindungi.” Ucap Ellie yang terlihat panik sendiri.
“Ya, kau juga. Assalamualaikum!” balas Nisa.
“Wa-waalaikumsalam..” Balas Ellie ragu-ragu karena dia takut salah ucap. Namun mendengar balasan itu, Nisa tersenyum kecil, setidaknya dialah orang pertama yang membalas salamnya.
Nisa menatap ke arah hidangan yang cukup sederhana, dia tersenyum dan tak lupa mengucapkan. “Alhamdulillah!”
Namun senyumannya hilang saat dia mulai teringat akan suaminya. Rasanya tidak menyangka bahwa dia sudah menikah. Dengan seseorang seperti Dom Torricelli, entah apa yang tersembunyi dalam diri pria itu.
...***...
Sementara di sebuah ruangan VIP di club miliknya. Dom duduk di sofa panjang, dia tidak sendirian, ada manager nya di sana yang siap menunjukkan kegiatan baru di club' tersebut yang baru dibuka.
“Jika Anda tidak keberatan, saya ingin menunjukkan para penari itu untuk pertemuan malam ini Tuan.” Ucap si pria berkemeja pink yang kini berdiri menatap ke bosnya.
“Tidak perlu. Pastikan semuanya berjalan lancar, aku tidak ingin ada yang cacat saat aku melihatnya.” Ujar Dom hingga tak berselang lama seorang pria datang menemuinya.
Seorang tamu yang tiba-tiba ingin bertemu dengan Dom.
“Maaf mengganggu waktu Anda, aku ingin bertemu langsung dengan pemilik pacuan kuda yang akan di buka di California.” Jelas pria berkemeja putih dengan vest dan jas hitamnya.
Cukup lama Dom menatap tajam nan lekat, hingga dia membalasnya. “Tentu, silahkan.” Pintanya dengan nada datar.
Mereka membahas persoalan yang cukup penting, namun sayangnya pria itu hanyalah perwakilan saja. Alias bukan bos besar seperti Dom saat ini.
“Jadi, di mana bosmu?” tanya Dom seraya menuangkan beer di gelas yang akan dia teguk.
“Dia sedang berada di Milan! Setelah urusannya selesai, dia akan menemui Anda.” Jelasnya.
“Siapa bosmu?” tanya Dom yang baru saja meneguk habis minumannya dan kembali menatap lekat nan tajam ke dua pria tadi.
“Draco Malfoy.” Jawabnya hingga seketika tatapan Dom cukup terkejut mendengar nama yang baru saja disebutkan itu.
Tentu, dia mengenal betul nama tersebut, tapi itu sudah bagian dari masa lalunya. Masa lalu yang tak ingin dia ingat kembali, justru pria itu sengaja datang dan mungkin akan memancing emosi Dom.
.
.
.
Usai pertemuan tadi, Dom yang baru saja keluar dari club nya menuju mobil dengan diikuti oleh Mike, pria itu menatap tajam namun santai. “Cari tahu tentang Draco Malfoy, apa dia pria yang sama atau hanya kebetulan.” Pinta Dom kepada Mike.
“Saya mengerti.” Balasnya hingga akhirnya Dom masuk ke mobilnya.
Beberapa menit berlalu. Cukup lama Nisa berada di dalam kamar tanpa ada apapun yang bisa menghiburnya. Tentu saja wanita itu sangat bosan, dan sebentar lagi juga waktunya sholat magrib.
“Kenapa dia melarang ku keluar? Aku sudah setuju menjadi istrinya dan aku tidak ingin dikurung seperti ini.” Kesal Nisa yang tak berhenti menggerutu hingga berdzikir agar lebih tenang.
Cklek! Tiba-tiba pintu dibuka dan Ada masuk tanpa meminta izin.
“Oh, seharian aku tidak melihat mu berkeliaran di mansion sebesar ini. Ayo keluar dan kita bisa menikmati teh bersama!” ajak Ada dengan senyuman mencurigakan.
“Maaf, aku tidak begitu suka. Sebentar lagi aku harus beribadah.” Tolak halus Nisa membuat Ada menyeringai kecil.
“Ck, hidupmu sangat sempit sekali! Dan menjauhlah sebisa mungkin dari Dom! Karena dia sangat berbahaya.” Jelas Ada yang entah itu gertakan atau hinaan.
Nisa langsung menatap tajam ke wanita itu. “Seseorang akan mengatakan seperti itu jika mereka sendiri yang merasa terancam.” Balas Nisa dengan santai dan itu membuat Ada menatap nya dengan kernyitan kening.
“Dan aku tidak merasa terancam dengan nya.” Lanjutnya yang benar-benar berhasil membuat Ada tersentak sendiri.
Wanita paruh baya berambut pirang dengan mata lebar yang indah itu menyeringai kecil. “Kau akan tahu jika sudah mengetahuinya.” Balas Ada lalu pergi dengan sedikit membanting pintu kamar tersebut.
Sungguh! Ada apa sebenarnya? Apakah Dom seburuk itu? Dia sendiri masih tidak tahu siapa wanita tadi.
“Allah... Allah... ” Gumam Nisa mengusap wajahnya.